August 12, 2007

Mewujudkan "Segitiga Emas" Pariwisata Lampung

-- Budisantoso Budiman

"SEGITIGA Emas" pariwisata Lampung selama ini masih sebatas konsep di atas kertas. Padahal potensi wisata Provinsi Lampung tak kalah dibandingkan dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia, termasuk Bali dan Lombok.

Namun, Lampung Barat harus gencar mempromosikan pengembangan salah satu potensi "segitiga emas" pariwisata Lampung itu, yakni Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort (KWT-SLR) di Pekon Lumbok, Kecamatan Sukau.

Kawasan itu berada di bibir Danau Ranau dan lereng Gunung Seminung.

Dalam konsepnya "Segitiga Emas" Pariwisata Lampung mencakup Kawasan Anak Gunung Krakatau di Selat Sunda hingga Kompleks Menara Siger di Kalianda-Lampung Selatan, lalu Pusat Latihan Gajah (PLG) di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur dan Danau Ranau di Lampung Barat.

"Dengan mengembangkan simpul utama segitiga emas objek wisata Lampung itu, seluruh potensi wisata yang terdapat di daerah Lampung dapat terangkat," kata pengamat pariwisata Lampung, Ir H Anshori Djausal MT.

Namun Anshori yang juga Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama Universitas Lampung (Unila) itu mengingatkan, pengembangan "segitiga emas" pariwisata Lampung mesti dijalankan secara terpadu, konsisten dan komprehensif dan tidak sepotong-sepotong.

Kuncinya adalah penataan, pengelolaan, dukungan sarana dan prasarana, pembiayaan serta promosi yang gencar maupun pemeliharaan optimal, jelas Anshori pula.

Pemkab Lampung Barat memelopori pengembangan segitiga dengan membangun Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort (KWT-SLR) itu. Kawasan itu telah diresmikan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP, pada Rabu (15/8) lalu.

Keberadaan wisata terpadu di sekitar Danau Ranau, menurut Bupati Erwin Nizar T, diharapkan mendukung mewujudkan konsep "triangulasi" pariwisata Lampung.

Bupati Erwin Nizar, usai peresmian KWT-SLR di Lumbok menyadari bahwa konsep triangulasi tujuan wisata Lampung, sudah saatnya untuk diwujudkan.

"Perlu program terpadu, sehingga mempermudah kunjungan wisatawan ke Lampung dan agar potensi unggulan wisata itu benar-benar dapat dikembangkan secara optimal," kata Erwin Nizar.

Di sekitar Danau Ranau, telah dibuat jalan tembus sepanjang sekitar 5 km, dilanjutkan tahun 2007 dengan pengerasan jalan sepanjang 3 km.

"Idealnya, jalur jalan Melesom-Suka Banjar, sepanjang 35 km juga dapat diwujudkan dalam waktu dekat," ujar Erwin.

Wilayah tersebut saat ini telah pula dialiri listrik secara terbatas, tadinya masih gelap gulita tanpa aliran listrik.

KWT Seminung Lumbok Resort di tepian Danau Ranau di Kec. Sukau yang telah diresmikan itu pun akan dikelola secara profesional.

"Tapi sementara ini masih dikelola Pemkab Lampung Barat," kata Sri Mustika, Manajer KWT Seminung Lumbok Resort yang juga Staf Kantor Dinas Pariwisata Lampung Barat.

Menurut dia, Pemkab berencana untuk membentuk badan usaha daerah (BUMD) tersendiri yang nantinya dapat mengelola kawasan wisata unggulan yang ditargetkan bisa menjaring turis asing dan wisatawan nusantara dari kalangan menengah ke atas tersebut.

Menurut Sri, lokasi KWT Seminung Lumbok Resort memiliki keunggulan yang sulit tertandingi, diantaranya berada persis di bibir Danau Ranau di wilayah Provinsi Lampung --sebagian danau itu masuk wilayah Sumatera Selatan.

Pada sisi lainnya, terdapat pula keindahan panorama alam dari Gunung Seminung, gunung yang memiliki banyak kisah dan legenda rakyat yang terpelihara hingga sekarang.

Beberapa kawasan bukit di sekitar Seminung Lumbok Resort itu juga dapat menjadi lokasi olahraga paralayang ataupun paramotor.

"Karyawan di Resort ini telah dilatih intensif selama beberapa bulan di salah satu hotel berbintang jaringan internasional di Bandarlampung," kata Sri Mustika lagi.

