Oleh Nely Merina
KONFLIK Sidomulyo antara suku Lampung dan Bali bisa menjadi tolok ukur bahwa ada kesenjangan antara yang populis dan yang kurang populis. Atau bahasa kasarnya antara si kaya dan si miskin.
Kita memang tak bisa menutup mata bahwa Bali lebih jauh populer dibandingkan Lampung sehingga wajar jika terjadi kecemburuan. Sampai saat ini Lampung masih terpuruk dengan peringkat provinsi termiskin kedua di Sumatera. Sedangkan Bali kini sudah melebarkan sayapnya hingga mancanegara. Bahkan lebih terkenal dibandingkan negaranya sendiri, yakni Indonesia.
Namun, Lampung tak boleh berkecil hati. Siapa bilang Lampung tak bisa terkenal seperti Bali, Lampung bisa jauh lebih terkenal, karena potensi Lampung amat beragam. Namun, kurang dioptimalkan dan banyak yang perlu dibenahi. Tak ada salahnya kita menyontek sistem Pulau Dewata itu untuk mengetahui apa yang menyebabkan Lampung masih belum dikenal, bahkan oleh provinsi tetangganya sendiri.
Potensi Lampung
Bali sangat terkenal dengan pariwisatanya. Pantainya yang indah menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Di Lampung, pantai pun cukup banyak dan tak kalah menarik. Sebut saja Pantai Mutun, Sebalang, Queen Artha, Kelapa Rapat, Pasir Putih, Kalianda Resort, Pantai Wartawan, Merak Belatung.
Jadi apa bedanya dengan pantai di Bali? Yang membedakan adalah perawatannya. Pantai di Lampung terkesan kotor karena terlalu banyak sampah di pinggir pantainya. Pantai di Lampung kebanyakan dikelola pihak swasta sehingga terkesan asal-asalan. Jika Pemerintah Lampung dapat berkerja sama dengan pihak swasta untuk perawatan pantai, penulis rasa pantai di Lampung akan sama indahnya dengan pantai di Bali.
Wisata Anak Gunung Krakatau yang sejarahnya telah mendunia pun bernasib sama. Pemprov Lampung seakan tak siap untuk memperkenalkan objek wisata itu kepada masyarakat. Terbukti minimnya keberadaan hotel yang representatif di daerah tersebut. Alhasil yang menikmati hasil dari promosi wisata adalah Provinsi Banten.
Begitu juga dengan Teluk Kiluan. Pesonanya yang indah ditambah pertunjukan lumba-lumba ternyata belum mampu membuat Lampung terkenal seperti Bali.
Hambatannya hanya satu, yaitu pada infrastruktur jalan yang rusak. Kini turis pun tahu bahwa banyak jalan yang rusak di Lampung (Lampung Post.com, edisi 6 Februari 2012)
Namun, Lampung tak perlu berkecil hati, karena Bumi Ruwa Jurai ini ternyata memiliki potensi pertanian yang luar biasa. Tak banyak orang yang mengetahui bahwa Lampung merupakan produsen gula pasir yang memasok 35% produksi nasional, produsen tapioka (60% produksi nasional), penghasil nanas kaleng (26% pemasok kebutuhan dunia), pengekspor udang ke AS dan Jepang (terbesar di Indonesia), penjual sapi terbesar ke Pulau Jawa. Lumbung padi nasional, serta penghasil utama jagung dan kopi nasional (Dermiyati, Guru Besar Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung).
Ketua DPD Irman Gusman dalam seminar Revitalisasi Pertanian dan Perkebunan Lampung pun mengakui Lampung memiliki potensi pertanian yang luar biasa sehingga tidak menutup kemungkinan bila nanti Lampung bisa dinobatkan sebagai Provinsi Pertanian (Lampung Post, edisi 7 Februari 2012).
Kerajinan Tapis
Kerajinan khas Lampung, tapis, juga sudah dilirik Dosen Seni Universitas of Michgan Amerika Serikat Mary Lousie Toton. Ia menerbitkan buku yang berjudul Wearing Wealth Styling Identity Tapis from Lampung, South Sumatera Indonesia, yang pernah dipamerkan di Hood Museum of Amerika.
Hal ini membuktikan kebudayaan Lampung pun bisa menarik peneliti luar negeri. Berarti sebenarnya Lampung memiliki potensi yang sama seperti Bali, tapi belum terpublikasi. Atau bisa dikatakan Lampung ibarat mutiara yang terpendam di lautan dalam. Dan kemungkinan suatu saat Lampung bisa ditemukan oleh penyelam, yaitu wisatawan, dan bisa lebih terkenal dari Bali.
Namun, untuk mencapai semua itu banyak yang harus dibenahi Pemprov Lampung. Sebaiknya pemerintah menyontek Bali yang bisa menyinergikan antara pertanian dan pariwisata. Karena di balik tempat wisata yang indah, terdapat sistem pertanian yang baik. Dan kini hasil pertanian Lampung telah melimpah, tak ada salahnya produk-produk pertanian itu kita jadikan pemikat untuk menarik minat wisatawan. Misalnya menjadikan sentra pertanian sebagai tempat wisata. Kemudian hasilnya diolah untuk memperbaiki infrastruktur jalan yang rusak sehingga tak ada alasan jalan rusak bagi wisatawan yang berkunjung ke Lampung.
Nely Merina, Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Pemimpin Redaksi UKPM Teknokra Unila
Sumber: Lampung Post, Selasa, 14 Februari 2012
Saya setuju sekali, potensi yang dimiliki oleh lampung memang sangat besar dalam pariwisata juga keragaman budayanya.
ReplyDeleteNamun ada satu hal yang sepertinya harus ditingkatkan baik oleh pemda juga masyarakat sendiri. Keamanan, inilah yang menurut saya harus menjadi isu yang diperhatikan sekali. Mengingat lampung memang tidak bisa dipungkiri belum memiliki stabilitas keamanan yang baik.
Tapi sebagai warga lampung, saya yakin dan optimis dengan makin berkembangnya pola pikir masyarakat ke depannya lampung akan jauh lebih maju lagi.