August 29, 2007

Penghargaan Muri: Bambang Eka Wijaya Penulis Paling Produktif

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pemimpin Umum Lampung Post H. Bambang Eka Wijaya mendapat penghargaan Musium Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai penulis kolom paling produktif tanpa jeda dari 20 Mei 1998 hingga kini. Penghargaan MURI No. 2748/MURI/VIII/2007 diperoleh Bambang lewat kolom Buras yang diserahkan Direktur MURI Paulus Pangka di Rumah Makan Bukit Randu, Bandar Lampung, Selasa (28-8).

PIAGAM MURI. Pemimpin Umum Lampung Post H. Bambang Eka Wijaya (kiri), Direktur Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) Paulus Pangka (tengah), dan Pemimpin Redaksi Lampung Post Ade Alawi mengangkat piagam MURI usai penganugerahan penulis kolom paling produktif kepada Bambang di Rumah Makan Bukit Randu, Bandar Lampung, Selasa (28-8). Penghargaan ini diraih Bambang lewat kolom Buras yang terbit setiap hari di harian ini sejak tanggal 20 Mei 1998 hingga kini. (LAMPUNG POST/SYAIFULLOH)


MURI memberikan penghargaan pada siapa pun yang memiliki empat kriteria: Yang paling, pertama, unik, dan langka. Rekor yang paling banyak tercatat untuk kategori "yang paling". "Jumlahnya mencapai 1.500 rekor. Tentunya, tidak semua rekor dicatat MURI karena kami mengedepankan faktor kesusilaan dan konteks masyarakat," kata Paulus.

Acara penganugerahan juga diisi diskusi membahas Buras dengan sumber pakar pendidikan Unila Profesor Sudjarwo, Bambang Eka Wijaya, dan Paulus Pangka. Diskusi yang dipandu pengamat sosial-politik Jauhari Zaelani ini berlangsung santai dan interaktif.

Sebelum penganugerahan, Asisten Pemimpin Perusahaan Lampung Post Kholid Lubis mengenalkan Tabloid Lampung Post Xin Wen yang terbit setiap hari Jumat. "Kami berusaha mengikuti perkembangan dunia. Kini, China juga menjadi salah satu negara besar di berbagai bidang. Ini tujuan kami mengeluarkan Lampung Post Xin Wen," ujar Kholid.

Acara yang berlangsung sekitar satu setengah jam itu dihadiri Kapolda Lampung Brigjen Suharijono Kamino, Bupati Lamtim H. Satono, dan sejumlah pejabat. Dari kalangan akademisi, hadir antara lain Pembantu Rektor Unila Anshori Djausal, Direktur Teknokrat Nasrullah Yusuf, dan Rektor UBL Yusuf Sulfarano Barusman.

Dalam penilaian Sudjarwo, membaca Buras mesti disertai dengan konteks dan pemahaman multidimensional. "Jika tidak disertai pemahaman seperti itu, kita sulit menangkap makna yang disampaikan Pak Bambang," ujar Dekan FKIP Unila ini.

Sudjarwo menilai tiga periodisasi pemikiran Bambang dalam Buras. Setelah menunaikan haji, Buras banyak berisi petatah-petitih. Seperti lazimnya kolom yang ditulis wartawan, Buras yang dikemas dalam gaya bertutur kerap berisi kritik.

Kapolda Lampung Brigjen Suharijono Kamino yang hadir pada acara tersebut mengakui kekuatan Buras sebagai kolom yang penuh pesan. "Saya enggak masalah dengan kritik Buras. Saya setuju saja," ujarnya. n TYO/U-1

Sumber: Lampung Post, Rabu, 29 Agustus 2007

No comments:

Post a Comment