February 2, 2012

HUT KE-44 FKIP: Jejak Adat Budaya Lampungm Diseminarkan

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Geografi keratuan atau persekutuan adat di Pemanggilan yang meliputi wilayah Dataran Tinggi Sekala Brak (Ranau dan Lereng Gunung Pesagi) sampai kini masih diakui sebagai tempat asal suku Lampung.

Wilayah ini dikenal dengan sebutan Keratuan Paksi Pak Sekala Brak karena di dalamnya terdapat empat keratuan atau persekutuan adat yang saling independen, yaitu Keratuan Buay Pernong, Keratuan Buay Belunguh, Keratuan Bejalan Di Way, dan Keratuan Buay Nyerupa.

Namun, sejauh ini bagaimana asal serajah keberadaan keratuan dan bukti apa saja (senjata pusaka, benda pusaka, plakat, maupun tambo) belum diketahui secara detail.

Sehubungan dengan itu, Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unila bekerja sama dengan Pemprov Lampung menggelar Seminar dan Dialog Sejarah dan Budaya Lampung dengan tema Paksi Pak Sekala Beghak.

Seminar dalam rangka hari jadi ke-44 FKIP Unila tersebut mengambil subtema Menapak jejak muasal dan menguntai sinergi mengawal adat budaya Lampung. Seminar akan dilaksanakan hari ini (2-2) di aula FKIP dan dibuka Asisten III Bidang Kesra Rellyani. Juga hadir Rektor Unila Sugeng P. Harianto.

Dekan FKIP Unila Bujang Rahman mengatakan Seminar dan Dialog Budaya Lampung ini akan menghadirkan keturunan langsung dari Kerajaan Sekala Brak yakni dari Keratuan Buay Pernong, Keratuan Buay Belunguh, Keratuan Bejalan Di Way, dan Keratuan Buay Nyerupa.

Seminar yang akan dimoderatori Mirzali (tokoh adat Lampung Barat) itu juga menghadirkan pembahas ahli Abdul Sani (budayawan Lampung), Ali Imron (antropolog Lampung), Hendru Susanto (sejarawan Unila), dan Wayan Mustika.

Bujang mengatakan seminar dan dialog Budaya Lampung ini diagendakan enam kali secara bertahap dan berkesinambungan. Diharapkan, dapat diperoleh rangkaian sejarah jejak asal dan untaian sinergi secara keseluruhan dari enam kelompok geografis keratuan suku Lampung dalam rangka mengawal adat budaya Lampung sehingga mampu tetap eksis melintasi perjalanan zaman.

Juga dibahas bagaimana bentuk nyata sinergi yang dapat dan telah dilakukan antara Keratuan Buay Pernong, Keratuan Buay Belunguh, Keratuan Bejalan Di Way, dan Keratuan Buay Nyerupa dalam mengawal adat budaya Lampung? Apa saja hambatan-hambatan yang muncul dalam proses sinergi serta bagaimana mengatasinya?

Nantinya hasil seminar ini dapat dijadikan sumbangan dokumentasi sejarah kebudayaan lokal Lampung yang diharapkan memperkaya khazanah dokumentasi sejarah kebudayaan pada tingkat nasional. (TRI/S-2)

Sumber: Lampung Post, Kamis, -2 Februari 2012

No comments:

Post a Comment