February 3, 2013

Pegiat HAM Sambut Penerbitan Jurnalisme Damai

Oleh Gatot Arifianto

BANDARLAMPUNG -- Sejumlah pegiat dan aktivis hak asasi manusia dan perdamaian dari berbagai negara menyambut baik penerbitan dan peluncuran buku "Merajut Jurnalisme Damai di Lampung".

Buku yang ditulis para jurnalis, akademisi, budayawan dan pegiat LSM di Lampung itu diterbitkan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung bersama Indepth Publishing, diluncurkan di Toko Buku Fajar Agung Bandarlampung, Minggu.


"Selamat untuk AJI Bandarlampung yang telah menerbitkan kumpulan tulisan jurnalisme damai untuk menolak adanya kekerasan," ujar 'Human Right Activist and Peace Builder', Christian Reformed World Relief Committee' (CRWRC), Nick Amstrong, dalam percakapan video yang dikirim kepada AJI Bandarlampung itu pula.

Buku tersebut, ujar dia, memberikan hal baru mengenai ketidaksetujuan jurnalisme terhadap kekerasan dan menggantinya dengan jurnalisme damai.

Nick menyatakan, buku tersebut memberikan gambaran tentang jurnalisme damai, dengan perhatian utama pada penderitaan yang terjadi akibat kekerasan.

"Para jurnalis yang ikut menulis dalam buku itu berupaya meyakinkan bahwa kekerasan bukan jalan yang baik karena hanya akan menghasilkan ketakutan, bukan kedamaian," kata dia pula.

Melinha Nunes, aktivis HAM dari Timor Leste juga menyatakan menyambut baik atas penerbitan buku tersebut yang diluncurkan hari ini di Bandarlampung pukul 14.00 WIB.

"Saya percaya buku tersebut akan menjadi sebuah alat untuk membantu memberi informasi perdamaian kepada sesama manusia supaya bisa menciptakan perdamaian di tengah masyarakat," kata dia lagi.

Buku tersebut, kata Melinha, mengajak masyarakat Lampung bisa hidup bersatu, nyaman, sebagai sebuah keluarga yang selalu bergandengan tangan dengan yang lain untuk menyuburkan perdamaian.

"Semoga para jurnalis bisa menjadi alat-alat pembawa damai. Selamat kepada AJI Bandarlampung, semoga dengan terbit buku tersebut memperkuat bangunan perdamaian di seluruh Lampung," kata aktivis Yayasan Bimbingan Mandiri (Yabima) Kota Metro, Henriëtte Nieuwenhuis.

Rumah bersama bernama dunia ini, kata dia menambahkan, akan menjadi indah untuk ditinggali hanya kalau manusia hidup dalam pendamaian seperti sesama saudara.

Konflik di Balinuraga, Waypanji, Lampung Selatan, akhir Oktober 2012, telah membawa duka. Sebanyak 14 orang warga meninggal dunia, banyak pula korban terluka, dan sekitar 1.700 orang lainnya harus mengungsi puluhan, ratusan rumah warga rusak dibakar massa.

"Buku yang ditulis 20 orang tersebut membawa pesan yang baik bagi perdamaian di Lampung dan Indonesia. Selamat kepada AJI Bandarlampung yang memprakarsai terbitnya buku jurnalisme damai itu," kata kandidat doktor dari Université Paul Cézanne Aix Marseille III, France, Rudi Natamiharja.

Managing Director Indepth Publishing, Tri Purna Jaya, menjelaskan, buku setebal 222 halaman itu merupakan kumpulan tulisan para jurnalis, akademisi, dan budayawan tentang konflik antarwarga Balinuraga di Lampung Selatan.

"Buku ini dijual Rp50 ribu per eksemplar, dan hasil penjualannya akan disumbangkan untuk membantu penanganan pascakonflik di Balinuraga," ujar Tri menambahkan.

Sumber: Antara, Minggu, 3 Februari 2013

No comments:

Post a Comment