April 30, 2009

Kala Sumatera: 'Hidup Memang Tak Seperti Dibayangkan'

BANDAR LAMPUNG -- Hidup memang tak seperti dibayangkan. Maka, hidup sajalah mengikuti jalan yang telah digariskan. Tapi, hidup tak sekadar menanti kematian.

WANCI. Ruth Marini, aktor Teater Satu tampil mengesankan saat membawakan monolog Wanci karya Imas Sobariah dalam penutupan Kala Sumatera, Panggung Perempuan se-Sumatera di Taman Budaya Lampung, Bandar Lampung, Rabu (29/4). (LAMPUNG POST/M. REZA)

Kesan ini sangat terasa saat menyaksikan monolog Wanci karya Imas Sobariah yang dipentaskan Teater Satu, menutup rangkaian Kala Sumatera di Gedung Tertutup Taman Budaya Lampung (TBL), Bandar Lampung, Rabu (29-4).

Dibawakan Ruth Marini dan disutradari Iswadi Pratama, lakon ini mampu memukau penonton yang menyesaki Gedung Teater Tertutup. Usai sudah rangkaian pentas Teater Kala Sumatera yang berlangsung lima hari sejak Sabtu (25-4).

Pemimpin Umum Teater Satu Iswadi Pratama menilai penulis skenario dan perempuan sutradara dalam Panggung Perempuan Se-Sumatera, bagian dari kegiatan Kala Sumatera, memiliki potensi. Namun, tema yang diangkat belum menyampaikan gugatan terhadap isu perempuan.

Sebagian sutradara dan penulis lakon dalam Panggung Perempuan Se-Sumatera, kata Iswadi, merupakan orang-orang baru dalam teater. Tapi penampilan mereka sudah cukup bagus. Mereka sudah menguasi aspek-aspek pemanggungan. Namun, ada beberapa penulis lakon yang masih lemah.

Iswadi mengatakan Kala Sumatera merupakan ajang pembelajaran bagi sutradara dan perempuan penulis lakon di Sumatera.

Para peserta Kala Sumatera mamiliki potensi yang bisa dikembangkan. Melalui kegiatan ini diharapkan akan tampil sutradara dan perempuan penulis lakon. Selama ini peran perempuan dalam teater masih berkutat pada bagian yang identik dengan dunia kaum hawa, seperti penataan kostum atau penata rias. Jarang sekali perempuan tampil sebagai sutradara dan penulis lakon.

Iswadi menyebut ajang ini by women and about women. Dari delapan peserta Panggung Perempuan Se-Sumatera, Iswadi menyebut penampilan Teater Sakata Sumatera Barat dan Komunitas Seni Intro Payakumbuh cukup baik. Iswady menilai Teater Selembayung Riau merupakan salah satu peserta yang tampil cukup bagus.

Aktor Teater Selembayung sangat terlatih dan aspek panggung sangat tergarap dengan baik. Iswadi menilai penampilan kurang baik tejadi pada Teater Kurusetra UKMBS Universitas Lampung dan Teater Andung Bengkulu. "Penampilan mereka terlihat tidak kompak dan terkadang tidak konsisten," kata Iswadi.

Menurut Iswadi, masih ada beberapa kekurangan dari para peserta, terutama dalam penyempaian simbol di panggung. Setiap benda dan gerak yang diletakkan di panggung merupakan sebuah simbol yang bertujuan untuk menyampaikan sebuah realitas. "Simbol yang disampaikan dalam panggung terkesan asal nempel," kata dia.

Sebatas Curahan Hati

Faiza Mardzoeki dari Institut Ungu menilai tema yang ditampilkan para peserta dalam Panggung Perempuan Se-Sumatera adalah isu perempuan dalam konteks lokalitas dan domestik. Tema yang disampaikan hanya sebatas curahan hati para perempuan. Belum sampai pada gugatan terhadap permasalahan yang dihadapi kaum perempuan.

Para peserta hanya menampilkan kelemahan dan stereotip kaum perempuan. Kesuksesan dan kelebihan yang dimiliki perempuan tidak diungkapkan. Faiza mengungkapkan para perempuan penulis lakon dan sutradara dalam Kala Sumatera sudah berusaha menggali isu perempuan dalam pertunjukan yang disampaikan, tapi belum bisa memberikan tawaran baru. "Mereka masih gagap dalam merumuskan permasalahan yang dihadapi perempuan," ujarnya.

Menurut Faiza, para peserta memiliki potensi. Mereka cukup lumayan dan rapi dalam pertunjukan. Namun, ada beberapa kelompok teater yang masih lemah. Cukup banyak potensi perempuan sutradara dan penulis lakon di Sumatera.

Sedangkan pengamat teater Ags. Arya Dipayana mengatakan kualitas para peserta Panggung Perempuan Se-Sumatera beragam. Naskah yang baik terkadang tidak diimbangi dengan kualitas aktor yang baik. Beberapa peserta masih terlihat bimbang dalam menggarap pemain. Sebagian peserta sudah menguasai kesiapan-kesiapan pertunjukan.

Arya menilai para peserta belum mampu menyampaikan persoalan baru dalam feminisme dan gender. Panggung Perempuan Se-Sumatera, kata Arya, sangat baik diadakan sebagai ajang berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam berteater.

Arya mengungkapkan tidak masalah para peserta menyampaikan tema seperti curhat perempuan. Namun, curhat tersebut harus dikemas dan diproses sehingga mempunyai nilai estetik dan layak untuk ditampilkan dalam sebuah seni teater. n PADLI RAMDAN/K-1

Sumber: Lampung Post, Kamis, 30 April 2009

No comments:

Post a Comment