January 16, 2011

[Perjalanan] Berendam di Air Panas Jukubatu

SUMBER air panas itu berada tiga meter sejajar dengan aliran air Sungai (Way) Umpu. Setelah berendam dalam kehangatan, nikmati sensasi mandi di sungai itu.



FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/WARSENO

Sumber air panas yang terletak di Kampung Jukubatu, Banjit, Way Kanan, berada tepat pingir Way Umpu. Semula air panas itu hanya dibiarkan mengalir dan menggenang di tengah persawahan milik warga setempat. Kendati demikian, sudah banyak pengunjung yang datang untuk sekadar mengambil air yang diduga mengandung belerang itu.

Jalan setapak dan licin serta curam, harus dilalui bagi para calon pengunjung air panas. Untuk sampai ke sumber air itu, dari pusat perkampungan, dibutuhkan waktu sekitar setengah jam jika berjalan kaki.
Melihat banyaknya calon pengunjung, aparat kampung setempat sepakat untuk membenahi jalan menuju air panas. Dengan jalan yang lebarnya sekitar 2,5 meter dan berbatu onderlaag, kini pengunjung dengan mudah menjangkau lokasi wisata air panas di kampung tua itu.

Agar mudah para pengunjung menikmati sumber air panas, perangkat kampung yang dimotori kepala kampung setempat, Daruni, membuat dua kolam berukuran 2,5 x 3 meter. Satu kolam diisi air yang langsung dialirkan dari sumber air panas. Di kolam ini, dari kejauhan masih tampak mengeluarkan asap. Sedangkan kolam kedua dialiri air dari kolam pertama menggunakan paralon berukuran kecil. Sehingga air tidak terlalu panas.

Namun, hati-hati bagi pengunjung yang baru pertama kali datang, ketika kaki dimasukkan ke air tersebut hawa panas masih terasa menyengat. “Kalau mau mandi, jangan langsung masuk ke kolamnya. Tapi duduk dulu di pinggiran kolam dulu, siram dikit-dikit kaki atau badan kita, biar agak terasa hangat. Baru setelah beberapa saat kita masuk dan mandi. Walaupun masih agak terasa hangat tapi tidak seberapa,” kata Junariah, seorang pengunjung.

Untuk berganti pakaian dan sekadar membersihkan badan, pengelola juga membuat dua unit kamar mandi yang dilengkapi dengan WC. Keindahan alam sekitar membuat para pengunjung merasa nyaman. Hamparan luas sawah warga yang berada di sekeliling sumber air panas juga menambah keasrian lokasi wisata tersebut.
Aliran Sungai Umpu yang hanya berjarak sekitar dua meter dari kolam kedua air panas juga membuat kesejukan tersendiri. Bahkan hampir semua pengunjung setelah berendam di kolam air panas, mereka mandi di aliran sungai yang airnya terasa sejuk dan dingin.

Para pengunjung juga memercayai jika air panas tersebut dapat menyembuhkan penyakit kulit. Sehingga banyak pengujung yang beberapa kali mendatangi lokasi wisata sederhana tersebut. Selain dapat menyegarkan kepenatan kepala, juga sebagai tempat wisata bagi anak-anak dan keluarga.

Untuk menjangkau lokasi wisata air panas tersebut, dari pusat Kecamatan Banjit diperlukan waktu sekitar satu jam perjalanan meggunakan kendaraan. Setelah melewati Kampung Argomulyo, calon pengunjung akan melewati Kampung Menanga Siamang, dengan suasana pinggir jalan yang asri karena banyak perkebunan kopi milik warga.

Setelah beberapa saat, calon pengunjung masuk ke Kampung Jukubatu. Rumah-rumah adat Semendo yang masih asri berada tepat di dusun yang paling tua di kampung tersebut. Jalan yang sudah aspal memudahkan calon pengunjung untuk terus melajukan kendaraannya.

Persawahan milik warga terhampar luas di sepanjang jalan ketika kita hendak memasuki Dusun Rejang. Setelah masuk ke jalan yang sedikit rusak, tidak akan lama lagi calon pengunjung akan melihat pos yang tepat berada di pinggir jalan tersebut. Ketika hendak memasuki areal wisata, portal yang masih tertutup akan dibuka ketika kita telah memberikan pembayaran tanda masuk kelokasi.

Ketika hendak memasuki jalan menuju arah lokasi wisata air panas tersebut, kita akan melintas perkebunan kopi milik warga. Hati-hati karena jalan berliku dan jalan menurun terjal. Begitu masuk ke areal wisata, ada pondok untuk tempat berteduh. Dan di seberang aliran air kita akan disuguhkan sebuah pemandangan air terjun yang asri. Dinding di kanan dan kiri air terjun tersebut tampak seperti batu tipis bersusun rapi.
Beberapa langkah dari kendaraan kita parkir sebuah kubangan tepat berada di pinggir sawah air menggenang mengeluarkan asap tipis. Untuk memberikan keamanan bagi pengunjung terutama anak-anak, pengelola memagar kubangan tersebut menggunakan bambu.

Sekitar sepuluh meter dari kubangan tersebut, dibuat sebuah kolam permanen berukuran sekitar 2,5 x 3 meter. Jangan mandi di kolam yang satu ini karena hawa panas masih sangat terasa. Sesekali asap tipis masih tampak karena isi air dalam kolam itu dialirkan dari gubangan sumber air air panas.

Untuk mengurangi rasa panas pada air yang diduga mengandung belerang tersebut, pengelola membuat sebuah kolam yang jaraknya sekitar tujuh meter dari kolam pertama. Dengan cara melalui beberapa saringan pipa, air dialirkan ke kolam kedua tersebut. Di kolam kedua inilah pengunjung dapat berendam dan mandi. Tepat di tengah kolam kedua ini dipasang sebuah batu besar yang sedikit tenggelam dan dapat digunakan untuk duduk santai sambil menikmati hangatnya air.

Setelah badan terasa hangat, pengunjung dapat mendinginkan badan dengan mandi di aliran sungai yang hanya berjarak tiga meter dari bak atau kolam kedua tersebut. Airnya tidak terlalu dalam, tetapi alirannya sedikit tenang sehingga pengunjung dapat menikmati aliran sungai dengan santai sambil berendam.
Jika ingin menikmati aliran air terjun yang jaraknya sekitar 50 meter di seberang sungai, pengunjung harus melewati sawah warga. Keasrian air terjun yang tidak begitu deras itu akan menakjubkan pandangan kita yang baru pertama kali menikmati pemandangan tersebut.

Waktu menjelang sore tidak akan terasa saat pengunjung berada di lokasi tersebut. Matahari yang mulai tenggelam terasa indah di balik bukit yang terlihat tidak jauh dari lokasi wisata. (WARSENO/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 16 Januari 2010

No comments:

Post a Comment