January 22, 2013

Melihat Jejak Aktivis Meneliti Sejarah Berdirinya Lampung (2): Buku ’’Lampoeng’’ Hanya Sebut Sekala Brak

TUNJUKKAN BUKU: Aryanto Yusuf saat menunjukkan
buku Lampoeng karya K.R.T.A.A. Probonegoro.
FOTO IST FOR RADAR LAMPUNG
BANDARLAMPUNG – Sejarah berdirinya Provinsi Lampung yang dimulai dari zaman kerajaan ribuan tahun silam terus menarik untuk disimak. Masih terjadi perdebatan, saling klaim, dan kesimpangsiuran data siapakah kerajaan tertua di Provinsi Lampung. Saat ini, sejumlah aktivis sedang giat menggali data sejarah Lampung yang terserak dengan menerjemahkan sebuah buku langka untuk menguak sejarah. Bagaimana kisahnya?

Aryanto Yusuf dan Slamet Budiono tengah menerjemahkan buku langka tentang sejarah Provinsi Lampung berbahasa Jawa halus berjudul Lampoeng, Tanah Lan Tijangipoen yang ditulis oleh K.R.T.A.A. Probonegoro yang merupakan bupati Betawi (Jakarta). Dari beberapa penggalan buku yang dicetak oleh Bale Poestaka Batavia-C pada tahun 1940 itu, salah satunya menyebutkan bahwa kerajaan tertua di Lampung yakni di Belalau atau tafsirnya Kerajaan Sekala Brak.


 ’’Pada bab asal usul orang Lampung (tijangipun) dalam buku itu disebut bahwa asal usul orang Lampung berasal dari daerah Sekala Brak atau sebelah utara Danau Ranau,” kata Slamet didampingi Aryanto, Minggu (20/1).

    Dilanjutkan, dalam buku itu tepatnya menyatakan bahwa orang Lampung berasal dari Belalau. Sehingga, kata Selamet, hal inilah yang menarik minatnya dan Aryanto bahwa ternyata tidak disebutkan kerajaan lain selain di Belalau.

’’Setelah kami cross check ke lapangan, ternyata memang benar bahwa Sekala Brak dimulai pada zaman batu atau abad ke-3. Masih zaman animisme yang kemudian berlanjut hingga tahapan masuknya Islam di Sekala Brak hingga beberapa turunan raja di sana. Fakta sejarahnya juga ada, batu-batu besar di lokasi itu. Memang, ada juga batu-batu peninggalan seperti berbentuk anak memeluk ibu di Pulau Panggung, Tanggamus. Tetapi butuh uji karbon dahulu untuk menaksir umur batu apakah tua yang di Tanggamus atau Lampung Barat (Sekala Brak). Dan di Sekala Brak memang berbeda dengan yang ada di Pugung Raharjo,” papar dia.

Menilik fakta itu, kesimpulan sementara sebelum selesai diterjemahkan ada petunjuk kerajaan tertua di Lampung. ’’Dalam buku Lampoeng ini setidaknya ada petunjuk bahwa mulanya dari sana (Sekala Brak). Sebab secara geografis, Sekala Brak kerajaannnya berada di wilayah Belalau,” kata dia.

Dalam literatur buku Lampoeng, imbuh Aryanto, juga menyebutkan sumber tertua adalah karya W. Marsden dalam History of Sumatra, 3rd, Edition, Londen, 1811. Juga catatan di Kerajaan Mataram di antaranya dalam buku Prapantja dalam Negara Kertagama (Uitg, van de Commissie voor de Volksleetuur, 1922). Juga yang termuda melalui buku Kolonisatie Bulletin No.3: Uitg. V.d. Centrale Commisie voorEmigratie en Kolonisatie van Inheemschen. Nov.1938.

Yang menarik, kata Aryanto, dalam buku Lampoeng ini menyebutkan bahwa asal usul nama Lampung adalah nama seorang anak dari kerajaan tertua di Lampung.

’’Ada nama ’Lamphoeng’ yang merupakan satu dari lima bersaudara, namun asal-usulnya masih misterius dalam buku ini. Sebab, disebutkan pula, anak dari Lamphoeng bernama Menak Bagindo. Sedangkan Menak umumnya panggilan untuk Pepadun. Namun, siapa ayah dan ibu Lampoeng belum terungkap. Mudah-mudahan setelah kami terjemahkan, buku ini akan menjadi jelas. Target kami buku akan kita bagikan gratis untuk mengetahui pijakan sejarah dan asal-usul Provinsi Lampung,” pungkasnya. (gus/p5/c1/gus)
   
Sumber: Radar Lampung, Selasa, 22 Januari 2013

No comments:

Post a Comment