LAMPUNG sudah dikenal sebagai salah satu sentra penghasil durian. Daerah yang dikenal memiliki durian yang kualitasnya bagus adalah, Kotaagung, Tanggamus; Sukadanaham, Bandar Lampung; Krui, Lampung Barat; Suban, Lampung Selatan; dan Lampung Timur.
Bahkan di Kota Bandar Lampung, tepatnya di Sukadanaham, Pemerintah Kota membangun tugu durian untuk menjadi ikon bahwa daerah dataran tinggi tersebut sebagai pusat durian. Jika musim durian tiba, mulai dari Desember hingga Februari, akan berjajar para penjual durian di sepanjang Jalan Raden Imba Kusuma, Sukadanaham.
Namun, petani-petani durian di Lampung hanya mengandakan alam untuk mendapatkan durian setiap tahunnya. Pohon-pohon durian yang ada saat ini adalah pohon yang sudah berusia puluhan tahun, tanpa ada perbaikan atau peremajaan. Bisa dibilang, petani hanya menunggu panen saja tanpa banyak melakukan usaha-usaha guna meningkatkan produksi duirian.
Petani sekaligus penjual durian asal Sukadanaham, Candra, mengaku pohon durian yang ada di kebunnya adalah warisan yang dahulu ditanam orang tuanya. Dia pun hanya sesekali saja menanam durian, dan itu pun dari biji, dan butuh waktu lama sampai bisa berbuah.
Saat musim tidak menentu dengan curah hujan sangat deras hampir setiap hari, durian milik Candra pun terkena dampaknya. Rasa durian menjadi kurang manis meskipun buahnya cukup lebat. Pria yang sudah puluhan tahun berjualan durian ini pun hanya bisa pasrah dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk mempertahankan kualitas durian.
Petani durian lain, Iwan, menceritakan jumlah durian yang dihasilkan di daerah Sukadanaham makin berkurang. Berbeda ketika tahun 80-an, saat masih banyak kebun durian. ?Sekarang, kebun durian makin habis. Kebun banyak yang berubah jadi perumahan dan tempat wisata,? kata dia.
Dia menilai pohon durian di Sukadanaham pun banyak yang rusak karena proses pengambilan buah dipetik, bukan ditunggu sampai matang dan jatuh sendiri. Memetik buah yang belum matang bisa membuat pohon rusak dan perlu waktu lama untuk mengembalikan pada kondisi semula. Kerusakan pada pohon membuat kualitas durian pun berkurang.
Guru besar hortikultura Universitas Lampung (Unila), Soesiladi Esti Widodo, mengatakan durian-durian lokal yang ada di Lampung dan kebanyakan daerah di Indonesia bukan berasal dari kebun khusus. Namun, durian berasal dari hutan, yang tidak hanya tumbuh pohon durian, tapi juga pohon-pohon lain sehingga hasil panen tidak maksimal.
Selain itu, kata Esti, petani durian hanya bergantung pada alam, tanpa ada penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas buah durian. ?Penyerbukan durian terjadi pada malam hari sehingga sangat tergantung pada serangga malam. Sementara peluang terjadi penyerbukan sedikit karena bentuk bunga durian yang merangarah ke bawah. Jika hanya tergantung pada alam, hasil panen tidak terlalu maksimal. Perlu dilakukan penyemprotan sendiri supaya terjadi penyerbukan. Namun, faktanya, pohon durian sangat tinggi dan petani pun sulit melakukan penyemprotan,? kata dia.
Munurutnya, musim dan curah hujan yang tingi sangat memengaruhi perkembangan durian. Pada saat durian berbunga dan terkena musim hujan, maka bunya rontok. Saat buah makin besar dan curah hujan deras, pohon akan lebih banyak menyerap air dibandingkan unsur hara. Akibatnya, rasa durian pun kurang manis.
Esti menilai produksi durian di Indonesia kalah dengan negara lain yang sudah bisa mengekspor durian. Di negara lain, seperti Thailand, memang sudah dirancang kebun khusus durian yang monokultur, di mana dalam kebun yang sangat luas hanya menanam durian. Pohon durian pun dibuat pendek untuk memudahkan dalam penyerbukan agar buahnya lebih banyak. ?Kalau di Indonesia, tidak ada itu kebun khusus yang ratusan hektare berisi pohon durian. Kebanyakan hanya kebun kecil hanya tidak begitu luas,? kata dia.
