July 10, 2012

'Belangiran' Tradisi Mandi Sucikan Diri Sambut Ramadhan

BANDARLAMPUNG -- "Belangiran" merupakan tradisi turun temurun warga Lampung, untuk menyucikan diri menjelang Ramadhan yang perlu dilestarikan agar tidak punah.

PROSESI BELANGIRAN. Seorang muli (gadis) Lampung menjalani prosesi "belangiran" guna mensucikan diri menyambut Bulan Suci Ramadhan, di Kali Akar, Telukbetung Utara, Bandarlampung, Selasa (10/7). "Belangiran" merupakan tradisi masyarakat Lampung dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan. (ANTARA/TAUFIK HIDAYAT)

Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP, saat acara "Belangiran" di Kali Akar, Kelurahan Sumur Putri, Kecamatan Telukbetung Utara, Bandarlampung, Selasa siang, mengatakan bahwa tradisi ini merupakan salah satu cara yang dilakukan umat Islam di daerah itu dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
   
Berbagai ritual dan tradisi menyambut Ramadhan itu pun dilakukan, salah satunya "Belangiran" atau mandi untuk menyucikan diri," kata Sjachroedin.

Selain itu, lanjut dia, masih banyak cara lainnya yang dilakukan oleh umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan di antaranya menziarahi makam keluarga dan kerabat yang telah meninggal dunia, tradisi memukul bedug, dan mandi untuk menyucikan diri.

Tradisi itu, bagi masyarakat di Jawa menyebutnya dengan "padasan", sedangkan orang Minang "mandi balimau", dan orang Lampung menamakannya "belangiran".
   
"Belangiran yang kita laksanakan hari ini merupakan kedua kalinya, mengingat tahun sebelumnya kita melaksanakannya di kolam renang Pahoman Bandarlampung, dan tahun ini kita laksanakan di Kali Akar, Sumur Putri Telukbetung," kata dia lagi.

BAKAR MERANG. Muli-Mekhanai (muda-mudi) Lampung membakar merang sebagai salah satu proses ritual "belangiran" di Kali Akar Telukbetung Utara, Bandarlampung, Selasa (10/7). "Belangiran" merupakan tradisi masyarakat Lampung dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan. (ANTARA/TAUFIK HIDAYAT)


Menurut Gubernur, menyucikan diri menyambut bulan suci Ramadan tidak hanya membersihkan badaniah saja, tapi lebih berorientasi kepada menyucikan diri dan hati, seperti rasa iri, dengki, benci dan sombong, juga rasa dendam pada  seseorang.
   
"Untuk menyucikan harta yang kita miliki, yaitu dengan mengeluarkan zakat fitrah dan sedekah," kata Sjachroedin pula.
   
Dia mengharapkan, ritual dan tradisi seperti "belangiran" tidak dimaknai macam-macam, karena hanya merupakan bentuk ucapan syukur menyambut kedatangan bulan Ramadan, sekaligus  dalam rangka melestarikan budaya Lampung agar tidak punah dimakan zaman.
   
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Lampung, Gatot Hudi Utomo, selaku pelaksana acara itu, mengatakan bahwa "belangiran" itu dilaksanakan untuk menyambut bulan suci Ramadan 1433 Hijriah.
   
Selain itu, menurut dia, pelaksanaan "belangiran" itu juga sebagai upaya untuk melindungi dan mengembangkan budaya daerah Lampung serta mempromosikannya sebagai daya tarik wisata.
   
Rangkaian acara itu, selain "belangiran", juga pembagian sembako, penaburan benih ikan, pemberian bibit ayam, dan dimeriahkan pula dengan "Sekura cakak pesta" (Sekura naik panjat pinang) .sebagai wujud kepedulian pemerintah kepada masyarakat.
   
Gatot mengharapkan dengan terselengara "belangiran" akan terjalin silaturahmi yang baik dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat di daerah ini.
   
"Diharapkan "belangiran" menjadi tradisi yang kembali mengakar di masyarakat," kata dia pula.
   
Pada acara "belangiran" itu, terlihat masyarakat yang antusias memadati tempat prosesi pelaksanaan kegiatan itu.
   
Tidak hanya masyarakat lokal, turis asing yang berasal dari Korea juga antusias menyaksikan prosesi tradisi budaya masyarakat Lampung tersebut.


Sumber: Antara, Selasa, 10 Juli 2012





No comments:

Post a Comment