December 23, 2007

Spektrum: Pesona Lampung Barat

-- Budisantoso Budiman

SEJUMLAH turis asing asyik bercengkrama di tengah deburan ombak Pantai Tanjung Setia, di Kecamatan Pesisir Selatan, 52 km dari Liwa, ibukota Kabupaten Lampung Barat (Lambar), Lampung.

Tugu Kayu Hagha di Bundaran Kota Liwa, yang menyimpan legenda Kerajaan Sekala Brak, asal-usul Suku Lampung.

Selain berselancar dan memancing, para turis bisa pula berkemah, berenang, atau berjemur menikmati pesona wisata andalan Lambar.

Lambar menawarkan keindahan wisata pantai dan bahari yang aman dan nyaman bagi keluarga, wisatawan domestik maupun mancanegara.

Pantai Tanjung Setia, cukup dikenal oleh para turis asing dan menjadi salah satu pilihan berwisata pantai dan berselancar. Dengan ombak setinggi 3-4 meter dan panjang mencapai 200 meter, menjadi arena ideal bagi peselancar.

Lambar yang memiliki 17 kecamatan, enam kelurahan, dan 189 pekon (kampung) dan pekon persiapan, dengan luas wilayah 4.950,40 km2 atau 13,99 persen dari luas wilayah Provinsi Lampung itu, memiliki garis pantai sepanjang 260 km.

Kabupaten itu termasuk dalam daerah tujuan wisata unggulan di Lampung yang tergabung dalam "segitiga emas" objek wisata utama Lampung seperti anak Gunung Krakatau di Lampung Selatan, Taman Nasional dan Pusat Latihan Gajah Way Kambas di Lampung Timur, dan Danau Ranau di Lambar.

Objek wisata di Lambar cukup lengkap seperti laut, danau, pegunungan, wisata alam, dan juga wisata petualangan maupun wisata budaya.

"Pariwisata merupakan salah satu andalan untuk mendongkrak perekonomian kabupaten ini," ujar Bupati Lambar Mukhlis Basri.

Mukhlis pada 10 Desember 2007 resmi dilantik memimpin kabupaten berpenduduk 410.848 jiwa (2006) itu.

Dengan luas 495.040 hektare, 64 persen wilayah Lambar merupakan hutan, sehingga hanya sebagian kecil dapat dikelola untuk pembangunan daerah tersebut.

"Tanpa pengelolaan sektor pariwisata dan pemanfaatan kawasan hutan itu secara lestari, tentu saja warga di sini akan tetap menjadi miskin," kata Mukhlis yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Lambar.

Struktur ekonomi Lambar menempatkan sektor pertanian dengan nilai kontribusi mencapai 64,65 persen, disusul perdagangan, hotel dan restoran (17,97 persen), pertambangan dan penggalian (14,81 persen), dan beberapa sektor pembangunan lain.

Damar Terbaik

Lambar selama ini dikenal sebagai penghasil damar mata kucing (Shorea javanica) terbaik di dunia, dengan luas areal kebun damar rakyat mencapai 17.500 hektare. Produksinya 5.000 ton/tahun.

Sekitar 80 persen produksi dan ekspor komoditas damar mata kucing Indonesia berasal dari Lambar. Damar digunakan sebagai stabilizer pada industri cat, tinta, farmasi (obat-obatan), dan kosmetik di beberapa negara di dunia.

Hampir seluruh wilayah pesisir Lambar, di Kecamatan Lemong, Pesisir utara, Karya Penggawa, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan, Ngambur, Bengkunat, dan Bengkunat Belimbing terdapat kebun damar rakyat yang memasok pasaran ekspor ke India, Jerman, Filipina, Prancis, Belgia, Uni Emirat Arab, Banglades, Pakistan, dan Italia.

Selain damar, kabupaten itu juga menjadi daerah penghasil kayu medang, sengon, cempaka, afrika, karet, jati dan beberapa jenis kayu lainnya.