Indonesia perlu belajar banyak dengan Thailand. Esti menjelaskan pemerintah Thailand serius dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas durian lokal sehingga bisa diekspor. Pemerintahnya tidak hanya memberikan bantuan bibit dengan kualitas yang baik, mereka pun melakukan pendampingan pemberian pupuk gratis sehingga hasilnya maksimal. ?Jika di Indonesia hanya diberikan bantuan bibit saja, setelah itu ditinggalkan. Tidak ada pendampingan atau subsidi untuk pupuk supaya hasil durian maksimal,? kata Esti. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 17 Februari 2013
Bahkan di Kota Bandar Lampung, tepatnya di Sukadanaham, Pemerintah Kota membangun tugu durian untuk menjadi ikon bahwa daerah dataran tinggi tersebut sebagai pusat durian. Jika musim durian tiba, mulai dari Desember hingga Februari, akan berjajar para penjual durian di sepanjang Jalan Raden Imba Kusuma, Sukadanaham.
Namun, petani-petani durian di Lampung hanya mengandakan alam untuk mendapatkan durian setiap tahunnya. Pohon-pohon durian yang ada saat ini adalah pohon yang sudah berusia puluhan tahun, tanpa ada perbaikan atau peremajaan. Bisa dibilang, petani hanya menunggu panen saja tanpa banyak melakukan usaha-usaha guna meningkatkan produksi duirian.
Petani sekaligus penjual durian asal Sukadanaham, Candra, mengaku pohon durian yang ada di kebunnya adalah warisan yang dahulu ditanam orang tuanya. Dia pun hanya sesekali saja menanam durian, dan itu pun dari biji, dan butuh waktu lama sampai bisa berbuah.
Saat musim tidak menentu dengan curah hujan sangat deras hampir setiap hari, durian milik Candra pun terkena dampaknya. Rasa durian menjadi kurang manis meskipun buahnya cukup lebat. Pria yang sudah puluhan tahun berjualan durian ini pun hanya bisa pasrah dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk mempertahankan kualitas durian.
Petani durian lain, Iwan, menceritakan jumlah durian yang dihasilkan di daerah Sukadanaham makin berkurang. Berbeda ketika tahun 80-an, saat masih banyak kebun durian. ?Sekarang, kebun durian makin habis. Kebun banyak yang berubah jadi perumahan dan tempat wisata,? kata dia.
Dia menilai pohon durian di Sukadanaham pun banyak yang rusak karena proses pengambilan buah dipetik, bukan ditunggu sampai matang dan jatuh sendiri. Memetik buah yang belum matang bisa membuat pohon rusak dan perlu waktu lama untuk mengembalikan pada kondisi semula. Kerusakan pada pohon membuat kualitas durian pun berkurang.
Guru besar hortikultura Universitas Lampung (Unila), Soesiladi Esti Widodo, mengatakan durian-durian lokal yang ada di Lampung dan kebanyakan daerah di Indonesia bukan berasal dari kebun khusus. Namun, durian berasal dari hutan, yang tidak hanya tumbuh pohon durian, tapi juga pohon-pohon lain sehingga hasil panen tidak maksimal.
Selain itu, kata Esti, petani durian hanya bergantung pada alam, tanpa ada penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas buah durian. ?Penyerbukan durian terjadi pada malam hari sehingga sangat tergantung pada serangga malam. Sementara peluang terjadi penyerbukan sedikit karena bentuk bunga durian yang merangarah ke bawah. Jika hanya tergantung pada alam, hasil panen tidak terlalu maksimal. Perlu dilakukan penyemprotan sendiri supaya terjadi penyerbukan. Namun, faktanya, pohon durian sangat tinggi dan petani pun sulit melakukan penyemprotan,? kata dia.
Munurutnya, musim dan curah hujan yang tingi sangat memengaruhi perkembangan durian. Pada saat durian berbunga dan terkena musim hujan, maka bunya rontok. Saat buah makin besar dan curah hujan deras, pohon akan lebih banyak menyerap air dibandingkan unsur hara. Akibatnya, rasa durian pun kurang manis.
Esti menilai produksi durian di Indonesia kalah dengan negara lain yang sudah bisa mengekspor durian. Di negara lain, seperti Thailand, memang sudah dirancang kebun khusus durian yang monokultur, di mana dalam kebun yang sangat luas hanya menanam durian. Pohon durian pun dibuat pendek untuk memudahkan dalam penyerbukan agar buahnya lebih banyak. ?Kalau di Indonesia, tidak ada itu kebun khusus yang ratusan hektare berisi pohon durian. Kebanyakan hanya kebun kecil hanya tidak begitu luas,? kata dia.
Indonesia perlu belajar banyak dengan Thailand. Esti menjelaskan pemerintah Thailand serius dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas durian lokal sehingga bisa diekspor. Pemerintahnya tidak hanya memberikan bantuan bibit dengan kualitas yang baik, mereka pun melakukan pendampingan pemberian pupuk gratis sehingga hasilnya maksimal. ?Jika di Indonesia hanya diberikan bantuan bibit saja, setelah itu ditinggalkan. Tidak ada pendampingan atau subsidi untuk pupuk supaya hasil durian maksimal,? kata Esti. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 17 Februari 2013
No comments:
Post a Comment