December 7, 2009

STKIP PGRI Tampilkan Monolog 'Aku Seorang Pelacur'

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Teater Malam STKIP PGRI Metro mementaskan dua pertunjukan monolog di Gedung PKM Universitas Lampung (Unila), Sabtu (5-12) malam.

Pada pertunjukan pertama, Aku Seorang Pelacur karya A. Dinggo dibawakan dengan sangat ekspresif oleh Astrid. Aku Seorang Pelacur ini bercerita tentang kehidupan seorang pelacur tua di masa kini yang kian lama kian tergusur.

Di masa lalu pelacur tersebut berjaya, pelanggannya banyak, mulai dari politisi sampai orang-orang kaya yang dekat dengan penguasa. "Tetapi kini, pelangganku hanya orang-orang biasa," kata Astrid dalam monolognya.

Di masa transisi, ketika ia tak lagi mampu bersaing, pelacur tersebut seperti berkontemplasi tentang kehidupan yang menurutnya sudah membosankan. Ia bosan dengan sikap masyarakat dan pemerintah yang selalu memandang rendah dirinya.

"Kau mencari Indonesia? Kau akan menemukannya pada perut-perut rakyat yang kelaparan. Pada pelacuran politik, ekonomi, acungan pistol, suara rebana, dan gitar para pengamen," kata Astrid, masih dalam monolognya.

Pertunjukan kedua adalah Tak ada Minggu dan Sabtu, Hanya Siang dan Malam karya Rozakky dengan A.H. Duma sebagai aktor. Monolog kedua itu berbicara tentang kegelisahan seorang manusia akan kehidupan dan prosesnya pada masa mendatang, di mana manusia semakin tak bernyali dan egoisme makin menjadi-jadi.

"Hidup itu seperti layang-layang dan kaleng susu. Kaleng susu adalah masa lalu. Layang-layang adalah masa depan, dan benang adalah waktu. Maka jika kau putus benang itu, hilanglah semua," ujar Duma dalam monolognya.

Pada lakon ini, Duma membawakannya dengan sangat baik meski ada beberapa bagian yang terlihat janggal.

Menanggapi pertunjukan tersebut, Ari Pahala Hutabarat, seniman Lampung, mengatakan ia menyambut baik pementasan tersebut. "Meski teks monolognya jelek, akting keduanya bagus. Lampung jadi ketambahan dua aktor yang berpotensi," kata dia.

Menurut dia, dua bukti aktor berpotensi besar tersebut seharusnya menjadi fokus pengembangan kesenian di Lampung. "Bukan pembangunan benda-benda fisik," ujar Ari. n MG13/K-1

Sumber: Lampung Post, Senin, 7 Desember 2009

No comments:

Post a Comment