IBARAT tidak ada hujan tidak ada angin, satu berita tentang rencana pembangunan miniatur Kerajaan Tulangbawang tayang di beberapa koran. Apakah ini hanya khayalan Abdurrachman Sarbini, bupati Tulangbawang?
Tanda tanya besar hadir setiap benak warga Lampung atas berita yang hanya terbit sekali dan habis itu. Sebaris judul berita itu "Pemkab akan Membangun Miniatur Kerajaan Tulangbawang" di Kampung Cakat Raya, Menggala.
Studi sejarah tentang Kerajaan Tulangbawang memang sudah bertebar di mana-mana dan sudah mendunia. Tetapi, hingga kini, di mana dan bagaimana bentuk kerajaan yang disebut dalam risalah-risalah kuno Cina dan Belanda dengan sebutan To-lang Po-hwang itu tidak ditemukan. Maka, wajar jika masyarakat, terutama warga Lampung asal Menggala, diliputi pertanyaan segudang. Pertanyaan utamanya, bagaimana merekonstruksi suatu bentuk yang tidak pernah dilihat sebelumnya.
Rencana yang disodorkan Mance, sapaan akrab Abdurrachman Sarbini, dinilai suatu ide nyentrik. Memunculkan sesuatu yang abstrak, khayalan, mimpi, tidak biasa, dan aneh itu bahkan bisa dibilang ide gila. Namun, bagaimana Mance menerangkan "kegilaannya" itu? Kepada Widodo, wartawan Lampung Post, Mance menjelaskan hal ikhwal rencananya, Kamis (18-9), di Menggala.
Bagaimana rencana mendirikan miniatur Kerajaan Tulangbawang itu muncul?
Pertanyaan di mana, kapan, dan seperti apa Kerajaan Tulangbawang yang terkenal itu tidak pernah mendapat jawaban kuat. Sementara, keyakinan bahwa kerajaan itu ada, semua sejarawan mengakui. Maka, saya sebagai pemangku daerah ini merasa berkewajiban untuk setidaknya mendapatkan jawaban yang lebih konkret.
Lalu, saya bersama Pak Askari, tokoh adat yang juga anggota DPRD Tulangbawang, difasilitasi Duta Besar Belanda Nadjib Ripat yang juga putra Lampung berkunjung ke Belanda. Di sana, kami mencari informasi tentang kerajaan Tulangbawang ke sebuah museum terkenal. Di situ, saya mendapati sebuah gambar potret yang menunjukkan adanya sebuah Kerajaan Tulangbawang.
Bagaimana penjelasan dari pihak museum?
Semula, kepala museum tidak terlalu detail menjelaskan. Namun, setelah saya memperkenalkan diri sebagai bupati tempat kerajaan itu berada, dia menjelaskan secara detail. Termasuk menunjukkan benda-benda peninggalan kerajaan.
Bagaimana penjelasannya?
Kepala museum itu mengatakan Kerajaan Tulangbawang sesungguhnya dibuat oleh orang Belanda pada abad ke-14, tapi rajanya dari orang Tulangbawang. Bentuk bangunan istananya mirip dengan Candi Borobudur. Lokasinya, di antara Menggala dan Pagar Dewa. Saat ini, situsnya tidak ada lagi, tetapi monumen (pendiriannya) ada di sekitar Menggala-Pagar Dewa.
Baik! Okelah ada. Yang jadi pertanyaan, apa sebenarnya yang ingin dicapai dengan mendirikan miniatur?
Sebenarnya tidak ada niat lain kecuali hanya untuk menunjukan bahwa benar Kerajaan Tulangbawang pernah ada di Tulangbawang. Apalagi dibuktikan dengan sejarah yang tersebar di seluruh dunia. Bahkan kerajaan itu sempat di kenal di seluruh dunia. Nah untuk mengenang sejarah masa lalu maka kita akan buat ikon (kenang-kenangan) agar bisa dikenang oleh masyarakat dan generasi mendatang.
Bentuk dari Kerajaan Tulangbawang yang ada di potret museum Belanda itu cukup kuat sebagai acuan membangun?
Untuk bentuk detail, menurut kacamata saya belum cukup. Tetapi, untuk gambaran konstruksi awal, ini sudah bisa direkonstruksi.
