January 5, 2014

[Perjalanan] Jambore Terrano, Tiga Hari di Lampung

Oleh Sudarmono

Suasana perjalanan menuju Pantai Mutun terasa menyegarkan. Kontur perjalanannya yang dinamis, ada bukit, lembah, dan dataran yang indah begitu memesona.

MINGGU (29/12) pagi, segerombolan mobil sport utility vehicle (SUV) serentak menghidupkan mesinnya di halaman parkir Hotel Sahid, Bandar Lampung. Cuap-cuap anouncer dengan megaphone memberi instruksi. Dan, aba-aba start menjadi pembuka Jambore Terrano se-Indonesia (JTI) pertama di Lampung.


Tak lama, barisan kendaraan bermerek Nissan Terrano model SUV berbagai seri itu mengular di Jalan Yos Sudarso. Sebanyak 81 mobil berbaris sepanjang lebih dari 500 meter melintasi Jalan Laksamana Malahayati mengarah ke barat kawasan pantai Kabupaten Pesawaran.
Hanya lampu utama yang menyala dan nomor peserta yang menandai mereka adalah komunitas otomotif bernama Terrano Club Indonesia (TCI) sedang melakukan tur. Tujuan akhir hari pertama itu adalah Pantai Mutun di Pesawaran.

Dengan santai dan mematuhi peraturan dan rambu lalu lintas, para peserta yang membawa keluarganya menjalani tur sambil menikmati berbagai objek wisata di Lampung. “Ini kegiatan Jambore TCI yang pertama. Selama tiga hari sambil merayakan malam Tahun Baru di Lampung, kami mengadakan berbagai kegiatan,” kata Ginta Wiryasenjaya, ketua TCI Lampung.

Terus mengikuti rute yang telah disosialisasikan, peserta dari berbagai daerah di Jawa dan Lampung mulai menikmati udara segar dan pemandangan sepanjang selepas TPI Lempasing. Peserta dari Jakarta, Bandung, Bekasi, Bogor, Yogyakarta, bahkan Jember mengajak serta istri dan anak-anaknya untuk menikmati suasana Lampung.

Pemandangan mulai terasa aura pariwisata ketika mobil mulai menyusuri punggung perbukitan di wilayah Hanura. Keluasan laut di sisi kiri dan perbukitan hijau di sisi kanan adalah peneduh hati yang menyegarkan pikiran. “Suasananya enak banget. Kontur perjalanannya juga dinamis. Ada bukit, lembah, dan dataran yang indah,” kata Arwin, salah satu peserta dari Jakarta.

Tiba di Pantai Mutun, sejatinya beberapa agenda sudah disiapkan. Namun, karena hujan deras tak reda, praktis semua rencana harus berdamai dengan keadaan. Hanya sekadar bermain air di laut saja yang bisa dilakukan. Namun, beberapa peserta mengaku ingin kembali ke pantai ini pada kesempatan lain.

Pada hari kedua, peserta jambore diagendakan menuju Taman Nasional Way Kambas di Lampung Timur. Rombongan kembali start dari Hotel Sahid, Bandar Lampung. Namun, keberangkatan agak tertunda karena Lukman Hakim, wali kota Metro, yang juga penggemar Terrano menyatakan ingin bergabung di klub ini dan meminta rombongan singgah ke rumah dinasnya di Metro.

Perjalanan ke TNWK yang cukup jauh tak mengurangi semangat peserta jambore. Berbagai profil daerah yang dilintasi, termasuk melewati beberapa kampung etnik di Lampung Timur, menjadi warna tersendiri bagi peserta.

Di TNWK yang dikenal dengan Sekolah Gajah Lampung, peserta disuguhi atraksi gajah yang memainkan beberapa game. Kehadiran gajah yang menghibur tetamunya ini menjadi suguhan menarik dan memberi kesempatan peserta berinteraksi dengan hewan tambun berbelalai panjang ini. Mereka tampak kagum dan berfoto-foto dengan gajah.

Sebelum masuk TNWK, selepas pintu masuk Plang Ijo, jalur jalan aspal yang tidak mulus dan berliku-liku menjadi arena light offroad yang cukup mengasyikkan. Jalan yang sepi berpagar rimbunnya hutan lestari di kanan-kiri membangun suasana tur terasa di alam bebas yang sesungguhnya.

“Itu jalan di dalam TNWK sebelum masuk ke kompleks kan tidak terlalu bagus, berliku-liku, dan sepi. Jadi di jalur itu terasa melakukan offroad ringan yang lumayan membuat otak segar. Kami sengaja tidak bikin tur offroad karena membawa keluarga. Intinya memang family gathering,” kata Ginta.

Masuk ke TNWK yang sudah hampir pukul 15.00 membuat suasana leisure di lokasi yang jauh itu memang terasa terburu-buru. Kondisi itu membuat peserta kembali dan sampai ke hotel lagi sudah malam.

Pada hari ketiga, acara city tour diisi dengan berbagai agenda ringan sambil menunggu perayaan pergantian tahun. Ginta mengatakan peserta dipandu untuk melihat objek-objek wisata sejarah dan kuliner. Antara lain, ke Taman Dipangga di Telukbetung yang mempunyai sejarah meletusnya Gunung Krakatau pada 1883 dan menambatkan pelampung kapal hingga ke lokasi itu. Pelampung itu hingga kini masih utuh dan dijadikan monumen.

Beberapa objek kuliner seperti makan durian di bilangan perbukitan Sukadanaham menjadi poin manis tersendiri. Sedangkan untuk aneka oleh-oleh, peserta minta diantar untuk berbelanja aneka empek-empek di bilangan Kupangteba, Telukbetung, dan aneka manisan Lampung di bilangan Jalan Ikan Kakap, Telukbetung.

Bakti Sosial

Jambore pertama ini tidak hanya diisi acara bersenang-senang. Panitia juga mengumpulkan donasi dari peserta dan membuat 100 paket sembako yang disumbangkan langsung ke Desa Batumenyan, Padangcermin, Pesawaran. Sambil menyerahkan bantuan, peserta dan keluarganya juga berinteraksi dengan aneka game dan kuis bersama anak-anak desa.

Ginta mengatakan agenda Jambore Terrano Indonesia dirancang dengan konsep ramah dan bersahabat. Meskipun melibatkan jumlah kendaraan cukup banyak, semua peserta mengikuti dan patuh pada rambu-rambu dan peraturan lalu lintas.

Tidak mobil atau sepeda motor pengawal yang membuka akses jalan bagi konvoi ini. Meskipun berkelompok, mereka tidak diperkenankan menguasai jalan umum. Itu membuat setiap kendaraan yang berpapasan atau satu arah tetap punya kesempatan jika ingin mendahului iring-iringan.

“Konsepnya bersahabat. Sengaja kami tidak memakai pengawalan dari kepolisian agar mendapatkan dispensasi atau prioritas. Kami hanya menghidupkan lampu utama dan menjaga jarak dengan peserta lain. Alhamdulillah semua sepakat dan patuh,” kata dia.

Di ujung acara, mereka merayakan pergantian tahun di Kafe Garden di Hotel Sahid, Bandar Lampung. Sedikit seremoni dan forum pembahasan tentang organisasi dilakukan di sesi ini. Esoknya, peserta kembali ke kota masing-masing. Sampai jumpa di kota lain pada Jambore Terrano berikutnya. (M2)

sudarmono@lampungpost.co.id

Sumber: Lampung Post, Minggu, 5 Januari 2013

No comments:

Post a Comment