December 2, 2007

Apresiasi: Menangkap Karakter Puisi Inggit

ada janji lain
bunga matahari
selain
setia pada matahari
pada tanah,
ia pelajari
hakekat rumah:
...


ITU penggalan puisi "Janji Bunga yang Seperti Matahari" karya penyair perempuan Lampung, Inggit Putria Marga yang dibacakannya sendiri pada Jumat malam (23-11) dalam gelaran Pesta Sastra bertajuk Bilik Jumpa Sastra (Bijusa) di Gedung PKM Unila mulai pukul 19.00.

Inggit mengatakan karya yang berhasil mengantarkannya meraih penghargaan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2005 sebagai penulis puisi terbaik tersebut, mendapatkan ilham penulisan dari komik yang dibacanya pada kelas 5 sekolah dasar. "Dulu saya membaca komik Jepang berjudul Sun Flower yang kisahnya melatarbelakangi saya membuat puisi 'Janji Bunga Seperti Matahari' tersebut."

Dia mengatakan bahwa seluruh kisah yang ada di buku komik tersebut, sangat dihafalnya. "Di komik tersebut dinyatakan bahwa bunga matahari itu akan selalu mengarah pada matahari. Saat matahari terbit, maka bunga akan mengarah ke sana, begitu saat matahari tinggi, dan juga terbenam. Namun selain mengikuti matahari, ia juga merunduk pada tanah. Sebab ketika matahari terbenam, maka bunga matahari akan mengarah pada tanah," kata Inggit.

Selain itu, perempuan yang pernah meraih juara pertama karya cipta Peksiminas tahun 2004 dan juara kedua karya cipta puisi Krakatau Award 2004 ini juga mengatakan proses kreatif dalam menulis puisi diawali sejak tahun 2000. "Ketika itu saya mengikuti workshop penulisan puisi di UKMBS yang menghadirkan empat pembicara; Iswadi Pratama, Isbedy Stiawan, Ahmad Yulden Erwin, serta Ari Pahala Hutabarat. Di situlah saya mulai bersentuhan dengan puisi. Dan karya pertama saya langsung dimuat di HU Lampung Post."

Setelah itu, begitu banyak karya puisinya yang menghampar bebas di berbagai media massa baik nasional maupun daerah seperti Kompas, Media Indoensia, Koran Tempo, Horizon, Republika, dan Pikiran Rakyat. Ditambah lagi dengan termuatnya puisi karyanya dalam berbagai buku antologi puisi seperti Living Together (TUK, Jakarta), Gerimis Dalam Lain Versi (DKL), Konser Penyair Ujung Pulau (DKL), Gemilang Pesona Musim, Narasi dan Pesisir, dan Surat Putih 2 (Risalah Badai, Jakarta), dan 142 Penyair Menuju Bulan (Banjarmasin).

Inggit dalam Pandangan Penyair Lain


Penyair yang juga seorang jurnalis, Oyos Saroso, sebagai pembahas puisi karya Inggit, mengatakan Inggit bisa dikatakan sebagai penyair perempuan yang berkarakter kuat di Indonesia. "Pada akhir 90-an dan awal 2000-an, banyak pembuat puisi perempuan yang tidak kuat. Paling tercatat Dorothea, dan dia pun menurut saya mengembangkan puisi Sapardi. Dan Inggit termasuk yang kuat."

Menurut dia, awal berkaryanya, Inggit melahirkan puisi-puisi yang pendek-pendek saja. "Namun akhirnya entah ikut tren atau tidak, akhirnya mulai menulis puisi panjang. Tapi kelebihan Inggit, dia sama sekali tidak kedodoran ataupun menjadikan puisinya menjadi seperti prosais yang saat ini banyak bermunculan di media massa. Makanya saya melihat bahwa Inggit sudah memiliki pola tersendiri yang sangat Inggit," ujarnya.