Erwin Nizar T menyebutkan, pada tahap awal pembangunan kawasan KWT Seminung Lumbok Resort baru sekitar 1,8 dari yang dialokasikan seluas 15 ha.

Jumlah kamar resort itu mencapai 20 buah, terdiri 16 kamar hotel, tiga kamar cottage, dan convention hall untuk 400-an orang. Terdapat pula ruang rapat atas berkapasitas 350 orang dan ruang rapat bawah untuk 50 orang.

Ke depan, kawasan wisata itu akan menambah fasilitas seperti rekreasi danau (rekreasi air), showroom, resto-cafe, kebun buah, fasilitas spa, relaksasi, dan sarana olahraga maupun penambahan cottage lagi.

Tarif kamar antara Rp288.000 hingga Rp417.000. Dua cottage yang tersedia bertarif Rp675.000 hingga Rp1,1 juta.

Kerusakan Serius

Namun menurut Dinas Kehutanan Lampung Barat, semua potensi itu akan hilang, kalau kawasan sekitar Danau Ranau tidak dapat dilestarikan dari ancaman kerusakan hutan.

Hutan di sekitar Danau Ranau, baik di wilayah Provinsi Lampung di Kabupaten Lampung Barat (Lambar) maupun Ogan Komering Ulu (OKU) di Sumatera Selatan, telah mengalami kerusakan cukup serius, sehingga perlu upaya segera memulihkannya.

Kepala Dinas Kehutanan Lampung Arinal Junaidi membenarkan kerusakan kawasan hutan sekitar Danau Ranau itu.

Menurut Arinal, selain hutan lindung dan kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), terdapat pula hutan rakyat.

"Kerusakannya sudah cukup serius dan luas, sehingga dapat berpengaruh terhadap kondisi alam dan lingkungan di sana," kata dia lagi.

Menurut Arinal, kerusakan lingkungan sekitar danau itu telah berakibat pada penurunan ketinggian muka air yang pada saat kemarau.

Kerusakan lingkungan sekitar Danau Ranau, selain disebabkan faktor manusia juga dampak kebakaran hutan.

Kadishut Lampung Barat Warsito menyebutkan dari sekitar 420 ha hutan lindung sekitar Danau Ranau, sekitar 56 persennya telah mengalami kerusakan akibat perambahan hutan dan dampak kebakaran besar tahun 1997 lalu.

Pemulihan kerusakan hutan itu perlu dukungan kebijakan bersama Lampung dan Sumsel. Dalam waktu dekat akan diagendakan rapat kerja bersama membahas penanganan kerusakan hutan di sekitar Danau Ranau itu.

Sekitar dua pertiga wilayah Danau Ranau masuk wilayah Sumsel, dan sepertiga lainnya masuk wilayah Lampung.

Gubernur Sjachroedin saat meresmikan Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort mengingatkan, kondisi lingkungan sekitar Danau Ranau tetap harus dilindungi dan dilestarikan agar potensi wisata alam di sana tetap diminati turis.

Gubernur juga minta masyarakat setempat mendukung upaya tersebut, dengan mengubah perilaku menjadi ramah lingkungan dan tidak membuang sampah di tepian danau.

Selain Danau Ranau, Lampung memiliki potensi wisata yang tersebar merata pada sepuluh kabupaten/kota.

Setiap daerah juga memiliki festival seni dan budaya , termasuk Festival Krakatau, yang setiap tahun dilakukan pada Agustus --sesuai momentum letusan Gunung Krakatau Agustus 1883. Agenda festival itu antara lain, wisata ke kawasan Anak Krakatau.

Di samping itu terdapat pula Cagar Alam Laut Anak Krakatau dan Menara Siger, ekowisata di Taman Nasional Way Kambas, dan panorama Danau Ranau serta keanekaragaman flora-fauna yang terpelihara di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung Barat.

Semua pesona itu akan menjadi "magnet" bagi para turis mancanegara, kalau dapat terpelihara, tetap alami dan indah sebagaimana aslinya.

Di samping itu, semua potensi wisata itu masih memerlukan dukungan infrastruktur, promosi, pengelolaan dan pengemasan agar turis asing dan turis domestik berbondong-bondong ke sana.

Dengan pembangunan kawasan wisata terpadu, serta promosi yang baik, niscaya Lampung semakin diminati turis asing dan domestik.

Sumber: Antara, Sabtu, 11 Agustus 2007

No comments:

Post a Comment