June 1, 2009

Saatnya Lampung Bangkit

Oleh FX Aris Wahyu Prasetyo

TEMPO dulu Lampung dikenal sebagai penghasil lada hitam utama. Lada hitam inilah yang akhirnya mengilhami berbagai negara Eropa ambil bagian dalam konstelasi politik di Nusantara waktu itu. Ada sebuah ukuran kejayaan bagi negara-negara di Eropa tempo dulu bahwa menguasai wilayah dengan sumber rempah-rempah berarti menguasai perdagangan dunia.

Lampung sangat jelas menjadi bidikan utama penjajah Belanda waktu itu. Hal itu tampak jelas dari perjanjian antara Putra Mahkota Banten, Sultan Haji, dengan Belanda. Sultan Haji akan menyerahkan beberapa wilayah kekuasan Sultan Ageng Tirtayasa, yang di dalamnya termasuk Lampung. Hal ini sebagai hadiah untuk Belanda yang telah membantu Kesultanan Banten melawan Sultan Ageng Tirtayasa.

Lampung merupakan hadiah istimewa untuk Belanda dari Kesultanan Banten. Dan, memang waktu itu Lampung merupakan daerah kekuasaan Kesultanan Banten. Hal itu tampak dalam Piagam Bojong yang menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai Kesultanan Banten. Sangat jelaslah bahwa Lampung tempo dulu menjadi wilayah yang menggiurkan bagi Belanda karena begitu kaya, khususnya lada hitam. Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para seniman sehingga muncullah lagu Tanah Lada. Dan, ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian lambang daerah (Wikipedia).

Sebuah pertanyaan besar patut dilontarkan, ke manakah kejayaan tanah Lampung itu sekarang? Di era yang sudah maju dan canggih ini, Lampung tampak masih tenang-tenang saja dan justru cenderung tidak nampak sebagai wilayah yang pernah memiliki kejayaan. Ada begitu banyak potensi yang bisa dikembangkan dan dibudayakan di tanah Lampung. Jika potensi itu tidak segera dioptimalkan, maka Lampung akan benar-benar kehilangan kejayaannya.

Potensi Lampung

Pertama, Lampung merupakan sebuah wilayah strategis sebagai daerah pelabuhan. Bakaheuni menjadi pelabuhan yang akan sibuk dengan arus manusia dan barang dari dan ke pulau Jawa. Wilayah Lampung dengan pelabuhannya mengingatkan kita pada Singapura yang juga menjadi tempat transit lalu lintas air. Singapura mampu mengembangkan wilayahnya dalam mengakomodasi dan mengoptimalkan pelayanan laut dengan infrastruktur yang memadai. Akhirnya, mereka bisa maju dan berkembang salah satunya berkat kehebatan mereka mengelola wilayahnya sebagai pelabuhan internasional.

Bukan hal yang mustahil bagi Lampung untuk dikembangkan sebagai gerbang sumatera yang profesional. Perbaikan mekanisme pelayanan pelabuhan dan peningkatan sarana-prasarana pendukung menjadi sebuah usaha mengembalikan kejayaan lampung di tanah sumatera, dan Indonesia pada umumnya. Pengelolahan pelabuhan yang bukan hanya sebagai jalan lewat belaka tetapi bisa menjadi sebuah tempat transit yang menyenangkan. Mengembangkan pelabuhan menjadi aset wisata bahari akan sangat memukau apalagi pelabuhan di Lampung memiliki pemandangan yang indah, khususnya gunung Krakatau di Selat Sunda.

Kedua, keindahan alam lampung sesungguhnya sangat memukau. Ada gunung Krakatau yang begitu asyik dengan birunya perairan selat Sunda. Ada bukit barisan yang begitu kokoh dan mempesona. Ada beberapa gunung yang bisa menjadi aset wisata, seperti gunung Pesagi, Seminung, Tebak, Rindingan, Pesawaran, Betung, dan Rajabasa. Bahkan, teman wisata bahari yang sudah ada seperti Pulau Pasir dan Pasir Putih tidak akan kalah dengan Pulau Dewata Bali jika dikelola secara baik dan profesional.

Ketiga, wisata budaya di Lampung pun sangat beragam dan indah. Wisata budaya yang dapat dikunjungi di Lampung adalah wisata budaya di beberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri di Lampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas di Lampung Barat, dan Festival Way Kambas di Lampung Timur. Hal ini benar-benar menunjukkan betapa kaya dan indahnya tanah Lampung dengan ragam budaya yang ada.

Keempat, Lampung juga sangat kaya hasil perkebunan, seperti kelapa sawit, kopi, lada, jagung, dan tebu. Bahkan, Lampung sudah sangat terkenal dengan keripik pisang ala Lampung di seluruh nusantara bahkan di mancanegara. Dan di beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional. Kekayaan alam tanah Lampung telah menjadi bukti bahwa begitu subur tanahnya dan kaya perairannya.

