April 15, 2010

Tanaman Damar Terancam Punah

LIWA (Lampost): Keberadaan tanaman damar di pesisir Kabupaten Lampung Barat terancam punah sehubungan penebangan pohon yang terus berlangsung. Hal ini akibat rendahnya harga damar di pasaran.

Saat ini harga damar kualitas asalan mencapai Rp6.000/kg, damar AC Rp8.500/kg, kualitas AB Rp10.500/kg, dan kualitas ekspor ABC Rp13 ribu/kg.

Salah seorang warga Pekon (Desa) Kuripan, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Lampung Barat, Karwito (44), Rabu (14-4), mengatakan luas tanaman damar di daerah itu dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun.

"Setiap hari pohon damar ditebang oleh pemiliknya, ini dipicu rendahnya harga getah damar di pasaran. Bila ini dibiarkan terus maka keberadan pohon damar akan punah," kata dia.

Karwito mengemukakan Pemkab harus segera mengambil tindakan supaya keberadaan pohon damar terjaga. "Pemkab Lampung Barat harus segera mengambil tindakan, setidaknya memberikan pengertian kepada masyarakat supaya tidak menebang pohon tersebut saat harga damar anjlok," ujarnya.

Menurut dia, wajar masyarakat kesal dengan menebang pohon damarnya karena harga komoditas itu yang cenderung turun. "Petani damar kesal akibat harga sudah setahun tidak menunjukkan peningkatan, bahkan semakin hari harga getah damar ajlok."

Sementara petani damar di Kecamatan Karyapenggawa, Lampung Barat, Roni Saludin (36), mengatakan tidak lagi mengusahakan getah damar karena harganya yang cenderung turun. "Saya lebih baik menanam komoditas perkebunan lain karena getah damar yang diandalkan tidak membuahkan hasil. Pohon damar saya tebang karena kayunya bisa dijual untuk bertanam tamanan lain," kata Roni.

Campuran Cat dan Pernis


Damar merupakan salah satu komoditas andalan masyarakat di daerah pesisir Kabupaten Lampung Barat. Saat harga damar jatuh, petani menebang pohonnya untuk dijadikan papan. Usia pohon damar di pesisir banyak yang mencapai ratusan tahun, dan mutu damar Lampung Barat juga sangat baik.

Getah damar yang berasal dari Lampung Barat dikirimkan ke sejumlah negara, di antaranya Singapura, Belanda, dan Inggris. Getar damar itu juga dipasok ke sejumlah pabrik di Jawa untuk campuran cat dan pernis.

Luas hutan damar rakyat mencapai 10.298 ha, terdiri dari 3.462 ha di Kecamatan Pesisir Tengah, dan 6.836 ha di Kecamatan Pesisir Selatan. Produksi damar Lampung Barat per tahun mencapai 6.350 ton.

Sebelumnya, Ketua Persatuan Masyarakat Repong Damar (PMRD) Pesisir Krui, Kholiswan, mengatakan bila tidak ada tindakan tegas dari Pemkab setempat, bukan hal yang mustahil damar di pesisir Krui akan punah.

Bahkan, sangat mungkin pohon damar akan punah dalam waktu 10--15 tahun yang akan datang. Sehingga, kata Kholiswan, diperlukan adanya perda khusus tentang repong damar. Penebangan damar juga mengancam konservasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang ada di Lampung Barat. (E-1)

Sumber: Lampung Post, Kamis, 15 April 2010

1 comment:

  1. Huaduuh .. kalau begitu perlu penanaman bibit-bibit baru , biar gak punah
    http://tanamaobatku.blogspot.com/

    ReplyDelete