February 26, 2014

Berburu Kamus Lampung Van Der Tuuk (Bagian 2-Habis)

Oleh Abdul Gafur


Juperta Panji Utama
UPAYA Lampung Peduli dengan enam orang tim kecil yang terbentuk (Juperta Panji Utama, Oyos Saroso HN, Arman A.Z., Daniel H. Ganie, Dede Safara, dan Irwan Wahyudi) untuk menengok langsung keberadaan kamus bahasa Lampung pertama karya Van Der Tuuk menemui jalan buntu. Dana yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Paling tidak minimal harus tersedia dana Rp180 juta untuk bertolak ke Belanda.

"Kami sudah berupaya mencari dana ke sana-ke mari, tetapi tak mencukupi. Lampung Peduli paling hanya mampu membiayai dua orang untuk berangkat ke Belanda. Namun, hasil rapat tim kecil memutuskan daripada memberangkatkan dua orang saja, lebih baik tidak usah berangkat sama sekali," kata Direktur Lampung Peduli Juperta Panji Utama.

Kemudian, pembatalan keberangkatan ke Negeri Bunga Tulip itu mereka komunikasikan dengan pihak perpustakaan Leiden. Namun, gagal berangkat bukan berarti rencana telah habis sama sekali. Kees Groeneboer menyarankan mereka untuk melobi pihak perpustakaan Leiden agar mau memberikan duplikat dari kamus Lampung tersebut.

Sekitar awal November, Leiden memberi jawaban. Tetapi tak dinyana, ternyata opsi menduplikasikan kamus itu pun tak juga murah, memerlukan biaya Rp15 juta untuk satu copy asli. "Saat itu juga kami menyampaikan jika hal itu tak bisa kami sanggupi. Seperti niat kami, mendatangkan kamus Van Der Tuuk itu tak akan membuahkan hasil," kata Panji.

Upaya tersebut dihentikan sejenak. Hingga akhirnya sebuah surat elektronik di akhir November dari Leiden menginformasikan kabar baik. Perpustakaan Leiden bersedia menyerahkan kamus tersebut secara cuma-cuma melalui kedutaan besar Belanda di Indonesia. Proses ini berlangsung sekitar satu bulan.

"Hingga pada awal Januari melalui lembaga kebudayaan Belanda di bawah kedutaan besar mereka di Jakarta menyerahkan kamus Van Der Tuuk kepada Lampung Peduli dalam format PDF. Kamus itu kini sudah ada pada kami. Utuh, dari sampul depan hingga halaman terakhir, dengan tebal sekitar 600 halaman," ujarnya.

Namun, Panji mengakui masih terbersit di benak keenam anggota tim untuk mendatangkan kamus bahasa Lampung Van Der Tuuk yang asli, tapi hal itu tentu tak bisa dilakukan atas bendera Lampung Peduli. "Pemerintah Indonesia harus turun tangan berdiplomasi langsung dengan Pemerintah Belanda. Kemungkinan itu pasti masih ada," ujar Panji.

Kini, Lampung Peduli bersama Dewan Kesenian Lampung berencana memperkenalkan kamus itu kepada publik Lampung secara resmi dalam diskusi terbatas pada 27 Februari mendatang. Tema yang diangkat Mengembalikan Harga Diri Lampung dengan Kembalinya Kamus Bahasa Lampung Pertama Van Der Tuuk.  (S2)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 Februari 2014

No comments:

Post a Comment