June 16, 2013

[Lentera] Wakaf Widayanti untuk Taman Baca

RAK-RAK buku empat tingkat itu menjadi dinding ruang baca lesehan berkarpet kuning tua di lantai II Plaza Millenium, Natar, Lampung Selatan. Di dalam loker-loker tanpa pintu itu, aneka bahan bacaan, berupa buku, majalan, tabloid, dan lainnya tersusun rapi.

Widayati
Aneka warna, berbagai tema, untuk beragam umur, dan dengan ukuran yang berbeda-beda. Agak berbeda dari gerai-gerai lain yang ramai dengan transaksi, ruang baca di tengah mal itu memang bukan kios atau toko buku. Anak-anak, orang tua, dan siapa pun boleh datang, lesehan di ruang yang dilengkapi pendingin udara itu.


Bahan bacaan yang tersedia juga tidak lagi disegel dengan plastik. Sebab, buku yang disediakan adalah untuk dibaca secara gratis. "Tetapi, tidak boleh dipinjam untuk dibawa pulang. Cuma boleh dibaca di sini," kata Widayati, pengelola Taman Baca Masyarakat.

Perempuan berhijab yang berhikmat untuk pendidikan prasekolah ini memang sedang mewakafkan diri untuk kampanye membaca buku. Didukung penuh oleh Melin Haryani, pemilik Plaza Millenium, ia semula hanya mengajukan ide untuk membuat taman bacaan. Namun, Melin yang juga istri Wakil Bupati Lampung Selatan Eki Setyanto itu justru menawarkan satu lokasi di tempat usahanya.

"Awalnya hanya ada 300 buku yang saya kumpulkan dari koleksi pribadi dan sumbangan dari beberapa teman. Lalu, melihat upaya ini cukup mendapat sambutan, maka banyak teman-teman yang menyumbangkan buku. Sekarang sudah ada 2.063 buku hasil sumbangan masyarakat. Bahkan pernah ada yang menyumbang majalah dua karung," kata dia.

Menurut Widayati, donaturnya masyarakat yang mempunyai buku di rumah dan tak termanfaatkan, tetapi masih layak pakai. Yang tersedia juga bukan cuma buku-buku yang tak laku dibaca, melainkan juga banyak buku-buku best seller dan sangat diminati pembaca.

Terlihat di rak-rak itu, antara lain buku kisah cinta mantan Presiden ke-4 Republik Indonesia berjudul Habibie & Ainun yang amat terkenal itu. Juga buku Marmut Merah Jambu karangan Raditya Dika dan masih banyak lagi buku bermutu. Koleksi buku pelajaran sekolah juga hampir lengkap. Mulai dari pelajaran sekolah taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, dan buku bacaan umum.

Ada juga kategori buku komik, kesehatan, motivasi dan inspirasi, manajemen, bisnis, agama, novel, hingga resep masakan. Bukan hanya pelajar, melainkan juga masyarakat sekitar pun biasa mengunjungi ruangan baca itu. Pemikiran Widayati untuk membudayakan membaca bagi anak-anak karena kondisi masyarakat saat ini kurang menguntungkan.

Widayati yang juga mengelola pendidikan usia dini (PAUD) di rumahnya melihat minat baca anak-anak sangat buruk. Padahal, kata dia, membaca adalah pembuka pintu dunia. "Kebiasaan membaca kan harus dimulai sejak dini. Sebab, jika anak-anak sudah keduluan budaya menonton televisi, misalnya, budaya membacanya akan rusak," kata perempuan berusia 30 tahun itu.

Ruangan yang rapi ditambah penyejuk udara membuat kita membaca semakin nyaman. Terdapat empat meja lesehan panjang untuk pengunjungnya membaca. Baru tiga bulan berjalan pengunjungnya mencapai 2.863 orang. Ia dibantu dengan empat orang lain yang berjaga di taman baca itu. Mereka Resti Susanti, Dwi Kartika Sari (guru SMP Budi Karya Natar), Wulan Cahya (mahasiswa), dan Dea Nela Puspita (mahasiswa).

Widayati mengaku jiwanya tertarik dengan anak-anak. Di desanya dulu, dia pernah melihat banyak anak-anak yang tidak sekolah TK karena orang tuanya tidak mampu membayar, sewaktu baru masuk SD anak-anak yang dilihatnya dipisahkan mana yang ikut sekolah TK dan yang tidak TK. "Banyak anak-anak yang menangis karena tidak mengerti pelajaran. Dari situ saya tertarik," kata dia.

Kini ia menjabat kepala PAUD Bintang Mandiri, Desa Banjarnegeri, Kecamatan Natar, sejak 2007. Ia termasuk aktif di masyarakat di Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Sebagai pelaku, ia musyawarahkan dengan anggota PNPM lainnya.

Taman baca ini buka tiap hari dari pukul 09.00 sampai pukul 17.00. Insentif uang transpor yang mereka dapat hanya Rp10 ribu per hari. "Yang penting buka saja dulu, kalau rezeki enggak ke mana."

Banyak orang menawarkan buku-buku di rumahnya yang sudah tidak dibaca lagi dan disumbangkan di taman baca itu. Ibu dua anak itu kini menjabat sebagai ketua Forum Taman Anak Sejahtera (TAS) Lampung Selatan periode 2011?2015. (DIAN WAHYU/M1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 16 Juni 2013

No comments:

Post a Comment