May 16, 2010

[Perjalanan] Menguji Nyali di Suoh

SUOH, satu kecamatan di Kabupaten Lampung Barat ini memiliki banyak potensi. Namun, untuk menuju ke distrik yang terletak di sebelah timur Liwa, ibu kota Kabupaten Lampung Barat, ini butuh perjuangan ekstra. Jika Anda penyuka wisata pertualangan, keindahan Suoh mengajak adu nyali.



FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/ SYAIFULLOH

Suoh adalah wilayah satelit. Saat menuju ke tempat ini, pertanyaan yang muncul saat seperempat perjalanan adalah, apa benar ada kehidupan bermasyarakat di atas sana? Sebab, sulit membayangkan, bagaimana orang-orang setiap hari harus berjuang dengan amat berat menaklukkan jalan menuju tempat itu. Atau pertanyaan lain, apakah sudah tidak ada lagi tempat yang lebih layak lagi untuk hidup bermasyarakat dan membesarkan anak-anak mereka?

Bayangkan, menuju ke Kecamatan Suoh, satu moda yang bisa digunakan adalah transportasi darat (kecuali dengan helikopter). Jika musim hujan seperti sekarang ini, kendaraan roda empat juga mbit. Memang, jika cuaca terang dan jalan kering, mobil dengan empat penggerak ban bisa menanjak. Namun, sekali lagi, nyali juga dibutuhkan. Selebihnya, pasrah kepada apa yang mungkin terjadi di jalan.

Untuk menguji nyali, perjalanan di musim hujan memang bisa membuat cerita berlembar-lembar. Satu moda yang bisa digunakan adalah dengan sepeda motor trail. Bagi Anda yang biasa ngebut dan berlagak ngesot di jalan raya Bandar Lampung, misalnya, coba dulu beradu kemampuan dengan tukang ojek di sana. Sebab, banyak pemilik sepeda motor yang menitipkan tunggangannya itu di pos bawah untuk melanjutkan perjalanan ke Suoh dengan menaiki ojek. Bukankah kendaraannya sama-sama sepeda motor?

Sejak awal mendaki, pemandangan memang sudah menyejukkan hati. Alam yang lestari dan warga yang ramah membuat pengunjung merasa menjadi tamu kehormatan. Saat rombongan DPD Peduli yang dipimpin Iswandi bersama Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Lampung melawat ke Kecamatan Suoh, Lampung Barat, beberapa pekan lalu, adu nyali itu terjadi.

Perjalanan untuk menempuh jarak puluhan kilometer itu dimulai dari Kantor Komando Rayon Militer (Koramil) Liwa, Lampung Barat. Sebanyak sebelas sepeda motor dari berbagai jenis beriringan menelusuri jalan berbatu dan tanah liat di bawah guyuran hujan, membuat perjalanan berat itu kemudian menjadi cerita tak terlupakan.

Awalnya kami bergulat dengan jalan bertanah merah yang licin, lalu menemui jalan berbatu, menyeberangi sungai dan jalan berpasir yang sering longsor. Semua tantangan itu sering membuat sepeda motor yang ditumpangi tidak bisa jalan. Tak ada pilihan kecuali sepeda motor itu dituntun dan dibantu dengan didorong. Bayangkan kalau perjalanan seperti ini adalah trip untuk suatu kebutuhan rutin, misalnya hanya untuk membeli beras atau garam, pergi-pulang sekolah, atau mengantar orang sakit atau jenazah. Maka, duka dalam akan semakin dalam.

Tetapi, perjalanan untuk suatu kebutuhan yang tidak mendesak, seperti perjalanan dalam rangka kunjungan kerja, yang mungkin hanya akan terjadi sekali ini dalam lima tahun, ini menjadi wisata. Anggap saja ini simulasi dalam permainan outbond yang sengaja diciptakan sebagai latihan untuk menguji ketahanan fisik dan mental.

Iring-iringan rombongan sepeda motor terus berjalan walau guyuran hujan terus membasahi pengendara dan penumpangnya. Seolah tak terasa lagi rasa dingin yang dirasakan, keberanian dan kelincahan roda-roda sepeda motor mengelak dari lubang-lubang dalam dan bulatan bebatuan ketika menyambangi sungai-sungai kecil. Kanan-kiri jurang dan tebing juga menjadi penambah serunya suasana.

Perjalanan terhenti sejenak ketika akan menyeberangi Sungai Way Semangka yang pada saat itu alirannya cukup deras. Setelah istirahat beberapa menit, sepeda motor rombongan bersiap-siap menaiki rakit. Terpaan angin dan gelombang sungai membuat waswas karena rakit yang ditumpangi nyaris terseret derasnya Sungai Way Semangka. Untunglah warga yang berada di sana menyeret rakit hingga bisa ke pinggir.

Akhirnya rombongan sampai juga ke tempat tujuan. Pertanyaan yang semula menggelayut, terjawab sudah. Anda benar, Suoh memang kecamatan yang cukup ramai. Meski terisolasi, kehidupan di sana seperti tidak ada perbedaan dengan daerah lain di Lampung. Semua siklus berjalan seperti lazimnya satu wilayah kecamatan.

Banyak potensi di Kecamatan Suoh yang mestinya layak untuk dikunjungi sebagai objek wisata. Perjalanan yang keras itu sudah menjadi objek wisata. Desa-desa di atas juga suatu yang layak dinikmati untuk ngadem dari hiruk-pikuk kehidupan kota yang kacau. Juga ada telaga warna dan kearifan lokal yang sulit dicari padanannya. Anda berminat? n SYAIFULLOH/M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 16 Mei 2010

1 comment:

  1. betul sekali pak apa yang anda posting ini benar2 mengenalkan suoh yang masih terisolir karena saya salah satu warga suoh

    ReplyDelete