February 7, 2010

[Reporter Cilik] 'Suara-Suara dari Balik Terali'

TEMAN-TEMAN! Mungkin teman-teman merasa ngeri membaca judul di atas. Tapi jangan khawatir. Itu hanya sebuah judul naskah teater yang pertama kali ditulis oleh Kak Iswadi Pratama ketika beliau masih di bangku SMA.

Teater Satu Latihan. (LAMPUNG POST/M. REZA)

Kini, Kak Is, sapaan akrab kami pada beliau, benar-benar telah berhasil menjadi sutradara terkenal. Bahkan, naskah drama yang ditulisnya juga digarap oleh sutradara Hongaria dan negara-negara lain. Hebat ya!

Teman-teman, selama ini kita sering mendengar kalau jadi seniman itu tidak bisa sukses, iya kan? Tapi, ternyata tidak semuanya benar lo. Buktinya Kakak Iswadi bisa sukses menjadi seorang penulis naskah dan sutradara yang tidak hanya diakui di Indonesia, tetapi juga di dunia. Karena itu, drama kolaborasi yang digelar di Festival Horison-Horison Indonesia dan Festval Berlin pada Juni nanti berasal dari naskah drama yang dia tulis, judulnya Kenangan Tanjungkarang.

Kok bisa sih Kak Iswadi meraih semua itu? Dalam wawancara panjang kami dengan Kak Is, kami mendapatkan jawabannya bahwa orang yang sukses adalah orang yang mau belajar dengan siapa saja dan apa saja.

Seperti Kak Is yang berhasil bukan karena dia lulusan dari universitas ternama, melainkan dari semangat belajarnya yang tidak pernah usai. Dia belajar secara autodidak kepada seniman-seniman besar yang ada di sekelilingnya. Bahkan, Kak Is juga belajar dari televisi dan buku-buku kesenian. Satu lagi, sejak SD Kak Is sudah senang dengan puisi dan kesenian.

Kak Is baru mulai menulis naskah drama ketika duduk di kelas satu SMA. Dia diminta untuk menuliskan naskah drama untuk pementasan di sekolah. Nah, karya pertama Kak Is itu berjudul Suara-Suara dari Balik Terali.

Menurut Kak Is, dia terilhami oleh kisah Nabi Isa yang diminta memutuskan perkara tentang seorang yang mencuri gandum untuk memberi makan anak istrinya yang kelaparan dan hampir mati. Orang itu memilih apa? Kalau tidak mencuri, anaknya mati, kalau mencuri, gandum itu milik orang lain. Akhirnya orang itu memilih biji gandum milik tetangganya yang kaya.

"Di manakah kebenaran dan keadilah itu? Itu adalah inti dari perdebatan dua narapidana yang dilakonkan dalam drama ini," ujarnya. Wah, waktu itu kan Kak Is baru kelas dua SMA, tapi pemikirannya sudah sejauh itu ya? Weleh-weleh, berat-berat...He..he...

Selanjutnya, kelas dua SMA, Kak Is ikut Lomba Penulisan Naskah Drama untuk pelajar seluruh Indonesia. Pada lomba ini dia kembali meraih juara dari naskah yang berjudul Tuhan dan Aku. Begitu seterusnya sampai saat ini sudah tidak terhitung berapa naskah yang sudah dia tulis dan bukukan. Bahkan, puluhan piala juga sudah dia kumpulkan.

Teman-teman tahu tidak, dengan kemampuannya menulis naskah itu, Kak Is sudah berkeliling ke berbagai negara di dunia lo. Kak Is tidak hanya menjadi seorang penulis naskah dan sutradara terbaik Indonesia, tetapi dia juga sering membagi ilmunya dengan para sutradara luar negeri. Wah, keren ya.

Untung, kami menjadi reporter cilik Lampung Post sehingga kami menjadi tahu bahwa tidak ada bakat yang tidak berguna. Bahkan, ketika seseorang punya bakat dan potensi di kesenian dan teater sekalipun, dia akan sukses asal tekun dan bekerja keras. Ini menjadi pelajaran berharga bagi kami, kami akan gali terus bakat dan potensi kami. Ayo belajar. Semangat! n M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 7 Februari 2010

No comments:

Post a Comment