BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kalangan sastrawan Lampung menilai lepasnya Hadiah Sastra Rancage tahun 2009 disebabkan kurangnya dukungan pemerintah daerah terhadap sastra berbahasa Lampung.
Sastrawan Lampung Y. Wibowo mengatakan lepasnya Hadiah Sastra Rancage tahun 2009 karena masih rendahnya dukungan pemerintah daerah melalui dinas terkait terhadap perkembangan sastra Lampung. Pemerintah daerah belum mau mengangkat sastra Lampung untuk dipromosikan ke tingkat nasional.
"Pemerintah daerah mestinya mendorong sastrawan dan budayawan Lampung untuk terus berkarya bagi perkembangan sastra Lampung," kata Direktur BE Press, penerbit yang konsen dengan khazanah lokal Lampung.
Wibowo menilai karya sastra berbahasa Lampung yang dihasilkan sastrawan Lampung selama tahun 2009 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Penghargaan Rancage 2008 untuk sastrawan Lampung ternyata mampu memotivasi sastrawan lain untuk terus berkarya.
Tidak diperolahnya Rancage 2009 disebabkan keterlambatan mengirimkan karya sastra berbahasa Lampung. Selama 2008 dan awal 2009, ada dua karya sastra berbahasa Lampung yang sudah diterbitkan. Namun, karena kesalahan teknis, Panitia Hadiah Sastra Rancage tidak menerima terbitan karya sastra berbahasa lampung.
Menurut Wibowo, Hadiah Sastra Rancage tahun 2008 yang diraih sastrawan Lampung Udo Z. Karzi merupakan sebuah prestasi penting. Selama lebih dari 20 tahun Hadiah Sastra Rancage diadakan, Lampung merupakan daerah pertama yang mendapat hadiah sastra tersebut di luar Jawa dan Bali.
Wibowo juga mengatakan kalangan sastrawan juga harus terus mewacanakan pentingnya sastra dan budaya bagi sebuah daerah. Para pengambil kebijakan harus terus didorong untuk peduli dan perhatian kepada sastra dan budaya Lampung. "Para pengambil kebijakan harus disadarkan agar peduli pada perkembangan sastra dan budaya," ujarnya.
Penyair Lampung, Panji Utama, mengatakan pemerintah sudah seharusnya berperan aktif dalam melestarikan sastra dan budaya Lampung dengan menerbitkan sastra berbahasa Lampung. Panji menilai perhatian pemda terhadap sastra dan budaya masih sangat kurang.
Selain kurangnya perhatian pemda, kata Panji, sudah seharusnya Lampung memiliki penerbit yang secara berkelanjutan menerbitkan sastra berbahasa Lampung. "Para penerbit belum tertarik untuk menerbitkan karya sastra berbahasa Lampung," ujarnya.
Direktur Jung Foundation Christian Heru Cahyo juga menilai Pemerintah Provinsi Lampung belum berperan optimal dalam pengembangan sastra dan budaya Lampung. Pemprov tidak mau membantu sastrawan dalam menerbitkan karya sastra berbahasa Lampung.
Menurut Christian, adanya penghargaan Hadiah Sastra Rancage seharusnya membuat pemerintah daerah berusaha agar penghargaan tersebut jatuh ke Lampung. Panitia Hadiah Sastra Rancage telah melirik sastra Lampung. Namun, pemerintah daerah belum menempatkan sastra dan budaya Lampung sebagai sebuah potensi.
"Pemerintah Provinsi Lampung terlalu sibuk dengan program Visit Lampung Year. Tapi, tidak ada hal nyata yang dilakukan untuk melestarikan sastra dan budaya Lampung," kata Cristian. n PADLI RAMDAN/K-2
Sumber: Lampung Post, Selasa, 10 Februari 2009
No comments:
Post a Comment