February 9, 2014

[Perjalanan] Mengudara di Teluk Lampung

Oleh Dian Wahyu Kusuma


Menikmati pemandangan Teluk Lampung dari udara adalah spektakulasi luar biasa. Salah satu caranya adalah terbang dengan paramotor.

FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/IKHSAN DWI NS

“Ready to landing,” kata Waras Budi.

“Okay, landing area clear,” jawaban instruktur di bawah menjawab.



Lapangan dinetralkan dari aktivitas lain. Di saat itu Waras Budi harus mendarat. Kadang harus approach atau berputar di tempat, sebelum landing di ketinggian 150 meter dpl.

Mesin mulai dimatikan, ia harus menghadap arah datang angin datang. Seketika, di ketinggian 2 meter, ia tarik kuat brake (rem) dengan kedua tangannya, dan pendaratan selesai.

Wind meter—pengukur kecepatan angin menunjukkan angka di bawah 15 knot (20 km/jam). Pilot paramotor bisa terbang di Gudang Agen, Teluk Lampung. “Di atas 35 km/jam tidak boleh lagi terbang,” kata Waras Budi Hartawan, seorang pilot paramotor. 

Fasida (Federasi Aero Sport Seluruh Indonesia) Daerah Lampung, Pordiga Microlight, dan paramotor sedang berlatih paramotor di Teluk Lampung pekan lalu. Olahraga minat khusus ini, jika dibandingkan balapan motor atau olahraga lain di Indonesia, dari 500 sampai 1.000 penerbangan paling tidak satu orang yang mengalami kecelakaan.

“Asal siap payung cadangan saat payung kolaps, kita dituntut memiliki skill,” kata alumnus Teknik Sipil Universitas Atmajaya Yogyakarta ini.

Di pantai ini, kerelatifan angin lebih stabil. Di bawah kecepatan angin 15 knot atau 20 km per jam itu nyaman untuk pilot bisa mengudara. Tapi ketika kecepatan angin di atas itu masih bisa terbang, tapi tidak lagi nyaman. Bila kecepatan angin di atas 35 km per jam, pilot tidak boleh lagi terbang.

Di lokasi ini, penerbang melihat pemandangan bukit Kota Bandar Lampung. Di belakang dan di depannya laut dan pantai.

“Kenapa kita ambil laut karena pemandangannya lebih. Alasan Gudang Agen di pantai ada relativitas lebih tenang anginnya, padat anginnya, lebih konstan, padat kecepatannya. Di bulan ini sulit, untuk angin kencang sebenarnya tidak boleh latihan. Untuk terbang groud handling, pemantapan teknis saja, latihan enggak masalah,” kata bapak dua anak ini.

Meski Waras Budi pernah jatuh 17 meter di Pulau Sebesi pada Festival Krakatau 2007, ia masih menyukai olahraga minat khusus ini. Tulang punggung kanannya cedera, disebabkan oleh zink lipatan putaran angin di belakang pohon. Itu mengakibatkan payung kolaps. Beruntung ia masih menyangkut pohon. Selama satu tahun ia tidak latihan.

“Itu risikonya. Kalau enggak mau jatuh jangan terbang,” kata pemilik SIM Pilot Rating PPG 1 ini. 

Biasanya paralayang dan paramotor juga berlatih di Teluk Nipah, Sidomulyo, Lampung Selatan. Bedanya, kalau paralayang butuh teknik penerbangan yang lebih lagi, dan terbang hanya mengandalkan bukit yang tinggi. Sedangkan paramotor bisa terbang di mana saja, bahkan di pantai, karena menggunakan mesin. 

Di udara, dengan kapasitas tangki bahan bakar penuh, pilot bisa mengudara selama dua sampai dua setengah jam. Setelah habis terbang biasanya penerbang dievaluasi dan berdiskusi dengan pilot lain.

“Justru yang fobia pada ketinggian, bisa jadi latihan, bisa terbang dengan kendalikan sendiri. Namanya pilot, lebih enak terbang sendiri dibanding jadi penumpang. Intinya dengan pengetahuan biar selamat,” kata Sekretaris Federasi Aero Sport Seluruh Indonesia, Pordiga Microlight, dan paramotor ini.

Untuk penambahan penumpang dua orang, perlu alat tambahan payung tandem dan mesin harus besar, minimal 200—250 cc. Seperti pada track roda tiga. Pada track seperti beca roda 3 ini lebih berat risikonya karena membawa nyawa orang.

Untuk terbang, seorang pilot juga harus memiliki surat izin mengemudi (SIM). Istilahnya paramotor rating. Di antaranya PPG-1 Novice Pilot, PPG 2 Intermediate Pilot, PPG 3 Advance Pilot, PPG T1 Tandem Foot Launch, PPG T2 Wheel Launch, dan PPG T3 Instructur.

Paramotor di Lampung juga ikut merayakan Festival Krakatau. Kalau ada agenda provinsi seperti Festival Way Kambas, Festival Krakatau, dan kegiatan sosial tim SAR. Mencari korban-korban dengan GPS, koordinat, paramotor bisa digunakan sebagai alternatif bantuan karena lebih murah dibanding helikopter.

Pada 26 Februari 2014, Pordiga Microlight dan paramotor ini akan mengikuti Jogja Air Show dengan cabang cross country, acrobatic, J slalome, dan boling slalom.
Pada 2016, paramotor inginnya dimasukkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) di Bandung. Karena, menurut Waras Budi, aero modelling baru dilombakan pada cabang paralayang saja. “Di acara Festival Krakatau tahun ini kami mau persiapkan lomba air show di Lampung,” kata Waras Budi. 

Alat-alat yang dibutuhkan sebelum terbang, seperti glider (payung), mesin baling-baling berdiameter 120—140 cm, pro feller, alat harnest (tempat duduk penghubung ke mesin).

Kawasan Latihan

Pada Sabtu atau Minggu di Gudang Agen, Telukbetung Barat, Teluk Lampung kerap menjadi area latihan bagi para penggemar paramotor. Di kampung nelayan itu banyak pencari ikan yang menjadi pemandangan khusus nelayan dan anak-anak yang tinggal di Gudang Agen.

Ada rambu peraturan lalu lintas udara. Ada juga daerah yang tidak boleh terbang karena masuk zona terlarang bagi paramotor, seperti di Way Huwi. Ini zona untuk pesawat terbang komersial, kecuali ada urgen. Pemotongan lalu lintas udara harus tahu aturannya. Selain teknis terbang, kendalanya kalau angin kencang jangan terbang. Khususnya paramotor yang bisa terbang di mana saja.

Menurut Waras Budi, penerbangan di Bandar Lampung idealnya di Gudang Agen. Dulu di PKOR Way Halim sering latihan pada 2007. Tapi ketika take off tidak nyaman karena di Way Halim berbahaya, banyak lalu lintas kendaraan.

Kalau di Gudang Agen di 8 penjuru angin, kita bisa terbang asal tidak hujan. “Hujan rintik-rintik juga enggak boleh, payung nanti basah, beban semakin berat.” (M1)

dianwahyu@lampungpost.co.id

Sumber: Lampung Post, Minggu, 9 Februari 2014

No comments:

Post a Comment