BANDAR LAMPUNG (Lampost): Sastrawan Lampung harus duduk bersama dan bersatu agar sastra dan budaya Lampung menjadi terangkat ke pentas nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Komite Tradisi Dewan Kesenian Lampung Syapril Yamin menanggapi kegagalan Lampung mendapat Hadiah Sastra Rancage 2009.
Syapril mengatakan Lampung banyak memiliki sastrawan daerah dan nasional. Para sastrawan Lampung harus duduk bersama membahas bagaimana sastra dan budaya Lampung ke depan. Akan dibawa ke mana sastra dan budaya daerah lampung.
Syapril masih melihat para sastrawan Lampung tidak bersatu dan masih jalan sendiri-sendiri. "DKL, Unila, dan komunitas sastra lain masih jalan masing-masing."
Menurut Syapril, tidak ada harmonisasi antarsastrawan Lampung. Masih ada istilah tok nyak kidang dang niku yang artinya bukan saya tapi jangan kamu, di kalangan sastrawan Lampung.
Masih kentalnya egoisme di kalangan sastrawan membuat tidak adanya rasa saling dukung. Sikap seperti itu harus dihilangakan di benak sastrawan.
"Jika ada seorang sastrawan maju mewakili nama Lampung harusnya didukung, bukan dijatuhkan," kata Syapril.
Semangat Jangan Kendur
Pengamat sastra Lampung Kuswinarto, saat dihubungi melalui telepon, mengatakan lepasnya Hadiah Sastra Rancage tahun 2009 yang disebabkan kesalahan teknis harusnya tidak memengaruhi semangat sastrawan Lampung untuk terus berkarya. Semangat terus berkarya dalam bahasa Lampung jangan sampai kendur.
Kuswinarto mengaku sangat menyayangkan lepasnya Hadiah Sastra Rancage 2009 disebabkan kesalahan teknis. "Harus dipertanyakan apakah panitia terlambat menerima karya sastra berbahasa Lampung atau memang karya sastra berbahsa Lampung tidak dipublikasikan secara luas."
Dia menilai adanya Hadiah Sastra Rancage belum membuat sastrwan Lampung aktif berkarya dengan bahasa daerahnya. Hal itu bisa disebabkan tidak adanya media khusus yang memublikasikan karya sastra berbahasa Lampung.
Keberadaan media publikasi ini sangat penting. Adanya media yang mewadahi kreativitas sastrawan Lampung diharapkan bisa menggenjot produktivitas karya berbahasa daerah.
"Harus ada upaya untuk membuat media publikasi sehingga mampu menarik sastrawan untuk menulis karya berbahasa Lampung," kata dia.
Upaya lain yang harus dilakukan, kata Kuswinarto, adalah mengoptimalkan mata pelajaran muatan lokal bahasa Lampung di sekolah-sekolah. Melalui Muatan Lokal Bahasa Lampung, para siswa dapat belajar menulis dan berbahasa daerah. Pelajaran muatan lokal harus dimanfaatkan dengan baik untuk membudayakan kembali bahasa Lampung. n PADLI RAMDAN/K-1
Sumber: Lampung Post, Jumat, 13 Februari 2009
No comments:
Post a Comment