December 26, 2013

Silaturahmi dan Panggung Sastrawan Lampung: Bang AM Tampil Nakal Lewat "TKW"

Oleh Teguh Prasetyo


Karena kau dilahirkan dan dirawat malam malam kau anak malam. Malam luntur adalah wajahmu dengan sepercik bintang. Bintang yang tak benderang di langit, namun di bawah tanah, di akar-akar bakau, di akar-akar jagung yang renggang. Sisik malam penuhi kulitmu. Malam-malam amis yang berkerumun dan menyanyikan lagu-lagu kesedihan. Di matamu, kecuali, ada bintang terang di sana...
Ari Pahala Hutabarat (foto: tribun lampung/teguh prasetyo)
ITULAH sepenggal puisi "Srigala Howlin" karya Ari Pahala Hutabarat dibawakannya dalam Silaturahmi dan Panggung Sastrawan Lampung yang digelar di Gedung Olah Seni Taman Budaya Lampung, Selasa (24/12) malam. Pada penampilannya itu, Ari mampu membius penonton dengan para pembacaan puisinya yang memikat.


Selain Ari, tampil juga penyair-penyair Lampung yang namanya sudah menembus ranah nasional, bahkan internasional. Sebut saja Iswadi Pratama, Isbedy Setiawan ZS, Inggit Putria Marga, Udo Z Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Syaiful Irba Tanpaka, Fitri Yani, Asaroeddin Malik Zulqornain Ch, Alexander GB, dan Edi Purwanto. Selain itu, tampil sebagai pembuka adalah musikalisasi puisi dari UKMBS Umitra Lampung.

Setiap penyiar yang tampil membawakan satu hingga dua puisi karyanya. Tak hanya itu, selain puisi yang dibawakan, mereka juga membawakan cerpen karyanya. Berbagai inotasi suara dan gaya pembacaan yang berbeda dan khas, membuat penonton yang hadir begitu menikmatinya.

Misalnya, Inggit Putria Marga yang vakum lebih dari satu tahun dari dunia kesusastraan, mengaku sangat gugup saat tampil membawakan puisi karyanya di atas panggung malam kemarin itu. "Saya gugup sekali tampil di sini," katanya.

Asaroedin Malik Zulqornain tak kalah uniknya. Meski sudah bisa dikatakan tidak muda lagi, Bang AM, begitu ia disapa, membacakan karyanya cerpen lawasnya yang dimuat di majalah Humor era tahun 84-an. Saat membacakan karyanya itu, banyak pengunjung tertawa karena bait demi bait yang dibacakan sarat kritikan dan guyonan "nakal" yang masih kontekstual, yakni masalah TKW.

Sementara Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL) Harry Djayaningrat di sela-sela acara mengatakan, acara yang digelar Komite Sastra DKI ini dalam rangka launching buku antologi puisi dan cerpen bertajuk "Hilang Silsilah". Buku ini memuat karya puisi dan cerpen dari para sastrawan Lampung yang berasal dari generasi 80-an sampai yang paling kini, 2013. Ada 12 cerpenis dan 17 penyair yang karyanya di muat dalam buku ini.

"Buku sastra ini merupakan karya Komite Sastra DKL. Buku ini keberlanjutan dari antologi "Gerimis (Dalam lain Versi)" yang sudah diluncurkan delapan tahun lalu, serta "Cetik". Sehingga ini diharapkan bisa menjadi salah satu pegangan bagi yang ingin mengetahui perkembangan dunia sastra di Lampung saat ini," ujar Harry.

Dia mengatakan, buku ini nantinya diharapkan bisa dibagikan ke sekolah-sekolah, serta berbagai komunitas yang ada di Lampung. Saat ini, bukunya masih dalam pengiriman dari percetakan yang ada di Solo, Jawa Tengah.

Imas Sobariah, Manajer Teater Satu Lampung yang hadir dalam acara Selasa Malam kemarin mengatakan, sangat mengapresiasi gelaran DKL tersebut. Menurutnya, sudah sangat lama ia tidak menikmati acara yang menghadirkan para penyair Lampung dalam satu panggung dan membacakan sendiri karyanya.

"Sudah sangat lama sekali tidak merasakan suasana seperti ini. Semoga saja acara ini bisa terus diselenggarakan," pintanya.

Hal yang sama juga dikemukakan salah seorang pengunjung yang hadir, Kiki Anvir. Menurutnya, acara panggung penyair merupakan acara yang sangat ia tunggu. "Saya sangat menunggu acara pembacaan puisi seperti ini. Sayangnya masih minim publikasi, jadinya banyak yang tidak tahu ada acara bagus seperti ini," pungkasnya. n

Sumber: Tribun Lampung, Kamis, 26 Desember 2013

1 comment: