December 29, 2013

Panggung Sastrawan Lampung

Oleh Isbedy Stiawan Z.S.



Sastra(wan) Lampung tetap menyimpan kekuatan yang dahsyat. Silaturahmi dan Panggung Sastrawan Lampung berikut buku Hilang Silsilah yang diluncurkan bersamaan dengannya membuktikan ini.

PANGGUNG SASTRAWAN LAMPUNG. Para sastrawan berfoto bersama seusai
pergelaran Silaturahmi dan Panggung Sastrawan Lampung yang
diselenggarakan Dewan Kesenian Lampung (DKL) di Taman Budaya Lampung
(TBL), Selasa (24/12). Bersamaan dengan itu, diluncurkan buku Hilang
Silsilah: Kumpulan Karya Sastrawan Lampung
, yang menghimpun 29
sastrawan Lampung dari generasi 1980-an hingga 2013-an.
(FOTO-FOTO: OYOS SAROSO HN)


SILATURAHMI dan Panggung Sastrawan Lampung, Selasa (24/12) malam, di Taman Budaya Lampung dinilai sebagai pentas kesenian akhir tahun di daerah ini.



A.M. Zulqornain Ch
Isbedy Stiawan Z.S.
Inggit Putria Marga
Yulizar Padli
Ahmad Yulden Erwin
Iswadi Pratama
Udo Z. Karzi
Syaiful Irba Tanpaka,
Fitri Yani
Ari Pahala Hutabarat
Alexander G.B
Edi Purwanto
Desti Yani
Mahasiswa Umitra
Para sastrawan dan apresiasian
Kegiatan yang ditaja Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung (DKL) ini, selain mengundang sastrawan dari generasi 1980-an hingga 2013-an membacakan karya, juga menerbitan buku bertajuk Hilang Silsilah: Kumpulan Karya Sastrawan Lampung (November 2013).

Buku ini menghimpun 29 sastrawan Lampung dari generasi 1980-an hingga 2013-an, terdiri dari 12 cerpenis dan 17 penyair. Mereka di antaranya  A.M. Zulqornain Ch., Syaiful Irba Tanpaka, Isbedy Stiawan Z.S., Djuhardi Basri, Iswadi Pratama, Dahta Gautama, Jimmy Maruli Alfian, Ahmad Yulden Erwin, Udo Z. Karzi, Edi Samudra Kertagama, Ari Pahala Hutabarat, Inggit Putria Marga, Fitri Yani, Alexander G.B., Yulizar Padli, Edi Purwanto, Oky Sanjaya, dan Anton Kurniawan.

Malam Silaturahmi dan Panggung Sastrawan Lampung berlangsung santai, dan terkesan benar-benar silaturahmi. Maklumlah, kegiatan seperti ini di daerah ini sangat langka. Meski semaraknya dunia peniciptaan sastra di Lampung sudah tak diragukan di Tanah Air, namun helat pembacaan karya sastra masih terbilang jarang. Untuk pemanggungan karya, teater lebih mendominasi tinimbang kesenian lain, apatahlagi sastra.

Padahal, penerbitan buku sastra di daerah cukup kontinyu. Setiap tahun sedikitnya dua kumpulan sastra diterbitakn oleh sastrawan Lampung. Dewan Kesenian Lampung tiga tahun terakhir ini telah menerbitkan kumpulan puisi tunggal sejumlah penyair, dan antologi cerpen dari beberapa cerpenis Lampung. Artinya, jika dilanjutkan menjadi pemanggungan karya sastra tentulah tak merepotkan.

Dari dasar pemikiran bahwa panggung sastrawan di daerah ini amat sepi, Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung pada tahun 2013 ini tak hanya menerbitkan buku sastra namun dilanjutkan dengan kegiatan bernama Silarurahmi dan Panggung Sastrawan Lampung, Selasa (24/12).

Ternyata antusias pencinta sastra, khususnya di Bandarlampung tidak buruk. Terlihat dari jumlah pengunjung yang hadir menyaksikan para sastrawan Lampung membacakan karyanya. Selain kehadiran sastrawan di panggung, juga pembaca puisi Desti dan musikalisasi puisi dari mahasiswa UMITRA.

Ketua Umum Dewan Kesenian Lampung Syafariah Widiati dalam pembuka kumpulan karya Sastrawan Lampung Hilang Silsilah ini, menyambut baik kerja Komite Sastra DKL sebagai upaya menghimpun dan mendokumentasikan karya-karya para sastrawan Lampung, dari generasi 80-an hingga terkini.

