April 18, 2008

Khazanah Budaya: Kain Tapis Lampung Harus Segera Dipatenkan

Bandarlampung, 18/4 (ANTARA) - Kain Tapis khas Lampung, yang merupakan salah satu kekayaan seni budaya daerah setempat secara turun temurun, harus tetap dipelihara dan dilestarikan, serta perlu segera dipatenkan untuk melindunginya.

"Kain Tapis Lampung itu harus segera dipatenkan, agar tidak menjadi klaim daerah atau negara lain, seperti terjadi pada sejumlah kekayaan tradisi negara kita," kata jurubicara FKB DPRD Lampung, KH A Zuhri, pada paripurna penetapan sembilan Raperda menjadi Perda, termasuk Perda tentang Pemeliharaan Kebudayaan Lampung, di Bandarlampung, Jumat (18/4).

Dalam rapat paripurna itu, FKB meminta Pemda Provinsi Lampung untuk lebih serius melakukan upaya pengembangan, perlindungan dan pelestarian kekayaan adat, tradisi dan seni budaya daerahnya.

"Karena itu, Kain Tapis Lampung harus dipatenkan untuk melindunginya," kata Zuhri.

Kain Tapis Lampung merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya, baik terhadap lingkungan maupun Sang Pencipta.

Proses pembentukan kain Tapis itu ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara pemberian ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Menurut beberapa ahli sejarah, orang Lampung telah menenun kain Brokat yang disebut Nampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad kedua Masehi.

Motif kain itu ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), serta pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati.

Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain.

Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh tradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.

Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini dengan memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal.

Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan.

Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup.

Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas.

Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam.

Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun.

Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.

Di Museum "Ruwa Jurai" Provinsi Lampung disimpan sejumlah jenis dan motif kain Tapis Lampung yang telah berusia ratusan tahun.

Diperkirakan di kalangan masyarakat adat dan warga asli secara turun temurun masih menyimpan koleksi kain Tapis khas Lampung berusia ratusan tahun yang bernilai sejarah sangat tinggi itu.

Para kolektor benda seni dan budaya, termasuk dari luar negeri, kerapmengincar koleksi kain Tapis Lampung berusia tua untuk dibeli dengan harga sangat tinggi.

Hingga kini tradisi menenun kain Tapis masih berlanjut di sejumlah daerah di Lampung, bahkan telah berkembang menjadi kerajinan seni tenun tradisional yang bersifat komersial.

Sumber: Antara, 18 April 2008

2 comments:

  1. Informasi yang sangat bermanfaat. Mohon agar lebih banyak lagi yang posting soal artikel dan seni budaya Lampung lainnya.

    ReplyDelete
  2. Saya butuh banyak data tentang tapis lampung untuk penelitian saya. dimana bisa saya dapat informasi ini? ada yang bisa membantu? terima kasih

    ReplyDelete