Palembang, Kompas - Sastra Sumatera Selatan tertinggal dibandingkan daerah lain di Sumatera bagian selatan. Ketertinggalan itu tampak dari sedikitnya jumlah novel karya penulis asal Sumsel.
Hal itu dikatakan Koordinator Institut Jurnalistik Palembang (IJP) Maspril Aries dalam acara peluncuran novel berjudul Angin karya Toton Dai Permana, Sabtu (23/1) di Kampus Stisipol Candradimuka, Palembang.
IJP merupakan lembaga yang menyelenggarakan Program Peduli Penerbitan Buku Sumatera Selatan. Salah satu kegiatannya adalah menerbitkan karya sastra, seperti novel.
Acara peluncuran buku diisi diskusi novel Angin dengan pembicara wartawan Tempo, Arif Ardiansyah, dan pengamat sastra, Rapanie Igama.
Menurut Maspril, di Lampung mudah ditemukan buku fiksi dan nonfiksi di toko buku terkemuka. Namun, di Sumsel sulit ditemukan buku karya penulis Sumsel.
Arif mengutarakan, para penulis Sumsel harus berusaha agar karyanya diterbitkan penerbit buku besar. Penulis Sumsel jangan hanya mengandalkan penerbit buku lokal karena jaringan distribusinya terbatas.
Rapanie menuturkan, penerbitan novel di Sumsel sangat langka. Berdasarkan catatan Rapanie, pada tahun 2009 hanya ada empat novel karya penulis Sumsel yang diterbitkan, termasuk novel Angin .
Perlu didistribusikan
Sesepuh wartawan Sumsel, Ismail Djalili, mengatakan, novel Angin harus didistribusikan secara luas agar dapat dinikmati orang banyak.
Menurut Ismail, sebagus apa pun sebuah karya apabila tidak bisa dinikmati secara luas menjadi percuma.
Setelah novel ini terbit, harus dipikirkan bagaimana mendistribusikannya, ujar Ismail.
Maspril menambahkan, novel Angin akan didistribusikan ke perpustakaan dan sekolah di seluruh Provinsi Sumsel. IJP tidak bisa melakukan distribusi, tetapi pihak sekolah dan perpustakaan yang berminat bisa menghubungi IJP. (WAD)
Sumber: Kompas, Senin, 25 Januari 2010
No comments:
Post a Comment