Di ujung Lampung Barat, TNWC gelagh ni
Daerah Tampang-Belimbing, TNBBS kughuk ni
Si Buyung jama Panti, Lemawong pullan Aceh
Tian ghua dikas kon,Mit pullan tian muloh
Wat Menteri Kehutanan, Sina Zulkifli Hasan
Baghong Tomy Winata, Sekebak TNWC
Tian ghua mastiko, Haga ngelestariko alam
Ngejaga kaban binatang, Konservasi di TNBBS
Buyung-Panti gembira, Ngeliak kaban uncal
Jelma di Pengekahan, bersiap ngehalau ni
Meghabai haga luagh, Wat Buyung nelop uncal
Harus ngedok solusi, Nyiapko ghang relokasi
(Di ujung Lampung Barat, TNWC namanya
Daerah Tampang-Belimbing, masuk Kawasan TNBBS
Si Buyung dan Panti, harimau asal hutan Aceh
Mereka berdua dilepaskan, ke hutan mereka pulang
Ada Menteri Kehutanan, Yakni Zulkifli Hasan
Bersama Tomy Winata, pengelola TNWC
Mereka berdua memastikan, rencana pelestarian alam
Menjaga kawanan hewan liar, konservasi TNBBS
Buyung dan Panti gembira, melihat kawanan rusa
Warga di Pengekahan menghalau jika harimau masuk kampung
Takut mau ke luar rumah, ada Buyung menyantap Rusa
Harus ada solusi, menyiapkan lahan relokasi)
BEGITULAH gambaran penglepasliaran dua harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae)--Buyung dan Panti--ke Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Lampung Barat dalam bentuk syair berbahasa Lampung. Ada banyak manfaat yang didapat dari program penglepasanliaran itu, salah satunya menjaga kelestarian harimau sumatera beserta kawasan untuk tempat hidupnya. Selain itu, juga bisa mengantisipasi masuknya perambah liar yang bakal memberangus kawasan penghasil oksigen itu.
TNWC atau Konservasi Alam dan Kehidupan Liar Tambling itu berada di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Bengkunat, ujung Lampung Barat, yang berbatasan dengan Tanggamus. Kedua harimau sumatera asal hutan Taman Nasional Gunung Leuser, Nangroe Aceh Darussalam (NAD) itu dilepasliarkan di habitat barunya di TNWC.
Penglepasliaran tersebut dilakukan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan bersama pengusaha Tommy Winata yang menjadi pelopor karantina harimau dan Direktur Taman Safari Indonesia Tony Sumampau. Penglepasliaran itu juga bertepatan dengan pencanangan Hari Konservasi Alam Nasional (HAKN) yang dilakukan Wapres Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (22-1).
Kawasan TNWC seluas sekitar 45 ribu hektare adalah bagian dari TNBBS, menjadi habitat yang cukup ideal bagi kedua harimau itu. Apalagi sudah beberapa kali harimau yang wilayah kekuasaannya sekitar tujuh kilometer persegi itu dilepaskan di sana plus puluhan harimau asli Tampang Belimbing. TNWC di bawah pengelolaan PT Adhiniaga Kreasi Nusa, anak perusahaan Artha Graha Network.
Mangsa
Banyak sekali jenis mangsa yang bisa didapat harimau sumatera di kawasan itu. Selain rusa yang jumlahnya ratusan, juga terdapat kerbau liar dan ikan yang bisa menjadi mangsa "si raja hutan" itu.
Penglepasan itu juga dibarengi dengan Safari Night, di mana Menteri Kehutanan dan undangan dari Pemprov Lampung dan Pemkab Lampung Barat ikut menyaksikan hewan-hewan liar yang menjadi mangsa harimau dalam siklus kehidupan alam.
Sejumlah daerah terlihat kawanan rusa sedang merumput, dimulai dari kawasan runway pesawat terbang--sekitar 500 meter dari Sekretariat TNWC. Kemudian, kawanan kerbau liar juga terlihat merumput saat malam di padang rumput itu.
Namun, malam itu peserta Safari Night tidak melihat raja rimba yang baru dilepas siang harinya di sekitar lokasi merumput mangsanya. Bahkan di tempat penglepasliaran dan di danau yang menjadi tempat favorit harimau mencari mangsa malamnya pun tidak ditemui. "Biasanya harimau di tepi sungai untuk mengintip hewan mangsanya minum," kata Penanggung Jawab TNWC Tomy Winata saat acara itu.
Rangkok, Penyu, dan Ikan
Selain harimau dan mangsanya, TNWC juga dihuni berbagai jenis burung dan ikan. Sementara pantai Belimbing yang menjadi pembatas TNWC, juga dihuni penyu belimbing--menurut penduduk setempat merupakan hewan asli daerah itu.
Salah satu jenis burung yang terlihat bermain di sekitar Sekretariat TNWC adalah rangkok. Tiga burung pemakan buah dan biji-bijian itu terlihat terus mengitari kawasan itu. Ketiganya adalah sebuah keluarga yang dipelihara oleh staf TNWC yang akrab disapa Kakek.
"Mereka memang biasa terbang di sekitar tempat ini. Memang saya pelihara sejak kecil sepasang rangkok itu, sampai kemudian bertelur dan mempunyai anak," ujar Kakek.
Kakek memang menjadi andalan TNWC untuk memelihara setiap warga baru yang bakal menghuni kawasan hutan di sana. Selain keluarga rangkok itu, dua elang yang dilepasliarkan bersamaan dengan Buyung dan Panti juga buah tangannya. Selain itu, banyak lagi burung atau yang oleh masyarakat ditemukan dan kemudian diserahkan ke TNWC untuk dikembalikan ke alam. "Kadang penduduk membawa ketilang anakan. Setelah dipelihara dan besar, kami lepaskan lagi ke hutan," kata Kakek.
Hewan langka lainnya adalah penyu yang ikut dilepasliarkan Menteri Kehutanan bersama Sekprov Lampung Irham Jafar Lan Putra, Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri, dan Kepala Dinas Kehutanan Lampung Hanan A.R. Penyu itu bertempurung menyerupai bentuk belimbing dan dilepasliarkan ke laut di pantai Tanjung Belimbing.
"Hewan ini sangat langka, maka harus dilestarikan kehidupannya. Agar anak cucu kita masih bisa melihatnya," kata Tomy Winata.
Apresiasi Pemerintah
Saat kunjungan itu, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan juga sekaligus memberi penghargaan kepada TNWC karena keberhasilannya dalam konservasi alam. Penghargaan itu berupa penambahan luasan kawasan yang dikelolanya. "Tambahan ini akan terus dilakukan hingga sekitar 49 ribu hektare kawasan TNBBS," kata Zulkifli.
Tambahan luas kawasan pengelolaan TNWC itu menjadi tambahan tugas. Salah satunya adalah menghalau perambah dan mencari solusi relokasi penduduk. Sebab, sejumlah kawasan sudah mulai dirambah penduduk, bahkan sudah menjadi permukiman kecil.
"Pemerintah berterima kasih kepada TNWC yang mau membantu dalam sektor konservasi alam. TNBBS adalah warisan dunia, jadi kita patut menjaganya," kata Menteri. n MUSTAAN
Sumber: Lampung Post, Minggu, 31 Januari 2010
No comments:
Post a Comment