April 9, 2008

Lingkungan: Kondisi DAS di Lampung Memburuk

Bandar Lampung, Kompas - Tiga dari enam daerah aliran sungai atau DAS di Lampung masuk dalam kategori sangat kritis. Hal itu akibat meluasnya pembukaan daerah tangkapan air di hulu dan pesatnya erosi.

Kepala Balai Pengelolaan DAS Sungai Way Seputih-Way Sekampung, Lampung, Lamris Sitompul seusai seminar konservasi tanah dan air, Selasa (8/4) di Bandar Lampung, mengatakan, yang kritis adalah DAS Way Sekampung, Way Semaka, dan Tulang Bawang.

Tahun 1999, DAS Way Sekampung merupakan DAS yang masuk prioritas pertama atau kategori sangat kritis, lima DAS lain masuk prioritas kedua. Pada penelitian tahun 2003, DAS Tulang Bawang dan DAS Way Semaka berubah menjadi prioritas pertama.

Penyebabnya, tutupan hutan di hulu DAS Way Sekampung kurang dari 30 persen, DAS Tulang Bawang kurang dari 20 persen, dan DAS Way Semaka sekitar 30 persen akibat pembukaan hutan menjadi kebun kopi. Hal itu dilakukan tanpa menerapkan konservasi tanah dan air sehingga fungsi hutan sebagai pengatur tata air hilang.

Dampak selanjutnya, tingkat erosi di hulu sangat tinggi dan meningkatkan sedimentasi di aliran sungai. Hal itu mengurangi kapasitas tampung sungai. Pada musim hujan akan terjadi banjir dan pada musim kemarau terjadi kekeringan.

Balai Pengelolaan DAS Way Seputih-Way Sekampung mencatat ada 500.000 hektar lahan kritis di sekitar tiga DAS. Namun, menurut Sitompul, pihaknya hanya mampu merehabilitasi 112.000 hektar lahan kritis akibat terbatasnya pendanaan.

Naik Sinukaban, guru besar Konservasi Tanah dan Air Institut Pertanian Bogor yang menjadi pembicara dalam seminar, mengatakan, sudah saatnya pemerintah memikirkan cara konservasi tanah yang sesuai dengan jenis tanah. Misalnya, penggunaan pupuk hijau, pupuk kandang, penanaman dan pengelolaan tanah menurut kontur, penanaman tanaman penutup tanah, dan membuat terasering.

Hutan bakau

Konversi lahan juga menjadi penyebab penyusutan hutan bakau di Provinsi Jambi sebesar 6 persen atau 64.498 hektar.

Senior Staff Wetlands International Indonesia Program Iwan Tri Cahyo Wibisono mengatakan, fungsi hutan bakau adalah melindungi daratan dari kemungkinan bencana, seperti tsunami atau air laut pasang. Sayangnya, hampir seluruh hutan bakau di Jambi telah dijadikan tambak.

”Hutan bakau di Jambi kini tinggal 251 hektar,” ujarnya dalam seminar nasional ”Penyelamatan Potensi Sumber Daya Lahan Basah Pesisir Pantai Timur Jambi”, Selasa di Jambi.

Kerusakan juga terjadi di kawasan gambut. Kerusakan besar- besaran terjadi tahun 1997, seluas 25.000 hektar di Taman Nasional Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Hal itu akibat kebakaran lahan serta pembukaan kanal untuk lahan kelapa sawit. (HLN/ITA)

Sumber: Kompas, Rabu, 9 April 2008

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete