FESTIVAL Teluk Stabas (FTS) ke-10 yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Barat (Lambar) di Lapangan Merdeka, Kota Liwa di Lambar, Selasa (7/8) sore, berlangsung semarak dan ditonton ribuan warga, termasuk belasan turis asing.
Foto-foto dari situs Lampung Barat.
FTS ke-10 yang berlangsung hingga Sabtu (11/8), dibuka Gubernur Lampung Sjachroedin ZP didampingi isterinya Ny Trully Sjachroedin, dengan pelepasan burung merpati dan balon terbang dengan spanduk bertuliskan FTS 2007.Foto-foto dari situs Lampung Barat.
Kendati lapangan tetap saja berdebu yang beterbangan, walaupun bagian tengah depannya telah disiram air sebelumnya, pembukaan FTS ke-10 itu tetap meriah, dan menjelang usai setelah berjalan sekitar satu jam lebih, hujan cukup deras turun.
Sejumlah atraksi menarik dan khas ditampilkan pada pembukaan FTS itu, di antaranya adalah tampilan Tari Sekura (topeng) dan gelar budaya dari 17 kecamatan se-Lampung Barat.
Di tengah acara juga ada atraksi paramotor di udara sekitar lapangan itu, termasuk kehadiran belasan turis asing dari Australia dan Kanada yang ikut menari topeng bersama Gubernur Sjachroedin dan Bupati Lambar Erwin Nizar T, beserta pejabat sipil dan TNI di Lampung dan Lambar.
Dalam acara itu juga ditampilkan dua potong kue tart tradisional raksasa dari Lampung Barat yang dipotong Gubernur dan isterinya, untuk kemudian dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar.
Kue itu pun jadi rebutan warga terutama anak-anak dan juga orang dewasa, untuk dapat menikmatinya.
Ribuan warga Lambar menonton acara pembukaan FTS ke-10 itu di sekitar lapangan dan arena upacara maupun dari rumah panggung di sekitar lapangan, di ibukota kabupaten yang pernah dilanda gempa hebat 6,5 SR pada 15 Februari 1994 yang menewaskan ratusan orang.
"Pesta Sekura" atau pesta topeng yang merupakan salah satu bentuk budaya asli masyarakat Lampung, khususnya Lampung Barat, yang masih dilestarikan sampai sekarang bisa menyedot perhatian pengunjung pada Pembukaan FTS ke-10 itu.
Atraksi Sekura, dengan aneka topeng yang ditampilkan pada awal, di tengah dan akhir acara yang dihadiri Gubernur Lampung Sjachroedin ZP dan Bupati Lambar Erwin Nizar T itu menjadi perhatian pengunjung yang berkerumum di sekitar tenda tamu dan undangan maupun sekeliling Lapangan Merdeka Kota Liwa itu.
Gubernur Sjachroedin, Bupati Erwin Nizar, Wakil Bupati Mukhlis Basri, Ketua DPRD Lambar Dadang Sumpena dan pejabat beserta isteri, serta beberapa turis asing dari Kanada dan Australia ikut berbaur memakai topeng dan berjoget dengan para penari ber-Sekura itu.
Pesta Sekura biasanya dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Fitri dari 1 Syawal hingga 5 Syawal atau lebih, yang secara bergantian dilaksanakan dari pekon (desa) ke pekon lainnya.
Pesta itu merupakan ungkapan kegembiraan dalam menyongsong datangnya Idul Fitri, setelah melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh.
Sekura adalah topeng atau penutup muka, untuk mengubah penampilan yang menggambarkan suasana gembira dan kebebasan berekspresi maupun berkreasi dalam suatu kebersamaan kelompok.
Terdapat dua jenis Sekura, yaitu Sekura Kecah/Sekura Betik (memakai penutup muka dan rumbai-rumbai kian panjang) dan Sekura Kamak/Kotor (memakai penutup muka topeng kayu serta penampilan yang kumal (kotor), dengan menggunakan rumbai tumbuh-tumbuhan yang dibawa menghiasi badannya.
Sekura Kamak menggambarkan sifat yang lucu dan sebagai jawara (panjat pinang), sedangkan Sekura Betik bersifat sebagai penghibur.
Pesta Sekura itu, diakhiri dengan panjat pinang yang berisikan berbagai hadiah di pucuknya.
Pesta topeng itu diproduksi oleh Sanggar Seni Kayangan Lampung Barat yang diasuh Sanggar Seni Stiwang, pimpinan Ny Yurida Erwin Nizar, penata tari Edwardsyah Ma'as dan penata musik Endang Guntoro.
