BANDAR LAMPUNG (Lampost): Nyeruit bersama yang diikuti 10.800 warga Bandar Lampung masuk Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri). Pemecahan rekor menyantap hidangan khas Lampung itu berlangsung di Lapangan Saburai, Selasa (14-6), dalam rangka HUT ke-329 Bandar Lampung.
REKOR ‘NYERUIT’. Nyeruit bersama yang diikuti 10.800 warga Bandar Lampung di Lapangan Saburai masuk Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri). Acara tersebut digelar dalam HUT ke-329 Bandar Lampung. (LAMPUNG POST/ZAINUDDIN)
Piagam rekor Muri diserahkan langsung Deputi Manajer Muri Awan Rahargo kepada Wali Kota Bandar Lampung Herman H.N. disaksikan Ketua DPRD Bandar Lampung Budiman A.S., Asisten Bidang Umum Pemprov Lampung Adeham, Kapolresta Bandar Lampung Kombes Guntor F. Gaffar, dan para pejabat Pemkot, serta anggota DPRD.
Awan mengatakan nyeruit bersama masuk dalam rekor Muri karena ada unsur superlatifnya. "Untuk masuk dalam rekor Muri harus memenuhi salah satu unsur, superlatif, langka, dan unik. Acara makan seruit bersama sudah memenuhi unsur superlatif," kata Awan.
Jumlah peserta yang mengikuti nyeruit bersama mencapai 10.800 orang. Namun, versi Pemkot peserta mencapai 13 ribu orang. Makan seruit bersama tercatat dalam rekor Muri nomor 4.937.
Dalam sertifikat rekor Muri disebutkan Wali Kota Bandar Lampung sebagai pemrakarsa acara nyeruit yang diikuti lebih dari 10 ribu peserta, Ketua Tim Penggerak PKK Eva Dwiana Herman H.N. sebagai penyelenggara acara, dan masyarakat Bandar Lampung sebagai peserta.
Menurut Awan, acara nyeruit massal ini baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Daerah lain belum pernah menggelar makan seruit dengan jumlah peserta lebih dari 10 ribu orang. Ia menambahkan sebelumnya memang sudah ada rekor Muri untuk kategori kuliner, misalnya di Sawahlunto dan Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Herman H.N. mengungkapkan acara nyeruit ini bukan menggunakan dana APBD. Masing-masing masyarakat membuat seruit dan memakannya bersama.
Sementara itu, Adeham yang mewakili Gubernur Lampung mengatakan seruit merupakan makanan khas Lampung yang terdiri dari ikan, sambal, dan aneka lalapan. Awalnya seruit merupakan makanan suku Lampung saja. Namun, seiring dengan akulturasi budaya, seruit pun disenangi warga asli dan pendatang.
"Acara nyeruit massal ini diharapkan dapat melestarikan kuliner Lampung," ujarnya. (MG3/U-1)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 15 Juni 2011
No comments:
Post a Comment