BELAKANGAN, istilah ulun Lampung banyak muncul di berbagai blog. Di blog-nya Udo Z. Karzi, berserakan kata ulun Lampung. Banyak juga orang hanya ikut-ikutan memakai nama ulun Lampung tanpa memahami apa makna dan maksud kata itu. Dan parahnya adalah orang Lampung sendiri yang menggunakan kata itu.
Baru-baru ini Agus Sri Danardana juga menggunakan kata ulun Lampung di harian ini (24-1-2009). Agus Danardana menulis "kemauan ulun Lampung". Saya yakin maksudnya adalah suku Lampung atau orang Lampung. Seakan-akan tak ada sinonim dan lebih pas digunakan selain kata ulun. Padahal, akan lebih elok jika Agus menggunakan kata tian Lampung.
Wikipedia menyebut ulun Lampung sebagai orang atau suku Lampung. Namun, saya akan menerima dengan senang hati penggunaan kata ini jika ditujukan kepada saya karena saya tahu yang mengucapkan itu tepat pada tempatnya. Kalau yang mengucapkan kata itu Udo Karzi atau Ansori, saya tentu akan mempersoalkan.
Lalu apakah bahasa Lampung punya hak milik tertentu? Apakah bahasa Lampung ada kekhususan yang dapat digunakan dan tidak dapat digunakan yang lain? Kalau begitu aneh sekali bahasa Lampung itu. Artinya, suku Lampung bisa menggunakan kata itu, tetapi yang bukan suku Lampung tidak bisa menggunakan untuk kalimat yang sama.
Dalam salah satu tulisannya, Udo menulis begini: "Jika ulun Lampung masih merasa memiliki bahasa Lampung". Udo Karzi menulis dengan kalimat berbahasa Lampung begini: "Jak ipa asal ni ulun Lampung?" (Dari mana asalnya suku Lampung?). Bahkan, dalam salah satu tulisannya, Udo Karzi menulis namanya begini: "Udo Z. Karzi, ulun Lampung, tinggal di Pangkalan Bun, Borneo".
Jika seorang yang pintar bahasa Lampung sudah berani menambahkan kata ulun Lampung setelah namanya, buat saya masalah ini sangat serius. Orang tersebut tentu tidak mau jika dikatakan sedang meniadakan identitas diri sendiri. Sebab, kata "Udo Z. Karzi, ulun Lampung" di situ berarti: Udo Z. Karzi bukan Lampung.
Yang lebih parah adalah ketika orang menyebut "O, kamu ulun Lampung ya". Ada pula yang kenalan dengan menyebut namanya sambil menambahkan kata "nyak ulun Lampung (saya orang Lampung)".
Di tempat kelahiran saya tidak pernah mendengar orang menyebut istilah ulun Lampung. Bisa-bisa orang Lampung di tempat kelahiran saya akan tersinggung ketika mendengar istilah ini dipakai. Teman saya pernah bertanya: Kamu siapa? Teman yang satunya jawab: Ulun! Maksudnya bukan orang Lampung.
Saya mengernyitkan dahi setiap orang menyebut kata ulun Lampung. Bukan karena saya fanatik terhadap bahasa Lampung! Saya sedih karena orang tak pernah berusaha memahami makna kata itu dan ikut-ikutan secara buta seperti laron yang akhirnya mati terbakar!
Kata ulun sama kasarnya dengan sebutan kepada seseorang atau suku atau marga dengan menggunakan kata mereka: Mereka Jawa. Mereka Batak. Yang gaul akan menggunakan kata "dia orang", bukan mereka. Jadi, kata ulun Lampung sama dengan kata orang lain atau kata penunjuk untuk orang yang bukan suku Lampung.
Kata ini biasanya digunakan orang Lampung pesisir untuk menyebut orang lain yang bukan suku Lampung sebagai jawaban jika ada yang bertanya. Agak aneh kalau orang menyebut ulun Lampung, tetapi yang dia maksudkan adalah orang/suku Lampung. Misalnya, ada orang bertanya siapa yang berkelahi, orang Lampung akan menjawab ulun. Siapa yang mencuri akan dijawab ulun dalam arti bukan saya, melainkan orang lain yang mencuri.
Biasanya, kata ulun digunakan orang yang bukan suku Lampung kepada suku Lampung. Kalau seseorang adalah suku Lampung, tidak mungkin ia menggunakan kata itu, kecuali jika orang itu ikut-ikutan saja. Asarpin ulun Lampung, misalnya, bisa saja digunakan orang lain untuk menyebut saya. Namun, tidak mungkin saya menyebut diri Asarpin ulun Lampung. Inilah yang tidak pernah disadari para pengguna, yang semoga segera tersadarkan. n
* Asarpin, pembaca sastra
Sumber: Lampung Post, Rabu, 18 Februari 2009
No comments:
Post a Comment