May 16, 2010

Bangkitnya Kearifan Lokal

PADA 29 Mei 2010 ini, Yayasan Kebudayaan Rancage kembali akan memberikan Hadiah Sastra "Rancage" kepada para sastrawan. Hadiah ini diberikan yang ke-22 kali untuk sastra dan bahasa Sunda, yang ke-17 kali untuk sastra bahasa Jawa, yang ke-14 kali untuk sastra bahasa Bali, dan yang ke-2 kali untuk sastra bahasa Lampung.

“WONDERFUL World” 180x40 cm arkrilik di atas kanvas karya Arifien Neif.*

Untuk sastra bahasa Sunda dan bahasa Bali diberikan setiap tahun tanpa putus. Untuk sastra Jawa pernah tidak diberikan pada 1995 karena tidak ada buku sastra yang terbit pada 1994. Untuk sastra Lampung juga begitu, tahun pertama diberikan (2008). Tahun berikutnya tidak diberikan karena tidak ada karya sastra yang terbit dalam bahasa tersebut.

Hadiah sastra "Rancage", menurut Ketua Dewan Pembina Yayasan Rancage Ajip Rosidi, diberikan kepada sastrawan yang menerbitkan buku pada tahun sebelumnya. Untuk hadiah sastra "Rancage" 2010 akan diberikan kepada para sastrawan yang menulis dalam bahasa Sunda, Jawa, Bali, dan Lampung. Hadiah berupa uang Rp 5.000.000.

Hadiah sastra "Rancage" tetap diberikan setiap tahun walaupun penerbitan buku sastra daerah masih berupa kegiatan rumahan dan belum menjadi industri sesungguhnya. Kendati begitu, ada saja buku yang dicetak ulang penerbit. Hal ini pertanda masyarakat menyerap buku-buku tersebut.

Malah muncul fenomena menarik, buku bahasa Sunda yang dicetak ulang adalah buku-buku lama yang terbit sebelum perang. Ini menunjukkan, banyak pembaca buku lama yang ingin membaca ulang buku-buku tersebut. Bahkan, buku-buku itu juga ternyata dibaca anak-anak muda sehingga mereka tahu buku bahasa Sunda yang terbit sebelum mereka lahir. Tentu saja ini sangat positif, karena generasi masa kini menjadi tahu perkembangan sastra bahasa ibunya.
**

SELAMA 2009, buku bahasa Sunda yang terbit, baik asli maupun terjemahan, baik baru maupun cetak ulang, ada 30 judul, termasuk 4 judul buku bacaan anak-anak. Namun, buku baru hanya 13 judul dan yang bukan terjemahan atau kumpulan karya bersama hanya 4 judul.

Buku sastra Sunda yang terpilih mendapat Hadiah Sastra ”Rancage” 2010 untuk karya adalah Sanggeus Umur Tunggang Gunung karya H. Usép Romli H.M. terbitan Kiblat Buku Utama, Bandung. Sementara yang terpilih mendapat Hadiah Sastra ”Rancage” 2010 untuk jasa karena besar jasanya dalam memperkaya bahasa Sunda dengan tulisan-tulisan yang bersifat sosial-politik adalah Karno Kartadibrata.

Untuk buku bahasa Jawa yang pada 2009 sebanyak 12 judul, terdiri atas kumpulan guritan yaitu sajak "Gurit Panuwuning Urip" karya David Hariyono, "Gurit Abang Branang" (Rachmat Djoko Pradopo), "Layang Panantang" (Sumono Sandy Asmoro dan Wong Agung), "Gurit Punjul Rong Puluh" (Budi Palopo); sebuah kumpulan cerita pendek "Tembangé Wong Kangen" (Sumono Sandy Asmoro) dan sejumlah roman "Trétes Tintrim, Kunarpa Tan Bisa Kandha, Garuda Putih, Ser! Randha Cocak" (Suparto Brata), "Mis, Koncoku Sinarawedi" (Rahmat Ali), dan "Carang-carang Garing" karya Tiwiek SA.

Hadiah Sastra “Rancagé” 2010 sastra Jawa untuk karya, diberikan kepada Layang Panantang karya Sumono Sandi Asmoro (terbitan Balai Bahasa Surabaya). Sementara Hadiah Sastra “Rancage” 2010 sastra Jawa untuk jasa diberikan kepada Bonari Nabobenar.

Untuk buku sastra dan bahasa Bali yang terbit 2009 sebanyak sembilan buku. Kumpulan puisi "Gerip Maurip Ngridip Mekedip" karya I Nyoman Manda, roman saduran "Cokorda Darma" (I Gusti Putu Antara), tujuh kumpulan cerita pendek "Cor karya I Wayan Paing, Da Nakonang Adan Tiange" (Agung Wiyat S. Ardhi), "Jangkrik Maenci" (I Gusti Putu Bawa Samar Gantang), "Bli Kadek" (Putu Nopi Suardani), "Dasa Tali Dogén" (I Gdé Darma), "Léak Pemoroan" (I Wayan Sandha), dan "Warisan Jagal" karya IBW Keniten.

Hadiah Sastra ”Rancage” 2010 sastra Bali untuk karya diberikan kepada Léak Pemoroan karya I Wayan Sadha (terbitan Balai Bahasa Dénpasar). Sementara yang terpilih untuk mendapat Hadiah Sastra ”Rancage” 2010 sastra Bali untuk jasa ialah Agung Wiyat S. Ardhi.

Buku sastra Lampung yang terbit 2009 ada dua. Berupa kumpulan sajak "Di Lawok Nyak Nélépon Pelabuhan" karya Oky Sanjaya dan kumpulan cerita péndék "Cerita-cerita Jak Bandar Negeri Semuong" karya Asarpin Aslami. Hadiah sastra ”Rancage” 2010 diberikan kepada "Cerita-Cerita jak Bandar Negeri Semuong" karya Asarpin Aslami.

Selain hadiah sastra "Rancage", Yayasan Kebudayaan Rancage juga memberikan hadiah "Samsudi" untuk sastrawan yang menulis bacaan anak dalam bahasa Sunda. Namun meski pada 2009 terbit empat judul buku bacaan anak, tetapi tidak ada hadiah "Samsudi" yang diberikan tahun ini.

Dari penilaian Ajip Rosidi, keempat bacaan anak itu semuanya dongeng sasakala, yakni "Sasakala Cadas Pangeran", "Sasakala Candi Cangkuang", "Sasakala Karajaan Arcamanik", dan "Sasakala Pajajaran". Semuanya ditulis Aan Merdeka Permana. Akan tetapi, pengarang memasukkan unsur sejarah ketika menulis cerita yang disebutnya sasakala. Di satu pihak seakan hendak mengesankan ceritanya itu benar-benar sesuai dengan sejarah. Di pihak lain, kalau ada yang mempertanyakan data sejarah yang digunakannya, dia akan mengelak karena yang ditulisnya adalah sasakala.
**

AGENDA lain yang akan digelar bersamaan de-ngan penyerahan hadiah sastra "Rancage" adalah Konferensi Internasional Kebudayaan Daerah bertema "Membaca kembali, menafsirkan, dan mengkreasikan makna serta memanfaatkan kearifan lokal dalam rangka pembangunan karakter bangsa".

Kongres ini diselenggarakan atas kerja sama Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Ikadbudi (Ikatan Dosen Budaya Daerah Indonesia), dan Yayasan Kebudayaan Rancage, Sabtu (29/5). Konferensi digelar berdasar pada kesadaran bahwa kearifan lokal dengan segenap keilmuannya mulai bangkit secara global.

Ketua Panitia Penyelenggara Konferensi, Dr. Suwarna, M.Pd. mengatakan, konferensi digelar untuk dapat mengimbangi perkembangan dunia yang semakin kompleks, yang diharapkan dapat membangkitkan kembali kesadaran kearifan lokal untuk mengimbangi perkembangan dunia yang semakin kompleks.

Dengan keseimbangan antara jagad global dan jagad lokal, kata Suwarma, diharapkan dapat menciptakan ketenteraman, kedamaian, dan kesejahteraan dengan rasa aman dan nyaman manusia dalam menjalani kehidupan secara personal, sosial, dan profesional. (Eriyanti/"PR")

Sumber: Khazanah, Pikiran Rakyat, Minggu, 16 Mei 2010

No comments:

Post a Comment