December 30, 2007

Teater di Bandar Lampung Mencari 'Iman' dan 'Imam'

Bandarlampung, 30/12 (ANTARA) - Dunia teater di Bandarlampung saat ini tidak mulus berkembang, diantaranya terkendala ketiadaan keyakinan diri dari pegiat teater terutama dari kelompok muda dan pemula.

"Mereka belum memiliki "iman", dan teladan atau "imam"," kata Ari Pahala Hutabarat, saat berbicara dalam Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) yang digelar Komite Teater Dewan Kesenian Kota Bandarlampung (DKKBL) di Taman Budaya Lampung, Sabtu.

Kegiatan itu merupakan bagian dari "Apresiasi dan Refleksi Seni Budaya DKKBL 2007" yang berlangsung sejak Kamis (27/12).

Selain Ari Pahala Hutabarat, sejumlah pegiat teater di Bandarlampung, juga turut dalam diskusi itu, diantaranya Iswadi Pratama, Ivan Sumantri Bonang, dan D Pramudya Mukhtar.

Para seniman itu umumnya menyampaikan keprihatinan yang sama atas kondisi teater di Lampung yang belum menggembirakan.

Padahal potensi pemain teater dan pegiat teater di Provinsi Lampung lebih dari cukup. Namun umumnya hanya berkembang dan hidup setengah jalan, setelah itu luruh dan mati.

Ari Pahala menyebutkan, persoalan mendasar yang dihadapi para pegiat teater di Bandarlampung itu, antara lain ketiadaan keyakinan kuat untuk terus menunjukkan eksistensi.

"Kebanyakan pegiat teater itu, baru menghadapi kendala dan benturan masalah sedikit saja sudah enggan mengembangkan dirinya," ujar Ari.

Menurut Iswadi yang hingga kini terus berkarya teater, dunia teater di Bandarlampung dan Provinsi Lampung saat ini memerlukan figur yang intens dan konsisten dalam berkarya, dan tidak mengeluh meski dananya sedikit.

"Kerdil dan kekanak-kanakan kalau berdalih enggan lagi berteater karena menghadapi kendala serta benturan ekonomi," ujar dia.

Dunia teater Bandarlampung membutuhkan sosok sebagai "imam" atau pemimpin yang tidak mudah menyerah ketika diterpa masalah serta tidak "cengeng".

Namun, menutut Komite Teater DKKBL, M Yunus, permasalahan dunia teater
di Bandarlampung tetap harus dipetakan, agar kemudian bisa dicarikan jalan keluarnya.

"Potensi para pegiat teater yang ada cukup besar harus dioptimalkan.
Kendala serta masalah yang masih dihadapi perlu diupayakan dapat diatasi
bersama-sama," kata Yunus.

Apresiasi dan Refleksi

Mengakhiri tahun 2007, Dewan Kesenian Kota Bandarlampung (DKKBL) menggelar "Apresiasi dan Refleksi Seni Budaya DKKBL Tahun 2007", di Taman Budaya Lampung (TBL).

Pagelaran itu berisi rangkaian kegiatan dialog sastra dan teater,
lokakarya dan pameran seni rupa, serta pemutaran dan diskusi film Indie.

Ketua Harian DKKBL, Syaiful Anwar menyatakan pihaknya merasa
bertanggungjawab untuk mengembangkan seni dan budaya di Bandarlampung.

"Kegiatan ini adalah salah satu wujud pertanggungjawaban DKKBL dalam
mendukung pencanangan Kota Bandarlampung menjadi Kota Seni dan Budaya,"
kata seniman pencipta lagu daerah Lampung itu.

Acara puncak "Apresiasi dan Refleksi Seni Budaya" itu dihadiri penyair Isbedy Stiawan ZS yang membacakan dua puisinya, "Kota Sarang Laba Laba", dan "Rumah Judi". Tari Kakhot, salah satu tarian tradisional Lampung juga turut ditampilkan.

Sebelumnya, pada Kamis-Jumat (27-28/12), Komite Sastra, Komite Teater,
Komite Seni Rupa, dan Komite Film DKKBL menyelenggarakan dialog sastra dan teater, pelatihan dan pameran seni rupa, serta pemutaran dan diskusi film Indie berjasama dengan Harian Umum Lampung Post dan Harian Umum Radar Lampung.

Sumber: Antara, 29 dan 30 Desember 2007

No comments:

Post a Comment