June 4, 2009

VLY dan Perekonomian Lampung

Oleh Lukmansyah*

SAMPAI kini, perekonomian Provinsi Lampung masih didominasi sektor pertanian. Hampir 40% PDRB Lampung berasal dari sektor pertanian tersebut.

Sedangkan sektor lain hanya sekitar 13% untuk sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan serta jasa-jasa sekitar 11%. Kondisi ini masih cukup timpang. Sebab itu, dalam rangka memperkuat perekonomian Lampung, struktur ekonomi tersebut harus lebih merata atau setidaknya tidak bertumpu pada hanya satu sektor.

Terkait dengan itu, Visit Lampung Year 2009 (VLY 2009) merupakan sebuah langkah strategis yang berdimensi jangka panjang. Terlepas dari segala kekurangan yang masih ada, VLY sesungguhnya sebuah cara pandang yang jauh ke depan dan berdimensi luas.

Pertama, akan memperluas basis ekonomi Lampung sehingga tidak hanya bertumpu pada sektor pertanian. Kedua, mempercepat perkembangan pariwisata Lampung karena ada perluasan cakrawala dan peningkatan jangkauan kegiatan sehingga tidak hanya berorientasi lokal.

Dengan demikian, VLY 2009 hendaknya tidak hanya dilihat sebagai sebuah momentum. Contohnya, festival durian tidak harus dimaknai sekadar pesta makan durian. Tapi lebih jauh dari itu, adanya wawasan baru tentang durian. Bahwa durian Lampung terutama di kawasan Batu Putu punya cerita yang panjang dalam konteks budi daya durian dan punya cita rasa yang khas. Kesadaran ini diharapkan bisa menggugah semua pihak untuk melestarikan kawasan Batu Putu sebagai citra durian lampung.

Citra Batu Putu di satu sisi membangkitkan kegairahan baru di bidang pariwisata dengan segala ragam objeknya. Tapi, jangan sampai ragam baru itu justru menghapus citra lama yang justru memiliki keunikan universal. Keunikan universal inilah yang menjadi kekuatan citra pariwisata yang berdimensi internasional.

Pariwisata tidak sekadar menghadirkan suasana yang menghibur, tapi yang juga penting adalah memberikan suasana yang khas. Ciri khas itulah kekuatan pariwisata.

Kembali pada VLY 2009, mungkin secara teknis masih banyak kekurangan. Tapi itu bukan berarti sebuah kegagalan. Ini adalah proses. Dan kita harus memaknainya sebagai sebuah proses. Artinya, proses membutuhkan waktu untuk terjadi transfomasi sehingga lahir sebuah keberhasilan sebagaimana yang kita inginkan.

Dengan demikian, VLY haruslah berkesinambungan sehingga ada kemajuan (progess). Bila VLY berhenti, kekurangan yang ada bisa bermakna kegagalan. Itulah sebabnya semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) untuk ikut membangun komitmen bahwa pariwisata Lampung perlu pecepatan dalam pengembangannya. Percepatan itu membutuhkan sinergi sehingga semua pihak dapat mengontribusi yang positif.

Memang ada kekhawatiran VLY 2009 sebagai instruksi, proyek, tujuan "bayaran" serta dominasi pemerintah yang masih sangat terasa. Sebab, 40 event yang direncanakan dalam VLY ini rata-rata masih didominasi agenda pemerintah di daerah ini. Di mana agenda para seniman asal Lampung semisal Bang Isbedi dan kawan-kawan lain di DKL? Apakah meraka tidak bekerja? Mereka pasti bekerja, tapi sayang agenda mereka tidak tidak masuk agenda VLY.

Padahal, munculnya jejaring kerja, kesetaraan, proses dan kerja tim akan berhasil jika dimulai pada tahap perencanaan. Bisa jadi, jika agenda para stakeholders pariwisata lain (baik individu/seniman maupun institusi) sejak awal dimasukkan dalam agenda VLY 2009, akan menambah kekuatan untuk terjadinya kesadaran menyukseskan VLY secara bersama-sama. Pro dan kontra yang mengindikasikan ketidakkompakan pelaksanaan VLY 2009 akan berkurang dengan sendirinya.

Dalam mewujudkan hal tersebut, apakah sudah terlambat? Mungkin belum karena perjalanan VLY 2009 masih panjang; memang sebagai proyek dia akan selesai pada akhir 2009, tapi sebagai proses ia akan berlangsung selamanya. Dan untuk memulainya, kesadaran tentang filosofi kepariwisataan menjadi penting; baik filosofi proses maupun filosofi substansi.

Oleh sebab itu, keberhasilan VLY bukan sekadar keberhasilan pariwisata, tapi juga kemajuan ekonomi Lampung. Melalui VLY akan terjadi diversifikasi kegiatan ekonomi sehingga tidak lagi hanya bertumpu pada satu sektor.

Ini artinya kita jangan melihat biaya VLY sekadar biaya sektor pariwisata, tapi juga sektor lainnya, karena, sektor lainnya juga akan mendapat manfaat. Bahkan, mungkin manfaat VLY yang terbesar tidak pada sektor pariwisata itu.

Sebagaimana kita tahu bahwa sektor pariwisata adalah sektor hilir, yaitu sektor pemanfaat. Sebab itu, harus ada perkembangan yang signifikan pada semua sektor. Pemahaman ini mengingatkan kita bahwa membangun itu tidak dapat diselesaikan secara sepihak (parsial). Pembangunan membutuhkan kebersamaan dan dalam kebersamaan.

Ketika ekonomi Lampung masih sangat bergantung pada satu sektor, ekonomi Lampung masih lamban berkembang dan tidak memiliki ketahanan yang kokoh. Lihat pertumbuhan ekonomi Lampung, walau tetap tumbuh, masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Lihat kesejahteraan masyarakat, Lampung masih termasuk daerah yang penduduk miskinnya banyak. Oleh sebab itu, selalu ada harapan terhadap VLY dalam ikut membantu tumbuhnya sektor perekonomian. n

* Lukmansyah, Kabid Pemasaran Pariwisata, Disbudpar Prov. Lampung

Sumber: Lampung Post, Kamis, 4 Juni 2009

No comments:

Post a Comment