May 18, 2012

Pendirian Patung Tokoh Lampung Kembali Picu Kontroversi

Bandarlampung - Pendirian dan pembuatan patung tokoh di Lampung kembali memicu komentar, kritik dan kontroversi dari berbagai pihak di daerah ini.

Sejumlah warga dari berbagai kalangan di Bandarlampung, Jumat, mengomentari secara kritis pendirian patung Raden Inten II, tokoh pahlawan Lampung, di salah satu bagian kota tepat di Jalan Raden Intan pusat Kota Bandarlampung, serta pendirian patung tokoh Lampung lainnya di daerahnya ini.

Menurut informasi, pembangunan patung itu tidak menggunakan dana pemerintah (APBD), melainkan merupakan sumbangan pengusaha daerah ini yang mencapai sekitar Rp200 juta.

Patung Raden Inten II yang lama, selama ini dikenal dan telah berdiri di kawasan pertigaan Jalan Soekarno-Hatta di Rajabasa, Bandarlampung, dan telah menjadi penanda utama (ikon) ibu kota Provinsi Lampung ini.

Namun komentar kritis dan kontroversi mencuat kembali, menyusul pendirian patung Zainal Abidin Pagaralam, tokoh Lampung yang pernah menjadi Gubernur Lampung di jalan lintas Sumatera Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan dengan dana mencapai miliaran rupiah.

Patung itu kemudian diprotes sekelompok warga dan akhirnya dibakar dan dirobohkan secara paksa, beberapa waktu lalu.

Zainal Abidin Pagaralam adalah orang tua dari Gubernur Lampung saat ini, Sjachroedin ZP, dan kakek dari Bupati Lampung Selatan, Rycko Menoza.

Sejumlah warga Bandarlampung mempertanyakan program pendirian patung di jalan-jalan utama daerahnya, kendati tidak menggunakan dana APBD, umumnya menilai tidak sepantasnya dilakukan oleh pemimpin kota ini yang seharusnya bersikap bijaksana dan peduli dengan permasalahan warganya.

Beberapa tokoh dan sejumlah kalangan mengingatkan, masih banyak program pembangunan yang seharusnya dapat diprioritaskan dan sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat banyak di sini.

Syarif, salah satu warga menyebutkan seharusnya Pemkot Bandarlampung memprioritaskan perbaikan kerusakan jalan utama dan jalan-jalan ke permukiman warga yang semakin parah kondisinya.

Upaya perbaikan yang dilakukan selama ini dinilai belum maksimal dan tidak optimal, karena kerusakan jalan-jalan itu relatif belum tertangani dengan baik.

Sejumlah warga di Sukarame dan Wayhalim, Bandarlampung menyebutkan, kerusakan jalan di perempatan simpang Jalan Urip Sumoharjo dan Jl Endro Suratmin menuju Kampus IAIN Raden Intan, hingga kini belum tertangani dengan baik.

Padahal menurut mereka, di sekitar jalan itu merupakan rumah tinggal beberapa pejabat Pemkot dan pimpinan serta anggota DPRD Bandarlampung.

Begitu pula kerusakan jalan masuk dari kawasan jalan lintas Sumatera di Kalibalok menuju Sukabumi, hingga kini belum diperbaiki dan dikeluhkan pengguna jalan sangat mengganggu kelancaran arus lalu lintas kendaraan bermotor, serta mengancam keselamatan pengguna kendaraan khususnya sepeda motor dan warga di sekitarnya.

Dikritisi Sastrawan Lampung Berkaitan dengan pendirian patung-patung itu, sastrawan kondang asal Lampung, Isbedy Stiawan ZS juga ikut mengomentari dan mengeritisinya.

"Paus" Sastra Lampung itu malah sampai membuat status berupa "Dialog Patung dan Pak Wali" dalam akun facebook-nya.

Dalam status itu, Isbedy menuliskan: "Bagaimana hidupmu di situ? Semoga kau selalu damai," kata pak wali kota kepada patung yang ditancapkan di tengah jalan.

"Apa yang damai pak wali? Justru saya tercekam. Siang kepanasan malam terasa gigil hingga ke tulang sumsum!" "Lalu?" "Sebaiknya robohkan saya. Adanya saya di sini ribuan rakyatmu menderita miskin. Kenapa tidak uangnya dibagi-bagi ke rakyat!" kata patung itu.

Beberapa warga dari berbagai kalangan di Bandarlampung juga berkomentar terhadap pendirian patung di jalan-jalan Kota Bandarlampung itu.

Warga itu mengingatkan, jangan sampai pendirian patung para tokoh dan pahlawan Lampung itu, justru malah seperti memberikan kesempatan kepada umat penyembah berhala untuk melakukan aktivitasnya.

Handayaningrum, salah satu warga itu, mengomentari bahwa yang mendirikan atau punya ide patung itu berharap bahwa dia nanti di suatu saat juga akan menjadi patung yang ditegakkan di tengah jalan, agar terkenang dan dikenal.

Asaddin, warga Bandarlampung juga berkomentar, "Ya, bagus juga ya, biar jadi 'kota sejuta patung' atau lebih tepatnya "Kota Berhala."

Sumber: Antara, Jumat, 18 Mei 2012

No comments:

Post a Comment