Dibanding kumpulan sastra yang telah diterbitkan DKL, buku Hilang Silsilah ini lebih banyak menghimpun para sastrawan, yaitu 29 orang—17 penyair dan 12 cerpenis—dengan bentuk dan pandangan terhadap kehidupan ini masing-masing memiliki perbedaan.

Atu Ayi, sapaan Ketua Umum DKL ini, menegaskan penerbitan buku sastra ini sebagai bentuk kepedulian DKL bagi kemajuan kesenian di daerah. Membaca Lampung memang tidak melulu dari keberhasilan pembangunan atau kebangkrutan perpolitikan, melainkan juga dapat dibaca dari karya para senimannya.

Sementara Ketua Harian DKL Hary Jayaningrat mengharapkan panggung sastra serupa ini dapat dilanjutkan dan digagas dengan lebih baik baik di masa-masa mendatang. Dia mengingatkan, bahwa selain teater sebenarnya karya sastra dapat dinikmati masyarakat melalui pembacaan di atas panggung oleh sastrawannya.

Karena itu, pada tahun-tahun depan Komite Sastra dapat menggagas pertemuan sekaligus pembacaan sastra bersekala nasional maupun regional dan internasional. Dengan demikian, dunia sastra di daerah ini akan semakin kuat dan apa yang dikatakan sebagai lumbung sastra dapat terus dipertahankan.

Pentas Akhir Tahun
Panggung Sastrawan Lampung ini dianggap sebagai pentas akhir tahun 2013 di Lampung. Sebelumnya gelar teater dalam Panggung Teater Perempuan se- Sumatera yang diadakan Teater Satu telah menyita perhatian para pecinta seni di sini.

Meskipun panggung sastra amalah langka, tak mengurangi antusias penonton. Apalagi malam Natal 2013 itu, Panggung Sastrawan Lampung menghadirkan “pembuka jalan” sastra di Lampung, A.M. Zulqornain Ch. Sastrawan yang kini mengaku sudah seperti memencet pasta gigi kosong untuk berkarya, ia panggungkan sebuah cerpen humor ihwal TKW yang pernah dimuat Majalah Humor pada tahun 1984.

Lalu Syaiful Irba Tanpaka yang membacakan cerpennya “Ritus Akhir Tahun” yang sarat kritik dan satir pada kehidupan manusia kota. Tidak ketinggalan dua cerpenis yang apik membacakan karyanya, Alexander Gb dan Yulizar Padli.

Selain ketiga cerpenis tersebut, Panggung Sastrawan Lampung juga menampilkan penyair cum sutradara Iswadi Pratama dan Ari Pahala Hutabarat, Ahmad Yulden Erwin, Udo Z. Karzi, Inggit Putria Marga, Fitri Yani, Desti Yani, Edi Purwanto, musikalisasi puisi mahasiswa UMITRA, dan lain-lain.

Kerinduan akan panggung tampak terobati dengan helat ini. Hal itu diakui sastrawan A.M. Zulqornain Ch., yang mengaku lebih dari 30 tahun tidak tampil di panggung membacakan karya sastra. Baru mala mini, melalui Komite Sastra DKL ia bisa berkespresi.

Dan, penampilan Zul, panggilan akrab pemilik banyak nama pena ini, sungguhlah menghibur. Betapapun cerpen yang dibacakan penuh kritik dan satir. Demikian pula, Syaiful Irba Tanpaka, Iswadi Pratama, ataupun A.Y. Erwin, dan Ari Pahala Hutabarat.

Sayangnya helat ini tak seluruh sastrawan yang terhimpun dalam Hilang Silsilah ini bisa hadir karena alasan tertentu. Para sastrawan yang berhalangan hadir, di antaranya Panji Utama, Djuhardi Basri, Dahta Gautama, Edy Samudra Kertagama, Jimmy Maruli Alfian. Arya Winanda, Arman AZ, Anton Kurniawan, Asarpin, Ika Nurliana, Rilda A Oe Taneko, Susilawati, Yuli Nugrahani, dan banyak lagi.

Sebuah silaturahmi yang memang belum sempurna, namun tak menjadi Pangggung Sastrawan Lampung, Selasa (24/12) malam itu, menjadi tercabik. Akankah kegiatan serupa ini dapat diulang di tahun-tahun mendatang?

Sejatinya, kita tetap merindukan keberadaan dalam kebersamaan…*

Isbedy Stiawan Z.S., sastrawan

Sumber: Lampung Post, Minggu, 29 Desember 2013

No comments:

Post a Comment