May 29, 2010

Menyebarkan Virus Kebaikan

Oleh Jauhari Zailani

Dalam suatu masyarakat dan negara terdapat sedikit orang yang unggul karena memiliki motif berprestasi. Dan virus berprestasi itu harus terus disebarkan guna mempengaruhi dan mengubah orang-orang dalam masyarakat tersebut. (MC. Lelland)

1.

KEBAIKAN adalah norma yang harus terus ditularkan. Dulu para leluhur kita mengajarkan dan menularkan norma kebaikan melalui cerita lisan, seni lisan, dan seni pertunjukan. Proses penanaman nilai bergerak di antara ruang-ruang yang sempit dan personal, seperti kamar mandi dan tempat tidur, dapur-ruang makan. Atau ruang publik seperti musala-surau, gardu ronda, nuwo-balak, Sesat, dan aneka tempat musyawarah dan tempat pertunjukan seni. Warisan sosial itulah yang menjadikan kita menjadi seperti sekarang. Meski dalam banyak hal kita berbeda, norma dan nilai itu telah menyatukan kita dan dalam taraf tertentu membuat kita sama. Warisan nilai dan norma menjadi penuntun dan pengikat hidup dan kehidupan sosial kita.

Media sebagai agen. Sebagai surat kabar tertua di Lampung, Lampost melanjutkan tradisi baik leluhur kita; mewariskan nilai-nilai kepada masyarakatnya. Nilai-nilai dan etos para pendahulu itu dari hari ke hari diteruskan dan tergambar dalam racikan apik Bambang dalam tokohnya, Amir dan Umar, di antara dua tokoh (?) BURAS. Koran ini gabungan kerja antara pekerja, pemikir, dan pengkhayal budaya seperti Djadjat, Wardoyo, dan Udo Karzi. Paduan kelembutan dan kenyinyiran para Srikandi seperti Yuni, Hesma, dan Sri Agustina diwarnai ketekunan Sinaga, Nasir, Iskak, dan Iskandar. Maaf, untuk menghemat ruang, orang-orang hebat seperti Mas Darmono dan kawan yang lain tidak disebut. Padahal melalui kerja merekalah kerja dan agenda harian Lampost eksis dan bersinambung dalam mengerjakan agenda tahunan: menulis dan mencetak buku. Hasilnya, Buku Buras, Buku 100 Tokoh Terkemuka Lampung, dan kini Buku Apa dan Siapa 550 Wakil Rakyat Lampung (2009-2014). Mereka telah, sedang, dan akan terus (?) menorehkan jejak-jejak anak negeri ini. Untuk apa?

2.

WAKIL rakyat sebagai agen penyebaran. Kalau saya harus memuji, pujian itu bermaksud agar pekerjaan baik dan kebaikan ini terus berkembang biak. Menurut saya, terbitnya buku-buku tersebut adalah sebuah langkah strategis menuju masyarakat yang baik dan membaikkan. Menulis dan mengabarkan adalah pekerjaan insan pers, tetapi dengan buku ini, mereka menghargai dan menyebarkan kebaikan dan prestasi. Kita mengetahui dan mengapresiasi kiprah dan prestasi putra Lampung pada pentas nasional dan global dalam berbagai bidang kehidupan: politik, militer, pemikiran, bisnis, diplomatik, seni, dan lain-lain. Melalui buku yang baru, koran ini mencatat dan menghargai prestasi 550 orang wakil rakyat. Hal itu ini diharapkan menjadi tonggak bagi mereka untuk mengukir prestasi sama atau melebihi para pendahulunya.

Saya membayangkan sebuah jaringan budaya yang raksana dengan agen utamanya 550 orang ini. Untuk menjadi agen kebaikan, terlebih dahulu mereka harus membaikkan dirinya. Kebaikan personal itu akan menyebarkan dalam keluarga kasur dan keluarga “sumur”, kemudian merembes pada keluarga batih dan keluarga ratih. Dalam pandangan saya, menjadi wakil rakyat itu mungkin dan dimungkinkan untuk berprestasi dan menyebar kebaikan. Buku ini telah menanamkan sekaligus menyebarkan kebaikan tersebut. Bahwa sebagai putra Lampung, mereka akan berkata, “Aku baik dan akan membaikkan masyarakatku.”

Kini kita, masyarakat Lampung, memiliki 550 orang agen penyebar virus sukses. Semangat “aku mampu dan memampukan” yang tertanam dalam dada para agen ini akan tertanam pada setiap dada anak muda di Lampung. Perasaan mampu kemudian memampukan orang lain ini akan menyebar dan terus menyebar sehingga Lampung akan memiliki orang-orang muda yang senantiasa optimistis. Melalui buku ini mereka juga menyebarkan virus sukses. Sebab, kesuksesan agen ini diharapkan menjadi virus yang menyebar dan menjadikan etos anak negeri, bukan saja di lapangan politik melainkan juga dalam segala bidang lapangan pengabdian.

3.

KACA retak janganlah karena kita. Harus diakui buku ini untuk mengaku dan mengakui orang-orang yang kini menjadi wakil rakyat. Untuk mencapai posisi sekarang ini, mereka telah bekerja keras dengan penuh pengorbanan. Kini mereka menjadi penikmat banyak fasilitas negara dan meningkat statusnya dalam bidang sosial-masyarakat, dalam politik, dan sudah tentu dalam ekonomi diri dan keluarganya. Semoga pengakuan ini membaikkan dirinya dan menjadi pemandu perilakunya sehingga virus kebaikan dan virus sukses yang telah dibuat Lampost dapat menjadi bibit kesuksesan putra-putra Lampung. Sebab, tonggak batas itu telah dibuat dan dimulai hari ini. Bukankah mereka berusia muda dan penuh vitalitas yang akan menjadikan legislator hanyalah awal prestasi?

Melalui buku ini mereka bukan saja telah dan akan terjalin dengan konstituen, melainkan juga dengan leluhurnya, teman dan saudara, dan dengan anak cucunya. Oleh karena itu, kebaikan menjadi kata kunci dan modal untuk berkomunikasi dengan diri sendiri. Sebab, masyarakat hanyalah memantulkan gambaran diri dan wajah kita. Maka, janganlah cermin retak karena ulah kita. Akhirnya, saya berharap buku ini tidak direvisi kecuali ada yang mati, bukan dimatikan apalagi “mematikan diri”. Semoga sukses. Salam.

* Jauhari Zailani, Dosen FISIP Universitas Bandar Lampung

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 29 Mei 2010

No comments:

Post a Comment