October 16, 2013

[Voting] Calon Gubernur Gunakan Politik Primordialisme

POLITIK yang menggunakan basis primordialisme masih terus berkembang di Lampung. Masing-masing calon gubernur (cagub) pun masih meminta dukungan sana-sini terhadap organisasi dengan basis primordial suku, etnis, adat, dan agama.

"Kami mengundang Wali Kota Heman H.N. untuk hadir ke acara silaturahmi keluarga besar organisasi ini, tetapi dia mengatakan organisasi sejenis kami (kekerabatan, red) telah diurusi tangan kanannya," kata Udin, salah seorang pengurus organisasi kekerabatan asal daerah Sumatera itu, beberapa waktu lalu.


Akhirnya, mereka pun mengundang Ridho Ficardo dan mendapat sambutan hangat. Mereka pun mengapresiasinya dengan mengangkat Ridho sebagai salah seorang anggota kehormatan keluarga itu. "Kami tidak meminta apa-apa, cuma ingin mengenal calon kepada keluarga," kata dia.

Memang organisasi semacam ini terkadang hanya dimanfaatkan pengurusnya untuk mencari dana tak bertuan dari para cagub. Dengan menggelar acara tertentu, mereka sengaja mengundang kandidat agar bisa memberi perhatian dan dukungan materi tentunya.

Ada juga organisasi yang terang-terangan mendukung salah satu kandidat walaupun tak semua anggotanya setuju, seperti pasangan kandidat Amalsyah Tarmizi-Gunadi Ibrahim (Amal Berguna) yang mendapat dukungan dari Lembaga Adat Megou Pak Tulangbawang (LAMPTB).

Dukungan ini dibuktikan dengan kehadiran Ketua LAMPTB Wan Mauli Sanggem didampingi putrinya, Novelia Sanggem, di kediaman Amalsyah di Rawalaut, Bandar Lampung, awal September 2013.

Wan Mauli mengungkapkan dukungan atas pasangan Amal Berguna karena ada kesamaan visi dan misi serta sama-sama independen. "Kami siap memenangkan dan memperjuangkan pasangan Amal Berguna ini agar dapat terpilih sebagai gubernur Lampung. Amal Berguna adalah pasangan calon yang ideal dan terbaik untuk Lampung ke depan," kata dia.

Untuk itu, Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. berharap organisasi yang berbasis adat, budaya, suku, etnis, dan agama tidak terlalu jauh masuk ke area politik. Lebih baik mereka melakukan pendekatan dan mengajak masyarakat mencegah aksi kriminalitas yang marak terjadi di Lampung. "Mereka bisa jadi alat pemersatu, bukannya malah dipecah," kata dia.

MPAL, misalnya, selain berperang mempererat rasa persaudaraan antarkalangan, juga tetap harus menjalankan tugas utamanya, yakni melestarikan budaya serta adat istiadat Lampung. Jika ini tidak dilestarikan, Gubernur khawatir masyarakat, khususnya generasi muda, tidak lagi mengenal adat istiadat dan budaya Lampung.

"Harus ada pengenalan berkelanjutan terkait adat budaya Lampung dan adat di Nusantara, khususnya kepada generasi muda," kata Sjachroedin yang diberi gelar adat Kanjeng Yang Tuan Sultan Mangku Negara Pemangku Lampung Sang Bumi Ruwa Jurai. (CR7/CR13/U1)

Sumber: Lampung Post, Rabu, 16 Oktober 2013

No comments:

Post a Comment