May 23, 2010

[Perjalanan] Menyelam di Tanjungputus, Pesawaran

PERAIRAN Teluk Lampung sudah rusak? O, belum semua. Masih ada fakta alam bawah laut di Desa Sukarame, Kecamatan Punduhpidada, Pesawaran, yang masih aduhai. Terumbu karang, padang lamun, ikan hias, bahkan jenis ikan pelagis masih lestari. Ingin mencoba spot diving?

Orang kebanyakan menyebut daerah ini sebagai perairan Tanjungputus. Perairan di sini relatif tenang, permukaannya nyaris seperti danau. Pulau Helok yang berhadapan dengan tanjung ini seolah menutupi arus kuat dari arah Selat Legundi.

Airnya yang biru kehijauan dan bening sungguh menggugah untuk diselami. Arus di bawahnya juga relatif tenang.

Sekumpulan ikan hias seperti ikan badut (clown fish) atau nemo berenang ke sana kemari di kedalaman kurang dari 20 meter.

Atau beragam jenis ikan karang, seperti moorish idol atau banner fish dan angel fish, bat fish, damsel fish, parrot fish, surgeon fish, sergeant fish, lion fish, trumpet fish, frog fish, dan anemon fish begitu melimpah di perairan ini karena terumbu karang sebagai habitasi dari ikan-ikan jenis ini tumbuh dengan baik dan relatif masih belum terlalu tercemari.

Bersama dengan Rana Susianti dan tiga temannya yang penggila selam dari Bogor, mereka menjadikan Tanjungputus sebagai wilayah eksplorasi hobi selam mereka di Lampung. Mereka menyukai spot di sini karena arusnya tak terlalu kuat. Selain itu, kehidupan lautnya relatif lengkap.

"Spot diving-nya masih baik, arusnya tak terlalu kuat, asosiasi terumbu karangnya lengkap dan masih baik. Uniknya, setiap sumber seperti memiliki lokasi sendiri-sendiri," kata Rana.

Kami menyelam selama hampir 30 menit lebih sesuai dengan kapasitas oksigen di tabung selam. Meski terbilang amatiran dalam menyelam, arus bawah Tanjungputus yang relatif tenang tidak membuat kami lantas berada dalam kondisi uncomfortable (tak nyaman). Terlebih, kami didampingi oleh tiga perempuan yang memiliki hobi menyelam dengan pengalaman menyelam yang sudah memadai.

Rata-rata tingkat kedalaman spot menyelam di tanjung ini tidak terlalu jauh, antara 15 sampai 20 meter. Bahkan dengan kontur di beberapa titik yang cenderung bertingkat, hanya di kedalaman 10 meter saja kami sudah melihat gugusan terumbu karang meski tak terlalu banyak variasi.

Semakin ke bawah, koloni ikan-ikan hias mulai terlihat. Beberapa jenis bahkan terkesan jinak, berenang mendekat atau seperti mencium-cium tabung oksigen kami. Sementara itu, yang lainnya seolah mengiringi kami. Ketika salah satu dari kami menjulurkan tangan ke arah sekumpulan ikan, serta-merta ikan-ikan hias dengan bentuk yang lucu dan variasi warna yang begitu banyak ini berusaha merubung.

Di “dunia bawah” ini kami benar-benar dibuat takjub. Betapa tidak, ekosistem laut di sini masih sangat alami. Sekadar membelai-belai terumbu karang atau mencari ikan Nemo di antara padang lamun dan melihat lobster yang terlihat bersembunyi malu-malu di antara karang yang padat membuat suasana begitu eksotis.

Padang-padang lamun yang rapat di dasar laut yang berkontur landai seolah berusaha melengkapi varian biota laut di Tanjungputus ini. Komunitas lamun dihuni oleh banyak jenis hewan bentik, organisme demersal serta pelagis yang menetap maupun yang tinggal sementara di sana. Spesies yang sementara hidup di lamun biasanya adalah juvenil dari sejumlah organisme yang mencari makanan serta perlindungan selama masa kritis dalam siklus hidup mereka, atau mereka mungkin hanya pengunjung yang datang ke padang lamun setiap hari untuk mencari makan. Banyak spesies epibentos, baik yang tinggal menetap maupun tinggal sementara yang bernilai ekonomis. Udang adalah yang bernilai ekonomis paling tinggi.

"Terumbu karangnya pun relatif lengkap. Saya masih bisa melihat terumbu karang sebesar meja makan dengan kondisi yang sangat baik," ujar Rana.

Untuk ukuran sebuah perairan yang di sekitarnya telah tercemar oleh limbah tambak udang dan aktivitas eksploitasi terumbu karang, ikan hias sampai reklamasi pantai, kondisi Tanjungputus, lanjut Rana, memang masih baik. Meski demikian, ancaman tetap terus ada. "Karena, sangat mungkin pencari terumbu karang memperluas daerah mereka hingga ke Tanjungputus ini dan yang paling mengkhawatirkan kemungkinan rusak dan terancamnya biota laut justru disebabkan oleh pencemaran limbah."

Terumbu karang, menurut dia, merupakan ekosistem yang amat peka atau sensitif. "Jangankan semuanya dirusak, di rusak satu saja semua terumbu dalam satu gugusan rusak dan mati semua," kata Rana.

Karena kehidupan terumbu karang didasari oleh hubungan saling bergantung antara ribuan makhluk, rantai makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut. Tidak cuma itu, proses terciptanya pun tidak mudah. Terumbu karang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan indah. Yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.

Sebagai ekosistem, terumbu karang sangat kompleks dan produktif. Keanekaraman jenis biota ini amat tinggi. Variasi bentuk pertumbuhannya di Indonesia sangat kompleks dan luas sehingga bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain. (MG7/SWA/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 Mei 2010

1 comment: