October 4, 2009

[Perjalanan] Klara, Pantai Berpayung Pohon Kelapa

WISATA air, selalu masuk dalam daftar dominan agenda libur Lebaran banyak keluarga, termasuk keluargaku. Bukan hanya sekadar kebersamaan dalam sukacita, melainkan juga menikmati kebesaran Allah swt. yang terpeta jelas pada eksotis alam Lampung menjadi tujuan utama.

Untuk tahun ini, pantai kelapa rapat atau ulun Lampung (orang Lampung, baik yang bersuku Lampung ataupun yang menetap di Lampung, red) menyebutnya Pantai Klara (singkatan dari Klapa Rapat), menjadi pilihan kami. Singkatan itu memang pas untuk menggambarkan lokasi yang berupa pantai dengan jajaran pohon kelapa menjulang tinggi sebagai peneduh pantai.

Masuknya pantai yang terletak di Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran, ini ke dalam list kunjungan wisata kami bukan tanpa alasan. Letak Pantai Klara tidak jauh dari pusat kota. Ini menjadi alasan yang sangat utama mengingat pada hari itu juga, salah satu anggota keluarga kami dan keluarganya, harus pulang ke tempatnya berdomisili di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Sehingga seluruh keluarga sepakat untuk berwisata tidak jauh dari rumahku yang terletak di Tanjungkarang Pusat.

Berangkat sekitar pukul 09.00, rombongan dibagi dalam dua mobil. Entah siapa yang membagi kelompok, tanpa dikomandoi satu mobil berisi para orang tua. Sementara mobil lain diisi anak-anak. Tentu saja sebagai cucu tertua (meskipun kini saya bukan anak-anak lagi, lo), saya harus rela duduk di mobil kedua dan bertugas menjaga adik-adik.

Meskipun pergi ke pantai bukanlah hal baru, setiap kali pergi ke salah satu jenis wisata air itu pasti terasa spesial. Menyusuri jalan yang sering kami lewati itu diliputi gembira tiada tara. Dengan keringat mengucur cukup deras akibat keadaan mobil yang seperti angkutan Lebaran, penuh sesak. Ditambah panas sinar matahari yang melesap masuk ke dalam mobil tak ber-AC itu. Tapi kami tetap gembira. Pepatah bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian memang harus selalu dipegang teguh.

Memasuki Jalan Laksamana R.E. Martadinata, aroma pantai mulai terasa. Berbelok ke arah kiri, mobil para orang tua singgah ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lempasing. Di TPI yang terletak di Kelurahan Sukamaju, Telukbetung Barat, orang tuaku ingin menambah perbekalan kami. Menu ikan bakar tentu sangat menarik, ehmm yummy. Ikan kembung menjadi pilihan kami. Selain mudah dalam pengolahannya, ikan ini juga memiliki harga yang relatif murah.

Ternyata TPI Lempasing juga menyediakan jasa bakar ikan. Per kilogram mereka mematok harga Rp6.000. Wah, semakin mudah saja ya sekarang untuk mendapatkan ikan bakar yang lezat.

Tetapi berhubung ibuku sudah menyiapkan arang dan alat pemanggang. Serta telah terdapat ahli panggang, yakni Pak Su, paman dari Pagaralam. Maka urusan bakar membakar ikan kami anggap selesai.

Perjalanan menuju Pantai Klara kembali dilanjutkan. Kembali bersemangat, keindahan pantai telah menari-nari di ujung mata. Tapi ehm, kami harus kembali bersabar. Sabar, karena jalan menjadi macet. Arus lalu lintas sedikit tersendat akibat banyaknya masyarakat yang juga ingin menikmati eksotis pantai Lampung.

Sebenarnya lokasi pantai yang tidak terlalu ramai menjadi alasan kedua kami memilih Pantai Klara. Tapi keadaan itu mematahkan pernyataan itu. Macet tidak hanya di depan Pantai Mutun yang juga searah dengan pantai yang kami tuju.

Lautan manusia juga berkelimun di Pantai Klara. Kami kebingungan untuk memarkirkan mobil. Ternyata pantai itu telah banyak penggemarnya. Idulfitri memang sangat dahsyat, momen hari besar umat Islam itu bisa mengubah berbagai keadaan. Dari sepi menjadi ramai, dari sedih menjadi gembira, dan dari miskin menjadi kaya (sebab semua orang merasakan nikmatnya daging sapi ataupun ayam pada momen itu). Setidaknya itu menurut saya.

Oia, alasan lain kami menempatkan Klara menjadi tujuan wisata harga tiket masuk yang tidak mahal. Tanpa perlu merogoh kantung lebih dalam. Seluruh keluarga besar bisa menikmati keindahan pantai, dan menghirup udara bersih. Selain juga dapat melepas kepenatan, dan sedikit bersantai setelah selama beberapa hari berkeliling ke rumah saudara. Satu mobil yang diisi berapa pun manusia dipatok Rp20 ribu.

Sementara bagi adik-adik kecilku, pantai ini menjadi tempat mengeksplorasi diri. Mereka bebas bermain air laut, dan bermain pasir sesuka hati. Pantai yang landai dengan air laut yang tenang dan bersih sangat mendukung hobi mereka berenang.

Pantai ini memang sangat cocok untuk liburan keluarga. Panorama alam yang sangat menakjubkan pasir putih yang mendominasi pantai. Laut yang tenang dengan warna birunya. Diperkokoh dengan hamparan gunung sebagai backgroud-nya. Kombinasi kecantikan alam yang selaras.

Seperti diutarakan seorang pengunjung, Kusuma, yang mengatakan bahwa Pantai Klara merupakan pantai favoritnya. "Klara tempatnya sejuk, banyak pohon kelapanya dan gak rame orang," kata warga Kedaton, Bandar Lampung.

Wah tidak terasa, matahari semakin condong ke arah barat. Bekal telah porak poranda, dan seluruh adikku telah selesai bermain air. Meskipun saya tahu mereka tentu belum puas menikmati kebebasannya di pantai itu.

Wah, jalanan macet kembali kami temui saat perjalanan pulang. Polisi dan petugas dari Dinas Perhubungan semakin sibuk dengan tugasnya. Mengatur arus lalu lintas dan pemakai jalan yang seenaknya menjadi tugas berat hari itu..

Petugas Kepolisian yang merupakan gabungan dari Polsek Telukbetung Barat dan Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Bandar Lampung mengalihkan arus lalu lintas. Kendaraan dialihkan menuju jalan Batu Putu yang tembus ke Jalan Pangeran Emir M. Noer.

Meski berat, leisure dengan keluarga di hari Lebaran cukup membuat suasana batin segar kembali. Kini, masa libur Lebaran usai. Aktivitas rutin harian mencengkeram kembali. Klara, sampai jumpa kembali, ya. n VERA AGLISA/M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 4 Oktober 2009>

No comments:

Post a Comment