DARWIN, FS--Teater Satu Lampung akan berkolaborasi dengan Brown's Art Theatre menmpilkan sebuah pertunjukan bertajuk The Ages of the Bones dalam Festival Darwin, pada 23 Agustus mendatang. Teater Satu diundang dalam perhelatan yang telah diselenggarakn sejak 1980-an itu, sebagai salah satu grup teater yang saat ini cukup diperhitungkan di Indonesia dan Asia.
Dalam festival yang digelar di wilayah paling utara benua Australia itu, Teater Satu akan menyajikan beberapa bentuk seni tradisi Lampung juga sumatera dan jawa. "Untuk kebutuhan eksplorasi ini, kami akan menyajikan nyubuk, tuping sekura, warahan, silat serta beberapa bentuk musik dan tari dari sumatera dan jawa," ujar Direktur Artistik Teater Satu Lampung Iswadi Pratama.
Sejak tanggal 14 lalu, para seniman teater dari Australia dan Lampung itu telah melakukan sesi latihan. "Mereka sangat tertarik dengan tuping sekura, warahan, dan karakter etnik Lampung. Beberapa aktor dan penari dari Darwin sudah mempelajari sedikit. Mereka kan tampil dengan tubuh dan rasa yang berbeda, mereka mencoba menjadi Lampung," papar Iswadi.
Selain Teater Satu, Panitia juga mengundang vokalis dan musisi Indonesia, Nyak Ubiet Raseuki, dan koreografer asal solo Eko Supriyanto. Ubiet menampilkan delapan komposisi dari 8 puisi cinta bertajuk "TOPOLOGY The Food of Love". Musisi yang meraih gelar doktor di bidang etnomusikologi lulusan Amerika ini juga tampil bersama beberapa musisi Australia.
Sedangkan Eko Supriyanto menampilkan komposisi tari bertajuk "Cry Jailolo" mengisahkan rusaknya ljngkungan dan habitat laut dan panti di maluku utara serta dampaknya terhadap kehidupan masyarakat setempat. Namun eko tampil dengan grup tari yang seluruhnya dari indonesia. "Mereka sudah tampil di minggu awal agustus, membuka festival. Sedang kita akan tampil di penutupan, 23 Agustus mendatang," ujar Iswadi.
Selain melakukan kolaborasi, Iswadi yang juga di dapuk menjadi sutradara dari lakon karya Sandra Tibodeaux, salah seoarang staff ahli kebudayaan di Darwin, juga akan memberi ceramah di Univrsitas Charles Darwin mengenai teater di Indonesia, khususnya teater tradisi dan perkembangan mutakhirnya.
Menurut Iswadi Pemerintah Darwin yang setara dengan Gubernur, sangat antusisas terhadap perkembangan dan khasanah kebudayaan di Indonesia dan negara negara lain di Asia tenggara. Itulah mengapa kebijakan mereka di bidang kebudayaan adalah dengan membuka kerjasama antar negara dan menggagas berbagai festival yg cukup penting bagi pengayaan kebudayaan mereka.
"Saya kira ini sebuah perspektif mutakhir dari negara negara maju di dunia. Pertanyaan, apakah pemerintah kita siap meliahat peluang ini untuk kerjasama bilateral atau multiratral di bidang kesenian dan kebudayaan. Pemerintah kita perlu memiliki sebuah visi dan strategi pembangunan kebudayaan yang lebih genial " tutur Iswadi. (UZK)
Sumber: Fajar Sumatera, Rabu, 19 Agustus 2015
TEATER SATU LAMPUNG. Salah satu pentas Teater Satu Lampung. |
Sejak tanggal 14 lalu, para seniman teater dari Australia dan Lampung itu telah melakukan sesi latihan. "Mereka sangat tertarik dengan tuping sekura, warahan, dan karakter etnik Lampung. Beberapa aktor dan penari dari Darwin sudah mempelajari sedikit. Mereka kan tampil dengan tubuh dan rasa yang berbeda, mereka mencoba menjadi Lampung," papar Iswadi.
Selain Teater Satu, Panitia juga mengundang vokalis dan musisi Indonesia, Nyak Ubiet Raseuki, dan koreografer asal solo Eko Supriyanto. Ubiet menampilkan delapan komposisi dari 8 puisi cinta bertajuk "TOPOLOGY The Food of Love". Musisi yang meraih gelar doktor di bidang etnomusikologi lulusan Amerika ini juga tampil bersama beberapa musisi Australia.
Sedangkan Eko Supriyanto menampilkan komposisi tari bertajuk "Cry Jailolo" mengisahkan rusaknya ljngkungan dan habitat laut dan panti di maluku utara serta dampaknya terhadap kehidupan masyarakat setempat. Namun eko tampil dengan grup tari yang seluruhnya dari indonesia. "Mereka sudah tampil di minggu awal agustus, membuka festival. Sedang kita akan tampil di penutupan, 23 Agustus mendatang," ujar Iswadi.
Selain melakukan kolaborasi, Iswadi yang juga di dapuk menjadi sutradara dari lakon karya Sandra Tibodeaux, salah seoarang staff ahli kebudayaan di Darwin, juga akan memberi ceramah di Univrsitas Charles Darwin mengenai teater di Indonesia, khususnya teater tradisi dan perkembangan mutakhirnya.
Menurut Iswadi Pemerintah Darwin yang setara dengan Gubernur, sangat antusisas terhadap perkembangan dan khasanah kebudayaan di Indonesia dan negara negara lain di Asia tenggara. Itulah mengapa kebijakan mereka di bidang kebudayaan adalah dengan membuka kerjasama antar negara dan menggagas berbagai festival yg cukup penting bagi pengayaan kebudayaan mereka.
"Saya kira ini sebuah perspektif mutakhir dari negara negara maju di dunia. Pertanyaan, apakah pemerintah kita siap meliahat peluang ini untuk kerjasama bilateral atau multiratral di bidang kesenian dan kebudayaan. Pemerintah kita perlu memiliki sebuah visi dan strategi pembangunan kebudayaan yang lebih genial " tutur Iswadi. (UZK)
Sumber: Fajar Sumatera, Rabu, 19 Agustus 2015
No comments:
Post a Comment