January 23, 2011

‘Coffee Morning’, ‘Coffee Day’, dan Kopi Dangdut

BANDAR LAMPUNG—Secara resmi acara minum kopi yang rutin dilakukan para pejabat di Lampung baru sekali sebulan. Nama resminya Coffee Morning Pemerintah Provinsi Lampung. Bergulir dari satu tempat ke tempat lain.

Tapi jangan salah, belum tentu kopi yang disediakan di meja peserta, kebanyakan malah air mineral. Staf Ahli Gubernur Bidang Pembangunan Anshori Djausal menjelaskan meski mulai digemari masyarakat, angka konsumsi kopi masyarakat Lampung masih sangat rendah, yakni 0,5 kg/kapita/tahun.

Bandingkan dengan masyarakat Eropa yang tanahnya tak tumbuh kopi. Angka konsumsinya mencapai 12—14 kg/kapita/tahun. Malangnya, kata Anshori, kopi yang banyak dinikmati masyarakat Lampung khususnya di hotel, restoran, dan kafe dengan harga mahal bukan berasal dari Lampung.

Padahal kalau diolah dengan sungguh-sungguh, kualitas kopi Lampung, menurut dia, tidak kalah dengan kopi di daratan Eropa dan Amerika. Untuk itu, Anshori berharap masyarakat Lampung mulai menerapkan semboyan Cintai Kopi Lampung.

"Rasa cinta ini, bukan hanya ditunjukkan dengan mengonsumsi kopi dengan jumlah besar, melainkan juga memperbaiki tata cara pengolahan, saat menanam, memetik, hingga mengolah biji kopi yang dipetik sesuai standar yang berlaku," kata Anshori.

Pelaku industri perkopian pun, menurut dia, jangan takut mem-blending (mencampur) kopi lampung dengan kopi asal daerah lain, seperti arabika atau dengan campuran susu. Asalkan kopi itu tetap dijual dengan membawa nama Lampung.

"Tidak masalah jika di-blend. Tapi mem-blending sini. Setelah itu dijual dengan nama Lampung. Kalau kopi Lampung itu enak, pasti tingkat konsumsinya tinggi. Jika konsumsinya tinggi, perekonomian petani kopi bisa ikut meningkat," kata Anshori.

‘Coffee Day’

Jalan panjang menjadikan seruput kopi lampung enak di lidah masih panjang. Gengsi kopi lampung tak bisa dibesut hanya lewat kopi dangdut alias warung kopi. Para pengelola kafe di Bandar Lampung menilai perlu gerakan bersama, seperti menggelar satu hari dalam seminggu sebagai hari minum kopi (coffee day).

"Ya, paling tidak nantinya masyarakat Lampung bisa ingat ada coffee day dan dengan sendirinya bisa membangkitkan semangat minum kopi lampung," kata Niko Demos, pemilik The Coffee, di Bandar Lampung, Sabtu (22-1).

Apalagi produksi kopi lampung masih baik. Sekretaris Dinas Perkebunan Provinsi Bambang G.S. menjelaskan pada 2007 produksi kopi lampung mencapai 140.099 ton, tahun 2008 jumlahnya tidak terlalu bergeser banyak, yakni 140.046 ton, dan pada 2009 jumlahnya meningkat hingga 145.191 ton. "Tahun 2010 juga naik tipis," ujar Bambang, Kamis (20-1). (MG18/MG3/R-3)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 Januari 2011

No comments:

Post a Comment