Lomba Pacu Kambing
Lomba Pacu Kambing dan beberapa kontes serta lomba khas dan tradisional meramaikan pelaksanaan Festival Teluk Stabas (FTS) ke-10.
Staf Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lambar Basuki Rahmat mendampingi Kabag Humas Damri Alamsyah di Liwa menyebutkan, agenda Lomba Pacu Kambing pada Jumat (10/8) di lapangan sepakbola Pemkab Lambar.
FTS ke-10 yang berlangsung 7-11 Agustus 2007 akan diramaikan pula Atraksi Sekura, tari massal, paramotor, atraksi spektakuler, dan pawai budaya pada pembukaan.
Dalam agenda FTS yang disebutkan Gunawan Rasyid, Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Promosi dan Investasi Lampung Barat selaku Ketua Pelaksana Festival tahunan itu, tergelar pula Lomba Nyambai, Hadra, Muayak (7-8/8).
Kemudian di Bumi Perkemahan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), pada Rabu (8/8), diadakan pula Lomba Jelajah Alam TNBBS.
Agenda lain, di antaranya Eksibisi Arung Jeram dan Kontes Burung Berkicau (8/8), Lomba Lagu Lampung, Festival Layang Layang, Lomba Voli Pantai, Upih Ngesot (9/8).
Lomba Pacu Kambing dan Olahraga Tradisional Kuda Buta (10/8), Festival Kapal Motor Hias, Triathlon tradisional (8/8), Lomba Tari Kreasi, Lomba Panjat Damar, dan Lomba Khika Tengguling (10-11/8).
FTS ke-10 akan ditutup pada Sabtu (11/8), di lapangan Merdeka Liwa.
Bersamaan FTS itu, juga siap diresmikan Kawasan Wisata Terpadu (KWT) di Lumbok yang berada di areal sekitar Danau Ranau di Lampung Barat itu, pada Rabu (8/8).
Potensi Wisata Lambar
Gubernur Lampung Sjachroedin ZP memotivasi jajaran Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (Pemkab Lambar) agar menyelenggarakan Festival Teluk Stabas (FTS) yang tidak kalah bersaing dengan Festival Danau Toba di Sumatera Utara.
"Jangan pernah kalah dengan Festival Danau Toba. Apalagi Lampung Barat juga memiliki Danau Ranau dan juga Pulau Pisang, dan potensi wisata unggulan lainnya," ujar Gubernur.
Menurut dia, Lambar memiliki potensi wisata yang tidak akan kalah dengan Danau Toba di Sumatera Utara itu.
"Apa yang mereka punyai, di sini kita juga punya," tegas Sjachroedin yang kedatangannya di lapangan itu disambut Tari Sekura (Topeng), tarian khas dari Lampung Barat yang masih dilestarikan turun temurun.
Sjachroedin juga menyatakan, apa yang sebelumnya terus didorong-dorong, saat ini di Lambar mulai memberikan bukti, di antaranya adalah dengan kehadiran para turis asing dari Australia dan Kanada.
"Apalagi kalau lapangan terbang di Pekon Serai di sini sudah jadi, akan semakin banyak wisatawan datang ke daerah ini," katanya.
Berkaitan dengan kondisi alam di Lambar -- sekitar 42,81 persen kawasan non budidaya, yang dapat diusahakan hanya 23,22 persen dan luas hutannnya sebanyak 76,78 persen dari total wilayah 495.040 ha -- ia mengingatkan selain kelemahan, pasti terdapat kelebihan dari wilayah kabupaten itu.
Salah satunya, lanjut Gubernur, adalah potensi wisata dan alam yang terdapat di Lambar dan belum optimal pemanfaatannya.
Menurut Bupati Lambar Erwin Nizar T, FTS ke-10 itu bertujuan untuk mempromosikan potensi wisata Lambar yang sekaligus menjadi objek wisata unggulan daerah Lampung.
Nama Teluk Stabas diambil dari salah satu kawasan Teluk di Krui-Lambar yang menjadi tempat berlabuh kapal Belanda dan asing di sana sejak zaman dulu, sehingga terus digunakan namanya karena telah dikenal kalangan dunia internasional.
Bupati menyebutkan pula salah satu objek wisata selancar (surfing) dan selam (diving) di Pekon Tanjung Setia di Pesisir Selatan Lambar, juga telah dikenal oleh para peselancar dunia.
"Kami juga sudah undang salah satu pengusaha wisata di Bali, Zaenal Thaeb, untuk dapat mengembangkan wisata Danau Ranau dan objek wisata surfing serta pengembangan wisata kawasan Pulau Pisang di sini," jelas Erwin lagi.
* Diolah dari Lampung Post, Radar Lampung, dan LKBN Antara, Selasa, 7 Agustus 2007
No comments:
Post a Comment