Bahkan Oyos berani bahwa untuk penyair seangkatan Inggit, dia adalah yang terbaik. "Karena Inggit sudah memiliki pola ucap tersendiri, kuat, dan berdasarkan penilaian subjektifnya, saya sangat mudah untuk menikmati puisi karyanya. Menjadi pertanyaan bisakah dia memiliki napas panjang setelah menikah dan menyelesaikan urusan dosmetiknya?"

Pola ucap yang kuat tersebut sangat terlihat ketika Inggit membacakan karyanya "Mantra Petani".

berkecambahlah benih, berkecambahlah
agar jernih kelam pedih
agar putih hitam perih
berakarlah benih, berakarlah
agar terbenam maki dendam
agar tenggelam amuk kecam
berbatanglah benih, berbatanglah
agar teduh tetangis riuh
agar luruh berlapis peluh...


Selain itu juga, Oyos mengatakan bahwa karya Inggit memang layak dibicarakan. Karena selain tipografi puisinya yang cantik, juga sebagai penyair perempuan, dia telah memberikan warna lain bagi peta perpuisian Indonesia, meski pada awalnya masih samar terhalang pendahulunya namun kemudian sudah menancap jelas. Malahan dikemukakan dia, Inggit termasuk penyair Indonesia yang masih memperhatikan semantik dan gramatika

Sedangkan cerpenis M. Arman A.Z. mengemukakan bahwa Inggit merupakan pioner penyair perempuan di Lampung di kancah dunia sastra nasional. Karena dengan Inggit akhirnya sekarang ini mulai bermunculan penyair-penyair perempuan Lampung yang karyanya dimuat di media nasional dan mampu berbicara di pentas bertaraf nasional hingga internasional.

Bukan Hanya Rutinitas

Kegiatan mengapresiasi karya penyair Lampung ini memang bukanlah yang kali pertama digelar Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung (DKL) bekerja sama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung. Sebab sebelumnya telah tampil beberapa penyair Lampung seperti Udo Z. Karzi, Budi Hutasuhut, Isbedy Stiawan Z.S., Ansori Djausal, Edy samudra Kertagama, Syaiful Irba Tanpaka, Ari Pahala Hutabarat, Anton Kurniawan, Hendri Rosevelt, dan Lupita Lukman, serta beberapa penyair muda asal Metro yang karyanya juga dibedah.

Ketua Divisi Teater dan Sastra Kurusetra UKMBS Unila, Fitri Yani mengemukakan bahwa kegiatan yang menampilkan karya Inggit ini merupakan kegiatan yang kali kesepuluhnya digelar. Dan dipilihnya Inggit, menurut dia, dikarenakan karya-karya yang dihasilkan sudah sering menghiasi koran-koran lokal maupun nasional serta prestasi yang berhasil diraihnya mampu berbicara di tingkat nasional.

Sehingga menurut dia, kegiatan yang digelar secara kontinu setiap satu bulan sekali ini menjadi wadah para penulis sastra untuk memperbanyak pengetahuan tentang sastra. "Karena pada Bijusa ini, para penyair akan membacakan karyanya sekaligus membedah karya sastranya. Di samping tentunya forum ini sebagai wadah silaturahmi para penyair, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat yang berminat pada sastra," katanya lagi.

Sedangkan Ketua Komite Sastra DKL Ari Pahala Hutabarat mengatakan bahwa kegiatan tersebut wajib digalakkan karena sangat penting untuk perkembangan sastra ke depan. "Ini adalah bentuk tanggung jawab serta kepedulian dari Komite Sastra DKL bekerja sama dengan UKMBS Unila menggelar kegiatan ini. Harapannya ini bisa berkontribusi positif terhadap perkembangan sastra di Lampung."

Paling tidak nantinya diharapkan akan muncul Inggit-Inggit baru yang akan meramaikan dunia sastra daerah serta nasional yang memiliki karakter yang kuat. Sehingga akhirnya dunia kepenyairan Lampung akan semakin semarak dengan banyaknya bermunculan "bunga-bunga" baru nan harum. n TEGUH PRASETYO/S-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 2 Desember 2007

No comments:

Post a Comment