Kelima, Sebagai gerbang Sumatera, di Lampung sangat potensial berkembang berbagai jenis industri. Mulai dari industri kecil (kerajinan) hingga industri besar, terutama di bidang agrobisnis. Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar di dunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena dan Wachyuni Mandira. Terdapat juga pabrik gula dengan produksi per tahun mencapai 600.000 ton oleh 2 pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar group. Bahkan di tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan satu pabrik gula lagi dibawah PT Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI) (Sumber: Wikipedia).

Mengembalikan Kejayaan

Rasanya Lampung masih memiliki potensi untuk mengembalikan kejayaannya. Jika dulu hanya mengandalkan lada hitam, sekarang ada begitu banyak potensi yang bisa dikembangkan. Sumber daya manusia masyarakat Lampung juga sangat memadai. Ada sebuah pengalaman menarik yang menunjukkan bahwa orang Lampung itu cerdas. Pada tahun 2001 salah satu universitas swasta di Yogyakarta mengirimkan mahasiswanya untuk mengikuti mahasiswa berprestasi tingkat nasional di Jakarta yang disponsori Toyota-Astra. Uniknya, dari delapan mahasiswa yang dikirim itu ternyata lima di antaranya dari Lampung. Bahkan, setiap tahunnya mahasiswa Lampung selalu masuk dalam lima besar lulusan terbaik dari kampus itu.

Fakta ini menjadi salah satu contoh bahwa sebenarnya putra-putri Lampung tidak kalah berkualitasnya dengan anak-anak di Jawa yang menjadi pusatnya pendidikan. Hal ini menjadi sebuah kebanggaan bagi tanah Lampung karena memiliki SDM yang baik dan berkualitas. Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengoptimalkan SDM yang ada itu.

Harus diakui bahwa mengembalikan kejayaan Lampung tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat apalagi instan. Untuk itu semua, membutuhkan proses yang benar-benar kontekstual, evaluatif, dan reflektif. Pendidikan menjadi sebuah jalan yang sangat tepat untuk mengembalikan kejayaan Lampung. Bagaimana pendidikan di Lampung diolah sesuai dengan konteks geografis, sejarah, budaya, dan lingkungan Lampung itu sendiri adalah sebuah dasar pengembangan itu. Anak-anak akan belajar sesuai dengan konteksnya, bukan berdasarkan teori dan materi yang mengawang jauh dari pikiran mereka.

Pengembangan pendidikan yang baik dan benar di Lampung akan menjadi daya tarik sendiri sehingga akan mengurangi laju eksodusnya putra-putri Lampung ke tanah Jawa untuk mengenyam pendidikan di sana. Kesungguhan pemerintah daerah dalam menyelengarakan dan mengembangkan pendidikan di Lampung harus benar-benar nyata. Sinergis antara pemerintah dan swasta dalam mengembangkan pendidikan di Lampung lewat pengadaan dana, fasilitas, dan lapangan kerja akan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pendidikan yang layak.

Selain itu, kreativitas pendidik mendesain proses pembelajaran yang berbasis keadaan Lampung di kelas sangat dituntut. Sebagai contoh, guru Bahasa Indonesia dapat mengembangkan kompetensi menulis tentang potensi Lampung yang bersinergis dengan mata pelajaran Sejarah dengan penelitiannya tentang peninggalan sejarah yang ada di Lampung. Sosiologi pun bisa ambil bagian lewat penelitiannya tentang masyarakat Lampung yang bersinergis dengan mata pelajaran Ekonomi dalam kerangka mata pencaharian dan pendapatan masyarakat lampung.

Pembelajaran kolaboratif akan semakin memperkaya wawasan dan pemahaman anak-anak tentang ilmu pengetahuan dan Lampung itu sendiri. Masih banyak yang bisa kita kembangkan di kelas dengan bertitik tolak dari tanah Lampung. Lewat pendidikan berbasis tanah Lampung ini dimaksudkan untuk membiasakan anak didik kita dengan lingkungannya sehingga kesadaran dan kepekaannya tumbuh. Tentunya kita sangat berharap bahwa kecintaan mereka terhadap tanah Sang Bumi Ruwa Jurai ini semakin besar. Dengan demikian, mentalitas masyarakat Lampung semakin kokoh terbangun dan sebuah harapan besar untuk kembalinya kejayaan Lampung pun dapat tercapai.

* FX Aris Wahyu Prasetyo, Mahasiswa Magister Instructional Leadership di Loyola University Chicago, USA dan pendidik di SMA Kolese Loyola Semarang.

Sumber: Lampung Post, Selasa, 2 Juni 2009

No comments:

Post a Comment