February 17, 2013

[Fokus] Untuk Reputasi Durian Lampung

DURIAN adalah salah satu ikon Lampung. Salah satu tempatnya bernama Sukadanaham di Bandar Lampung. Itulah, demi reputasi itu, pedagang berburu durian lokal hingga Palembang, Bengkulu, bahkan Medan.

Selusurilah Jalan Raden Imba Kusumaratu, di Sukadanaham, Kota Bandar Lampung, yang dikenal sebagai daerah penghasil durian. Di sepanjang jalan itu, ada beberapa penjual durian, meskipun tidak banyak. Ternyata, durian yang dijual bukan durian khas Sukadanaham yang sudah dikenal hingga ke luar Lampung.


Candra, penjual durian yang sudah 20-an tahun berjualan di Sukadanaham, mengaku tidak bisa menjual durian dari kebun sendiri. Menurutnya, hasil kebun tahun ini tidak terlalu bagus dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan musim hujan yang panjang dan curah hujan tinggi sehingga membuat rasa durian kurang manis.

?Rasanya kurang manis jadi enggak kami jual. Selama ini durian di Sukadanaham dikenal dengan rasanya yang sangat manis. Kalau kami jual hasil kebun sendiri, pembeli pasti kecewa dan enggak mau datang lagi kemari,? kata pria 55 tahun ini.

Candra memiliki puluhan pohon durian di kebunnya. Bila dipanen, durian dari kebun sendiri bisa mencapai seribu buah. Candra dan keluarganya hanya mengonsumsi sendiri atau diberikan kepada tetangga. ?Ada yang dibuat tempoyak, selai untuk roti, dan dodol,? kata dia.

Untuk tetap berjualan durian, Candra harus berburu hingga ke Lahat, Sumatera Selatan, untuk mencari buah dengan kualitas baik. Dalam seminggu, dia mendatangkan durian sebanyak 200 buah. Kemudian, durian asal Lahat itu dijual antara Rp25 ribu dan Rp50 ribu.

Dia menceritakan tidak hanya di Sukadanaham yang gagal panen durian. Beberapa daerah di Lampung, misalnya, Kotaagung dan Krui, juga gagal panen dan rasa buahnya kurang manis.

Iwan, penjual durian di Jalan Cik Ditiro, pun hanya menjual durian dari Lahat dan Palembang, Sumatera Selatan. Sama seperti Candra, duriannya di kebunnya di Sukadanaham tidak terlalu baik hasilnya sehingga harus mencari hingga ke luar Lampung.

Pria 43 tahun ini sudah puluhan tahun berjualan durian. Dia sudah memiliki jaringan dengan petani durian di kabupaten lain di Lampung dan di luar provinsi, seperti Sumatera Selatan, Bengkulu, Palembang, dan Medan.

?Petani durian di provinsi lain selalu memberi kabar kalau kebun durian mereka sudah mulai berbuah. Mereka sudah memberi informasi jika dalam beberapa minggu bisa dipanen,? kata Iwan.

Dari beberapa provinsi yang panen durian, Iwan mencari informasi di mana buah yang kualitasnya baik. Durian di daerah yang kualitasnya baik itulah yang akan dibeli Iwan dan dijual kembali di Lampung.

Dengan mengendarai mobil L-300, Iwan memborong durian hingga 800 buah sekali angkut. Bila pembeli ramai, durian yang dibawanya akan habis dalam tiga hari. Dengan modal Rp8 juta, Iwan bisa mengantongi keuntungan hingga Rp4 juta.

Durian Sukadanaham

Durian lokal di Lampung, khususnya Sukadanaham, bisa bersaing dengan durian lokal dari daerah di Sumatera yang lain. Misalnya durian asal Medan, Sumatera Utara, yang dikenal memiliki rasa manis dan aroma sedap. ?Kalau durian di Sukadanaham panennya bagus, kami tidak perlu cari durian lain di luar Lampung. Kualitas durian Sukadanaham sudah terkenal ke mana-mana,? kata dia.

Iwan menceritakan saking bagusnya kualitas durian asal Bandar Lampung, banyak pembeli yang sudah memberikan uang pangkal. Padahal, durian di pohon masih muda dan jauh dari matang. ?Itu karena pembali banyak yang percaya dengan kualitas durian lokal,? kata dia.

Guru besar hortikultura Universitas Lampung (Unila), Soesiladi Esti Widodo, mengatakan Lampung memiliki jenis durian yang sudah masuk varietas unggul nasional. Ada tiga jenis durian di Lampung yang masuk varietas unggulan nasional. Durian dahlan di Lampung Timur, durian putar alam di Sukadaham, Bandar Lampung, dan durian kajang di Kotaagung, Tanggamus.

Menurutnya, jenis durian kajang dan putar alam memiliki jenis buah yang kering dan daging yang tebal. Daging buah tidak lengket dan tebal, serta memiliki rasa yang sangat manis. ?Dapat dibayangkan, rasa durian seperti itu. Durian impor, monthong, pun kalah dengan kualitas dan rasa durian lokal,? kata doktor lulusan Kyushu University.

Esti menjelaskan petani dan penjual durian seharusnya bisa mengetahui kualitas durian lokal di Lampung. Misalnya seperti durian petruk di Jawa Tengah dan durian medan. Penjual menandai durian yang dijual dengan tulisan petruk dan medan. Pembeli yang tahu dengan kualitas durian itu langsung memburu dan menikmatinya di pinggir jalan. ?Seandainya di Lampung, penjual tahu nama durian itu dan memperkenalkannya ke pembeli. Maka durian Lampung pun makin banyak dicari orang,? katanya. (PADLI RAMDAN/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 17 Februari 2013

No comments:

Post a Comment