Selain itu Lambar juga dikenal sebagai penghasil tanaman gaharu, madu, sutra, dan kopi robusta unggulan Lampung.

"Tetapi kami memiliki keterbatasan untuk mengembangkan pembangunan di sektor pertanian dan perkebunan maupun industri, mengingat kawasan hutan yang ada di sini," kata Bupati.

Dalam kepemimpinannya selama lima tahun ke depan, Muhklis dan Wakil Bupati Dimyati Amin bertekad membangun daerah itu, selain tetap bertumpu pada sektor ekonomi produktif juga akan mengembangkan potensi sektor pariwisata yang belum optimal diusahakan.

Beberapa bulan lalu, Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort di tepian Danau Ranau di Pekon Lumbok, Kecamatan Sukau, telah diresmikan menjadi cikal bakal kebangkitan sektor pariwisata Kabupaten Lambar.

Di sekitar Seminung Lumbok Resort, pengunjung dapat melihat hamparan air Danau Ranau yang membiru dengan latar belakang Gunung Seminung dan perbukitan menghijau di sekitarnya.

Kehangatan air panas di kaki Gunung Seminung, memancing di Danau Ranau, dan menikmati kekhasan warga lokal dalam membudidayakan sayur mayur menjadi daya tarik tersendiri untuk datang ke sana.

Pengunjung dapat menginap di Seminung Lumbok Resort yang berstandar hotel berbintang, dengan kolam renang, saung, restoran, dan ruang pertemuan.

Dalam waktu dekat pengelolaan Seminung Lumbok Resort diswastanisasi agar lebih bersaing dan efektif, kata Pelaksana Harian (Plh) Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Lambar, Basuki Rahmat.

Pada tahun 2008, pemerintah Kabupaten Lambar menyiapkan pengembangan wisata agrobisnis taman buah.

Setiap bulan Juli, di Lambar digelar Festival Teluk Stabas yang berisi aneka lomba olahraga untuk melestarikan budaya daerah dan mempromosikan objek wisata seperti layang-layang, arung jeram, paralayang, jelajah alam Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), atraksi Sekura (topeng), pacuan kambing, voli pantai, lomba tari, hadra, muayak, dan lomba lagu daerah.

Alam Lambar yang dikelilingi hutan TNBBS, menyimpan potensi wisata alam Gunung Pesagi di Belalau, "jungle run", air terjun Sepapa Kiri di Kubuperahu, dan arung jeram di Way Besai.

Lambar juga memiliki Pulau Pisang, sebuah pulau yang eksotik dengan keindahan pantai pasir putih dan terdapat ikan "blue marlin" yang dapat dipancing dari habitatnya di sana.

Adat budaya masyarakat Lambar yang dulu terdapat Kerajaan Sekala Brak - asal usul Suku Lampung - membuat slogan daerah itu sebagai "The Origin of Lampung" (Asal Mula Lampung).

Di Lambar terdapat upacara adat menyambut tamu agung (Alam Gemisikh), pengangkatan raja (Nyambai Agung), dan proses adat pernikahan secara tradisional.

Di daerah Belalau, Batu Brak, Balik Bukit, dan Sukau, terdapat Pesta Sekura yaitu pesta rakyat dengan menggunakan topeng pada wajah, yang dilakukan pada saat menyambut Hari Raya Idulfitri dan pesta mewujudkan rasa syukur setelah panen raya.

Terdapat pula objek wisata selam di bawah laut perairan Lambar, wisata sejarah dan budaya, legenda Makam Gajah Mada, rumah-rumah tradisional yang tetap terpelihara sejak ratusan tahun lalu.

"Kami yakin, dengan mengoptimalkan potensi wisata, rakyat kami bisa sejahtera dan tidak miskin lagi," kata Bupati.

Sebuah tantangan bagi Bupati atas pesona Lambar yang memikat. (T.B014)

Sumber: Antara, 22 Desember 2007

No comments:

Post a Comment