November 22, 2015

[Wawancara] Catatan Sejarah Harus Terbuka

Frieda Amran
MENGUPAS tentang daerah Lampung memang sangat menarik, terlebih sangat sedikit sekali tulisan terkait provinsi paling ujung selatan Pulau Sumatera ini. Karena lewat tulisan inilah yang akan menjadi pegangan buat generasi mendatang untuk mengenal daerah Lampung yang kaya akan sumber daya alam dan manusia.

Frieda Amran pun kemudian menuliskan beragam hal mengenai Bumi Ruwa Jurai sejak zaman pendudukan Belanda yang dituangkan dalam rubrik Lampung Tumbai di Lampung Post.


Tulisan itu merupakan literer yang ditemukan di Perpustakaan dan Museum KITLV, Leiden, Belanda, yang kemudian ditulis ulang serta diterbitkan di Lampung Post. "Saya bergantung dari bahan bacaan yang saya temukan. Ibarat rak buku, yang saya tulis baru satu sudut kecil tentang Lampung," ujar Frieda.

Menurut Frieda, tulisan-tulisannya yang dinukil dari naskah-naskah kuno berbahasa Belanda itu diharapkan menjadi lecutan kepada generasi muda agar melakukan hal yang sama.

"Maunya saya, kita tidak hanya berpatokan kepada Belanda, tetapi juga literer Inggris, Tiongkok, Arab, Spanyol, Portugis, dan Jepang. Ini tugas yang muda-muda," kata dia.

Mengulas Lampung Tumbai lebih dekat, wartawan Lampung Post Rudiyansyah mewawancarai Frieda Amran yang bermukim di Belanda lewat surat elektronik, Senin (16/11/2015).

Berikut petikannya:


Bagaimana awal ketertarikan Anda pada kebudayaan Lampung hingga kemudian menuliskannya?

Yang saya cita-citakan adalah membuka akses kepustakaan mengenai Sumatera bagian selatan. Langkah pertama dimulai ketika saya mendapatkan kesempatan untuk mengolah tulisan mengenai Palembang melalui rubrik Palembang Tempo Doeloe (harian Berita Pagi, Palembang). Ini dimulai tahun 2010 dan sampai sekarang saya masih mengasuh rubrik itu. Langkah kedua dimulai ketika Arman AZ meminta saya mengasuh rubrik serupa untuk Lampung dan Udo Z Karzi memberikan kesempatan dengan menyediakan rubrik Lampung Tumbai di Lampung Post.

Sejak kapan Anda melakukan hal tersebut?

Rubrik Lampung Tumbai dimulai bulan Januari 2014.

Dari mana Anda mendapatkan sumber-sumber sejarah tersebut?

Dokumentasi mengenai Lampung dan daerah lainnya di Indonesia terutama diperoleh dari Perpustakaan KITLV di Universitas Leiden. Sebagian lagi diperoleh dari internet karena terkadang ada artikel yang sudah diunggah lengkap secara digital.

Apa yang memotivasi Anda melakukan hal itu?

Saya berpendapat bahwa setiap peminat dan peneliti sejarah harus dapat mengakses dan mengetahui apa saja yang tercatat mengenai daerah dan masyarakatnya di masa lalu dari bahasa mana pun. Juga bila ada tulisan yang tak enak dibaca karena berisi kritik atau pandangan subjektif penulisnya, saya pikir hal itu juga harus diketahui oleh masyarakat yang sedang menjadi topik atau objek tulisan.

Menurut kacamata Anda, bagaimana prospek Lampung secara keseluruhan?

Saya kira bukan tempat saya untuk menilai dan menjawab pertanyaan ini. Setiap daerah dan masyarakat mempunyai prospek baik untuk berkembang. Kan tergantung dari sumber daya manusianya sendiri.

Menurut Anda, pada bagian mana keunggulan Lampung?

Saya pikir keunggulan setiap daerah, termasuk Lampung, adalah pada manusianya yang peduli, cinta, dan bangga pada daerah dan budaya sendiri serta berniat menggunakan kebanggaan itu untuk membangun masyarakat dan daerahnya.

Sumber literasi tentang Lampung masih sangat minim dan orang Lampung sendiri banyak yang tidak mengetahui. Apa pendapat Anda?

Kepustakaan mengenai Lampung (mungkin) cukup banyak, tetapi tidak dapat diakses oleh masyarakat umum karena tersimpan di perpustakaan universitas atau kantor-kantor pemerintah. Keengganan penerbit nasional yang besar untuk menerbitkan pustaka luar Jawa dan Bali karena pemasaran bukunya yang sulit menambah kesan kurangnya kepustakaan itu.

Lampung Post membuat rubrik Lampung Tumbai dan membukukannya, apa tanggapan dan harapan Anda?

Saya berharap Lampung Tumbai memicu semangat dan minat orang Lampung untuk mencatat, mendokumentasi, dan menulis sendiri mengenai adat dan budaya dari segala daerah di Lampung.

Menurut Anda, siapa yang harus berperan dalam hal literasi sejarah Lampung?

Ya orang Lampung sendiri.

Sumber: Lampung Post, Minggu, 06 Desember 2015

1 comment: