BANDAR LAMPUNG (Lampost): Buku Jujur, Saya Tidak Jujur yang ditulis wartawan Lampung Post Sudarmono, refleksi realitas sosial yang dikemas dengan tulisan ringan dan sederhana.
PELUNCURAN BUKU. Pemain Teater satu, Desi Susan, menyampaikan monolog Kenang-Kenangan Seorang Perempuan Pemalu karya W.S. Rendra pada peluncuran buku Jujur, Saya Tidak Jujur yang ditulis wartawan Lampung Post Sudarmono di Aula Perguruan Tinggi Teknokrat, Sabtu (1-5). (LAMPUNG POST/*)
Walau belum membaca secara keseluruhan isi buku tersebut, Wali Kota Bandar Lampung Eddy Sutrisno menyatakan tulisan di dalamnya memiliki makna yang sangat menyentuh sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Demikian pula ungkapan Wali Kota Metro Lukman Hakim, menanggapi buku Jujur, Saya Tidak Jujur.
Menurut Lukman Hakim, isi buku terbitan Lampung Post itu sangat jujur menggambarkan apa yang dilihat penulisnya, kemudian dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi, politik, dan lainnya, sehingga terasa lebih dekat dengan pembacanya.
"Saya baru membaca beberapa bab saja. Tapi melalui buku itu saya jadi tahu beberapa hal yang sebelumnya mungkin saya tidak tahu," kata Lukman Hakim yang hadir dalam peluncuran sekaligus diskusi tentang isi buku ini di Aula Perguruan Tinggi Teknokrat, Sabtu (1-5).
Selain Eddy Sutrisno dan Lukman, hadir pula Sutradara Teater Satu Iswadi Pratama, serta pengamat sosial politik Hardi Hamzah sebagai pembahas buku. Jalannya diskusi itu sendiri dimoderatori Wakil Pemimpin Redaksi Lampung Post Heri Wardoyo.
Buku tersebut berisikan 336 Nuansa yang ditulis Sudarmono dan diterbitkan di halaman Opini Lampung Post.
Menurut Iswadi, secara sekilas buku tersebut dikemas dengan sederhana dan penuh unsur humor. Namun, makna yang ada di dalam humor tersebut terkadang menggambarkan betapa pedihnya kenyataan hidup yang harus ditanggung seseorang.
"Di buku tersebut ada tulisan yang berjudul Riyaku. Di dalamnya memuat betapa beratnya perjalanan hidup ini hingga seorang anak kecil harus memungut beras yang tercecer di tanah hanya untuk bertahan hidup. Cerita-cerita seperti ini sangat menggugah kita untuk lebih peduli dengan sesama," kata Iswadi sambil meneteskan air mata.
Sementara itu, Hardi Hamzah mengaku puas membaca tulisan-tulisan Nuansa dalam buku tersebut. Selain menggambarkan keseimbangan hubungan antarmanusia, menurut Hardi, ada juga tulisan yang menggambarkan betapa pentingnya keseimbangan hubungan manusia dengan makhluk hidup lainnya.
"Ada tulisan tentang hewan di sana. Setelah membacanya, saya jadi sadar kalau kita juga perlu memberi penghormatan kepada hewan," ujarnya.
Sang penulis buku yang juga Redaktur Minggu Lampung Post Sudarmono mengatakan judul buku Jujur, Saya Tidak Jujur menggambarkan begitu banyaknya ketidakjujuran yang dilakukan manusia dalam menjalani hidupnya. Begitu pula dengan dirinya.
"Saya juga tidak selalu jujur. Tapi yang jelas, kita harus selalu berupaya untuk jujur seperti apa yang diperintahkan agama kepada kita," kata Sudarmono.(MG3/K-2)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 2 Mei 2010
No comments:
Post a Comment