MUSIM panen ikan tiba bagi warga Pesisir Barat, Lampung Barat. Blue marlin, jenis ikan favorit yang dikenal warga sekitar sebagai ikan tukuhuk ini cukup melimpah. Memancing blue marlin menjadi pengalaman perjalanan yang luar biasa.
Awan pekat bergelayut mengikuti arah angin malam dua pekan lalu. Samar-samar lampu nelayan terlihat di kejauhan menghiasi panorama Laut Krui menjelang pagi. Waktu itu sekitar pukul 03.00, Khoirul (34) tidak menyelipkan sedikit pun keraguan untuk mengarungi Laut Krui meskipun malam masih begitu pekat.
Khoirul dibantu rekannya sedang berjuang menundukkan gelepar tuhuk (blue marlin) yang memakan umpan pancingnya di perairan Krui, Lampung Barat, pekan lalu. Drama babak akhir mengangkat ikat favorot ini menjadi momen yang paling menegangkan. (LAMPUNG POST/ANSORI)
Lampung Post yang ikut bersamanya juga merasa tegar, apalagi Khoirul ditemani Iswan yang sudah terbiasa mengarungi kerasnya ombak Krui dalam mencari ikan. Kali ini tujuannya adalah menangkap sebanyak mungkin ikan blue marlin atau dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama ikan tukuhuk.
Dimulai dari Pantai Labuhan Jukung yang terletak di Pekon Labuhanmandi, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Lampung Barat, dan berjarak sekitar 30 km dari pusat Kota liwa, diperlukan waktu lebih kurang satu jam untuk mencapai Pantai Labuhan Jukung tersebut. Melihat jarak tempuh antara Kota Liwa dan Pantai Labuhan Jukung, seharusnya dengan waktu 30 menit sudah bisa tiba di lokasi. Namun kondisi jalan yang berliku dan terjal membuat setiap pengendara harus ekstra hati-hati sehingga waktu yang tadinya bisa setengah jam harus ditempuh selama satu jam.
Sebelum berangkat, Khoirul bersama Iswan memeriksa kembali peralatan yang harus dibawa untuk berburu blue marlin. Maklum, saat ini nelayan banyak yang mendapat tangkapan jenis ikan migrasi tersebut setelah semuanya komplet.
Perahu fiber berkapasitas 2,5 ton tersebut tancap gas. Mesin tempel memacunya menembus gelombang dan gelapnya malam.
Seorang nelayan meregangkan sayap ikan blue marlin yang biasa muncul ke permukaan laut seperti terbang. (LAMPUNG POST/ANSORI)
DUA ekor ikan blue marlin terbujur di geladak perahu Khoirul. Saat ini adalah musim panen ikan blue marlin bagi warga nelayan Krui, Lampung Barat. (LAMPUNG POST/ANSORI)
Sekitar pukul 04.00 Khoirul menghentikan mesin. Tempat itu dianggapnya strategis dan banyak disukai ikan-ikan blue marlin. Maka dengan sigap keduanya melemparkan sekitar 40 kawil apung (pancingan) yang di masing-masing ujung pancing itu sudah dipasang ikan tongkol sebagai umpannya. Kawil apung adalah pancing yang diikatkan pada sebuah jeriken sebagai pelampung. Tujuannya, jika umpan dimakan ikan blue marlin, hal itu akan terlihat dari jeriken ukuran lima liter-an yang bergerak. Setelah semua kawil apung disebar, tinggal menunggu dari atas perahu sambil mengamati pergerakan jeriken yang dihempas ombak.
Pagi mulai menyapa. Sunrise tampak jelas muncul dari arah barat, cahaya keemasan di antara perbukitan sebuah pertanda bahwa hari ini akan cerah. Tak lama berselang, salah satu jeriken berwarna kuning yang berjarak sekitar 50 meter dari perahu tampak bergerak. Saat itu juga Khoirul langsung menghidupkan mesin perahunya untuk mendekati.
Setelah bisa digapai dengan tangan, jeriken tersebut langsung diangkat kemudian senarnya langsung digulung. Menyadari ikan tangkapannya besar, Iswan pun tidak tinggal diam. Ia membantu Khoirul dengan menarik senar tersebut. Sesekali keduanya tampak hanya menahan senar ketika ikan yang sudah memakan pancing itu memberontak. Lampung Post mencoba ikut menarik senar tersebut dan wow, inilah puncak atraksi yang paling menarik dan menjadi sensasi yang sulit terlupakan.
Hasilnya, setelah sekitar 1 meter lagi dari kapal, ikan blue marlin yang masih terlihat beringas langsung dipukul dengan balok agar tidak lepas. Lega rasanya menyaksikan pergulatan itu. Ternyata tidak mudah menangkap ikan blue marlin. "Ini ukurannya sedang, ukurannya sekitar 60 kg," kata Khoirul.
Di bawah terik matahari yang cukup penat, kedua nelayan itu tidak sedikit pun lengah untuk mengamati Kawil Apung yang telah ditebar itu. Di sekeliling di mana lokasi keduanya menebar sejumlah kawil apung, tampak nelayan lain juga sedang melakukan aktivitas yang sama, yaitu memancing ikan blue marlin.
Di tengah samudera, yang ada hanya pandangan jauh ke depan. Masih terlihat bibir pantai yang ditumbuhi pohon-pohon rindang. Tampak juga Pulau Pisang yang dikenal jaya akan cengkeh puluhan tahun silam.
Menurut penjelasan Khoirul, di Pulau Pisang terdapat kampung nelayan yang dihuni sekitar 300 kepala keluarga dan di sepanjang pantai tersebut terdapat pohon-pohon kelapa dan beberapa pohon besar berbagai jenis. Menjelang sore harinya, Khoirul bersama Iswan berhasil mengumpulkan hasil tangkapanya sebanyak enam ekor, empat di antaranya adalah jenis ikan blue marlin. Tidak berlebihan jika di pusat Kota Krui terdapat sebuah monumen tugu dengan miniatur ikan blue marlin.
Menjelang sore, kembali salah satu pancing yang diberi umpan ikan tongkol tersebut tampak terseret dibawa oleh ikan blue marlin. Itu pertanda bahwa keberuntungan kembali akan berpihak terhadap kedua nelayan tersebut. Seperti sebelumnya, Khoirul kembali menghidupkan mesin perahu dan mengejar apung yang dibawa oleh ikan yang telah terkena pancing itu.
Dengan bersusah payah Khoirul dan Iswan menaklukkan ikan yang tersangkut pada pancing mereka dan ternyata ikan yang didapat adalah ikan serupa jenis blue marlin, namun dengan ukuran yang lebih besar, yaitu sekitar 90 kg. Hari itu kedua nelayan tersebut hanya berhasil membawa hasil tangkapan ikan jenis blue marlin sebanyak dua ekor. n ANSORI/M-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 30 Mei 2010
No comments:
Post a Comment