February 26, 2009

Kurusetra Pentaskan Lakon 'Suara-Suara di Balik Jendela'

BANDAR LAMPUNG--Beberapa anak muda bergerak perlahan dari satu tempat ke tempat lain. Anak-anak muda tadi berpakaian rapi. Ada yang mengenakan setelan jas dan memakai baju sekolah. Kemudian, mereka bergerak cepat, bahkan berlari mengikuti iringan musik keras. Gerakan mereka berulang-ulang. Menggambarkan rutinitas sehari-hari.

Dua orang kekasih tampak bercengkerama riang. Mereka berdua saling menggoda. Iringan lagu India Kuch-Kuch makin menambah nuansa mesra. Setelah puas bercanda, mereka terdiam untuk beberapa saat. Adegan tersebut merupakan prolog dari pentas teater bertajuk Suara-Suara di Balik Jendela. Pentas tersebut disajikan Teater Kurusetra Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Unila, Senin (23-2). Pentas berdurasi 45 menit tersebut merupakan besutan sutradara Iskandar H.B.

Menurut Iskandar, pesan yang disampaikan dalam lakon Suara-Suara di Balik Jendela adalah kaum muda yang terlalu tertutup dan terkungkung dengan dunia sendiri. Lakon itu menggambarkan para pemuda yang belum mau menerima kemajuan teknologi. "Mereka tidak berani menjamah realita yang ada," kata Iskandar.

Lakon tersebut merupakan karya tiga sastrawan muda Lampung, yakni Fitri Yani, Agit Yogi, dan Didi Arsandi. Lakon itu deperankan oleh para penulis naskah dan beberapa aktor lain, Romadhona Edi Saputra, Erdalia, Noversi Mutiarani, dan Tiara.

Iskandar mengatakan kesulitan dalam mementaskan Suara-Suara di Balik Jendela adalah karakter masing-masing pemain belum keluar secara maksimal. Para pemain belum ekstrem mengeksplorasi perannya.

Penampilan Teater Kurusetra tersebut disaksikan puluhan mahasiswa, dosen, dan aktivis teater Lampung. Beberapa seniman dan sastrawan, seperti Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Edy Samudra, dan Muhammad Yunus turut hadir dalam acara tersebut. Usai pertunjukan, dilangsungkan diskusi atas lakon tersebut.

Iswadi mengatakan lakon Suara-Suara di Balik Jendela belum menjadi sebuah peristiwa, masih menjadi permainan kata-kata. Para penonton belum sempat merasakan peristiwa yang disajikan dalam setiap adegan, kemudian sudah berganti ke adegan lain. n PADLI/K-2

Sumber: Lampung Post, Kamis, 26 Februari 2009

1 comment:

  1. maju terus Kurusetra, lebih baik, lebih banyak karya, lebih eksis..I love U full

    ReplyDelete