Sampai sekarang memang tidak diketemukan bentuk fisiknya Kerajaan Tulangbawang, tetapi tidak berarti tidak bisa dibuat untuk sebuah pelajaran. Guna menghindari kesalahan persepsi, Pemkab bekerja sama dengan Prof. Sunarto dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Namun, kami tetap akan mengacu pada contoh yang pernah dilihat di museum Belanda. Di museum itu juga ada peninggalan berupa guci, benda pusaka, dan lemari.
Lalu kalau sudah jadi, akan digunakan untuk apa?
Ya tentu untuk kita jadikan taman budaya, yang sekaligus bisa untuk tempat rekreasi masyarakat Tulangbawang. Lampung juga membutuhkan taman budaya yang bernuansa sejarah. Untuk itu lingkungan miniatur Kerajaan Tulangbawang akan dilengkapi dengan contoh-contoh peninggalan zaman kerajaan yang tentu mengacu pada aslinya di Belanda. Jadi masyarakat Tulangbawang dan Lampung pada umumnya bisa melihat dan sekaligus menjadi arena wisata pelajar dan budaya.
Dan pembangunan miniatur ini yakin akan mendapat respons dan dukungan rakyat. Pemkab juga akan memberi penjelasan kepada masyarakat secara rasional.
Bagaimana tahapan-tahapan pembangunanya?
Kita akan mulai sekitar Oktober 2008. Pertama akan dibanguan miniatur istana Kerajaan Tulangbawang, dan setelah itu akan dibangun juga rumah-rumah adat yang ada di Tulangbawang.
Adakah model yang menjadi rujukan pembangunan?
Ya, kita memang harus sangat hati-hati betul. Namun dari hasil kunjungan ke museum Belanda itulah inspirasi mendirikan miniatur bangunan Kerajaan Belanda makin kuat. Sekali lagi pembangunan ini bukan asal jadi, tetapi tetap mengacu pada aslinya yang terekam di museum Belanda.
Studi sejarahnya bagaimana?
Benar, kita harus sangat kuat kajian sejarahnya. Untuk itu untuk menghindari salah tafsir panitia pelaksana bangunan yang diserahkan oleh ISI Yogyakarta-Pemkab Tulangbawang, akan tetap melakukan koordinasi dengan museum Belanda sebagai rujukan.
Yang pasti faktanya ialah Kerajaan Tulangbawang merupakan kerajaan besar dan terkenal di seluruh dunia yang berdiri pada abad 14 Masehi.
Dan dari hasil kajian sejarah di museum Belanda ternyata Candi Borobudur awalnya menyatu atau ada hubungan perkawanan dengan Kerajaan Tulangbawang.
Mengenai pendanaan?
Pembangunan miniatur Kerajaan Tulangbawang akan dianggarkan melalui APBD 2008 melalui pos bantuan. Untuk tahap awal dana yang akan dialokasikan Rp400 juta dan jika diperkirakan belum mencukupi, tentu akan dipikirkan pada anggaran 2009.
Proyek ini seolah ingin menjadikan Tulangbawang seperti Yogyakarta?
Bukan mencontoh seperti itu, tapi dengan pembangunan ini mudah-mudahan akan terbentuk daerah yang memberikan suasana bersejarah bagaimana halnya di Yogyakarta. Maka itu dukungan masyarakat Tulangbawang dan Lampung pada umumnya adalah mutlak diperlukan demi tercapainya rencana tersebut. Inilah rencana Pemkab Tulangbawang, mudah-mudahan bisa segera terwujud. n M-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 21 September 2008
teruskan perjuangannya wahai ulun lampung, semoga mimpi terindah tentang jati diri orang lampung dapat diungkap dengan sebenar-benarnya, sehingga memberikan manfaat bagi peradaban dunia, khususnya Indonesia. Happy Go To Lucky !
ReplyDeletememang kerajaan tulang bawang menjadi sebuah misteri yang sampai sekarang belum terungkap...,
ReplyDeleteapakah benar kerajaan itu ada di TUBA, atau memang hanya sebuah cerita yang diwariskan nenek moyang ulun TUBA yang akhirnya menjadi tradisi lisan sampai sekarang...