November 22, 2009

Buku: Wanita Islam, antara Rumah Tangga dan Pekerjaan

Judul: Wanita Islam dan Transformasi Sosial Keagamaan
Penulis : Dr. A. Fauzi Nurdin, M.S.
Penerbit : Gama Media, Yogyakarta, Cet. I, 2009
Tebal : x + 210 hlm

PERBINCANGAN terhadap perempuan agaknya tidak akan pernah habis. Apalagi kalau berkaitan dengan peran dan kesempatan kerja. Persoalan kesempatan kerja, kini menjadi persoalan tersendiri bagi kaum perempuan. Banyak faktor yang mengelilinginya.

Albert Berry (1987) dalam Less Developing Countries (LDCs) misalnya, mengemukakan bahwa masalah partisipasi tenaga kerja wanita dalam perekonomian sangat relevan untuk dianalisis karena beberapa hal. Menurut dia, paling tidak ada tiga hal penyebabnya. Pertama, wanita merupakan faktor penentu partisipasi yang penting dalam perekonomian saat ini. Tetapi diskriminasi pasar tenaga kerja akan merugikan wanita.

Kedua, tinggi rendahnya partisipasi tenaga kerja wanita akan memengaruhi distribusi pendapat perseorangan dan keluarga dan pendidikan kaum wanita. Tingkat kesenjangan antara wanita dan pria di perkotaan sering berkisar antara 20--40 persen.

Ketiga, urbanisasi kaum wanita sekarang ini dari desa ke kota-kota secara proporsional bertambah, tidak saja karena ikut suami, tetapi juga dari golongan angkatan usia muda (15--24 tahun), yang mandiri. Ini berarti potensi pengangguran di sektor perekonomian kota akan meningkat jika sumber-sumber penyedia lapangan kerja (pertumbuhan industri) tidak mampu menyerap pertambahan penduduk kota tersebut.

Di Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, kaum wanitanya tidak terlepas dari persoalan kerja ini. Perkembangan tenaga kerja wanita dewasa ini, berdasarkan Data Biro Pusat Statistik yang diolah Dwi Rachmina dkk. (1990), memperlihatkan tenaga kerja wanita yang terlibat di sektor primer (pertanian) pada tahun 1971 ternyata 74,16 persen dan tahun 1985 turun menjadi 61,51 persen. Penurunan persentase wanita yang bekerja di sektor primer (pertanian) diimbangi dengan kenaikan pada sektor sekunder dan tersier. Artinya, terdapat perubahan pekerjaan dari pertanian ke luar pertanian dalam masyarakat yang merupakan fenomena perubahan pola pencaharian nafkah dari yang bersifat agraris ke masyarakat industrial.

Dalam perkembangan berikutnya, ternyata banyak perubahan yang terjadi di perdesaan, baik di bidang ekonomi, sosial, dan keagamaan. Fenomena menunjukkan banyak wanita yang semula berperan sebagai ibu rumah tangga atau istri di rumah, dan kini bekerja di luar rumah. Demikian pula yang semula bekerja di bidang pertanian berubah ke perdagangan, industri, buruh, dan jasa.

Atas dasar itu, A. Fauzi Nurdin, dosen IAIN Raden Intan Lampung ini, mencoba mengangkat permasalahan sejauh mana peranan wanita Islam yang berubah pekerjaan dalam proses transformasi sosial kegamaan di perdesaan. Fauzi Nurdin mengambil studi kasus dua desa di Kabupaten Lampung Selatan dan membanding kasus di satu desa di Jawa Barat sebagai sasaran studi. Alasannya, daerah perdesaan itu merupakan daerah pinggiran kota (suburban) yang padat penduduknya. Di samping perluasan kota mengarah ketiga desa di mana tumbuhnya kawasan permukiman baru, juga dua desa dari tiga sasaran penelitian terdapat Lapangan Udara Branti. Di daerah ini terdapat Sekolah Perawat Kesehatan dan Perguruan Al Kautsar.

Dalam kenyataanya, pendidikan bagi warga desa merupakan masalah penting dan tentunya dapat berpengaruh terhadap masyarakat sekitarnya; dari aspek kesempatan belajar maupun peluang bekerja dan berusaha bagi pria dan wanita di perdesaan. Bagaimanapun memberi kesempatan bagi wanita untuk mengikuti pendidikan pelatihan keterampilan yang lebih luas merupakan upaya konkret untuk melepaskan mereka dari kemiskinan.

Namun, dari aspek yang berbeda, tumbuh dan berkembangnya lembaga pendidikan tidak selalu berarti mampu menciptakan peluang kerja dan berusaha bagi pria dan wanita yang cocok bagi mereka yang berubah pencaharian nafkah dari bidang pertanian ke luar pertanian. Justru tumbuhnya permukiman baru, berbagai lembaga pendidikan, pertokoan, dan beragama jenis usaha di sepanjang jalan utama itu semakin lama dikhawatirkan mempersempit lahan usaha pertanian untuk rumah tangga dari lapisan menengah dan bawah. Sulitnya memperoleh pekerjaan yang layak dan bertambahnya pengangguran sebagai akibat terjadinya pemutusan hubungan kerja karena krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang berakibat juga terhadap semakin banyaknya penduduk miskin di perdesaan.

Kajian dalam buku ini menarik karena di dalamnya memuat berbagai kemungkinan mengenai strategi pemberdayaan wanita yang telah menjadi arus besar mewarnai modernisasi Indonesia di segala bidang. Artinya, mau tidak mau para wanita Islam harus pula menyadari bahwa kodrat, fungsi, dan profesi seorang perempuan dapat dikembangkan guna mewujudkan peri kehidupan pribadi dan keluarga yang lebih baik. Dan kini, jutaan wanita Indonesia, baik di kota maupun perdesaan telah melakukannya.

Imron Nasri, Peminat masalah-masalah sosial, politik dan kegamaan, tinggal di Yogyakarta.

Sumber: Lampung Post, Minggu, 22 November 2009

No comments:

Post a Comment