April 15, 2010

'Sang Pejuang Topi Sarjana', Oase buta Sineas Lampung

BANDAR LAMPUNG--Rumah Seni Production, sebuah komunitas pecinta film di Lampung, memproduksi film panjang pertama di Lampung bertajuk Sang Pejuang Topi Sarjana.

Kehadiran film garapan sutradara Ulunk M. Rusdi dan diproduseri Dede S. Wijaya ini memberi oase dalam dunia sinematografi Lampung yang sudah lama tak ada gaungnya.

Film apik buah karya putra Sai Bumi Ruwa Jurai ini mengusung cerita tentang perjuangan seorang anak manusia dalam menggapai cita-citanya untuk meraih gelar sarjana. Mengusung pemain Bupati Lampung Selatan Wendy Melfa plus artis lokal Anton Rafemi (mahasiswa STKIP PGRI), Eno Ong, dan Dilla Raya Maesa. Dalam film ini Wendy Melfa berperan sebagai pengusaha sukses dan dermawan.

Diawali adegan seorang pemuda menaiki tangga spiral dengan lunglai. Kedua tangannya menenteng kardus-kardus berukuran sedang. Jaket almamater berwarna biru muda dan terlihat lusuh yang ia kenakan agak basah oleh keringat.

Ia tampak kepayahan. Ditambah, sebuah tas gunung warna kuning yang ia sandang, seolah menambah kesulitannya menapaki anak tangga demi anak tangga tersebut. Sementara itu, beberapa pemuda tampak menahan tawa melihat adegan itu.

Inilah adegan dalam film Sang Pejuang Topi Sarjana yang diputar pertama kali di Gedung Pascasarjana MM Universitas Bandar Lampung (UBL), Rabu (14-5). Peluncurannya dihadiri Wali Kota Bandar Lampung Eddy Sutrisno, Bupati Lampung Selatan Wendy Melfa, Wakil Pemimpin Redaksi Lampung Post Hery Wardoyo, juga para seniman Lampung seperti Isbedy Stiawan dan Syaiful Irba Tanpaka.

Dalam film berdurasi 1 jam 20 menit tersebut, penonton diajak untuk melihat realitas yang masih terjadi di kehidupan nyata. Dikotomi antara si kaya dan si miskin yang akan dengan mudah terlihat dalam kehidupan di kota metropolitan.

Film hasil produksi Rumah Seni Production tersebut berkisah tentang perjuangan pemuda desa (Anwar, dimainkan oleh Anton Rafemy) yang dengan semangat dan tekad yang kuat untuk mempersembahkan gelar kesarjanaan demi cita-citanya, membahagiakan orang tua.

Berbagai rintangan ditemui oleh Anwar bahkan setelah ia akhirnya dapat masuk ke perguruan tinggi. Mulai dari kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan sampai ke permasalahan klise, cinta. Namun, akhirnya Anwar dapat menggapai cita-citanya. Meraih gelar sarjana.

"Film ini ingin memberi motivasi. Bahwa siapa pun, mau bagaimanpun kondisi kita, pasti mampu kalau kita bisa dan bersungguh-sungguh, meski banyak aral dan rintangan yang mengadang," kata sang sutradara, Ulunk M. Rusdi, saat ditemui usai pemutaran perdana film tersebut.

Menurut Ulunk, ide awal film tersebut adalah untuk mengakomodasi keinginan para pembuat film di Lampung untuk membuat sebuah film yang berdurasi panjang. "Ini adalah film profesional. Dalam artian film yang memiliki standar durasi film layar lebar, namun diproduksi dengan semangat indie," kata dia.

Sementara itu, Dede S. Wijaya, produser film tersebut, mengatakan film ini sebagai representasi dari realitas yang terjadi di sekitar kita. "Ini adalah pesan yang ingin disampaikan. Bahwa faktor pendidikan adalah hal yang terpenting untuk dipikirkan," ujar Dede. (TRI PURNA JAYA/L-2)

Sumber: Lampung Post, Jumat, 16 April 2010

No comments:

Post a Comment